Munandi Saleh: Kaderisasi Stagnan, Parpol Kota Sukabumi Wajar Usung Non Kader

Sukabumiupdate.com
Jumat 14 Jul 2017, 07:37 WIB
Munandi Saleh: Kaderisasi Stagnan, Parpol Kota Sukabumi Wajar Usung Non Kader

SUKABUMIUPDATE.com - Perhelatan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2018-2023 di Kota Sukabumi memang tinggal menunggu waktu, namun partai politik yang ada masih ragu apakah akan mengusung calon dari kader sendiri sehingga lebih memilih untuk mengusung tokoh dari luar.

Sehingga timbul pertanyaan saat ini, tidak adanya kepercayaan dari partai untuk mendukung kadernya sendiri apakah karena kaderisasi yang tidak berjalan di internal dan membuka penjaringan agar tokoh lain bisa masuk ikut maju mencalonkan dalam kontestasi Pilkada.

Melihat kondisi politik di Kota Sukabumi saat ini jelang digelarnya tahapan Pilkada, Pengamat Politik Munandi Saleh tidak menampik bahwa ada beberapa parpol yang kaderisasinya sudah atau tidak berjalan. Karena pada kenyataannya, banyak kader yang dimiliki partai tersebut bisa ditampilkan untuk menjadi tokoh mengikuti perhelatan pilkada.

“Namun disisi lain, kader itu akan kalah populis dengan kader senior. Sementara partai membutuhkan kader yang akan ditampilkan harus menang, tentunya melihat sejauhmana tingkat populisnya apakah dikenal masyarakat dan memiliki kapabilitas yang bisa dipertanggungjawabkan,” tuturnya kepada sukabumiupdate.com, Jumat (14/7).

BACA JUGA: Pilkada Kota Sukabumi 2018-2023, Pengamat Politik: Persaingan Ketat Tapi Lambat Panas

Munandi menilai, kondisi saat ini mungkin saja bisa terjadi karena partai mengalami krisis kaderisasi sehingga mandek dan tidak berjalan. Sehingga mempersilakan tokoh-tokoh lain yang bukan kader, menggunakan partai tersebut sebagai kendaraan untuk maju dalam pencalonan dengan syarat bisa mengikuti peraturan permainan (rule of the game).

“Muncul ketidakpercayaan diri partai untuk menampilkan kadernya, sehingga muncul adanya penjaringan yang seolah-olah demokrasi namun pada akhirnya tetap muncul figur yang dianggap bisa mengakomodasi kebutuhan, keinginan dan lain-lain,” katanya.

Menurutnya, ketika ada partai mengusung calon dari luar dan bukan kader sendiri tentunya harus bekerja esktra dua kali. Tinggal melihat, apakah partai tersebut benar-benar berupaya memenangkan calonnya menjadi kepala daerah atau tidak peduli dan hanya mencari keuntungan saja yang terpenting kebutuhan partai terakomodir.

“Bagi calon yang bukan kader, ketika diusung nantinya harus bisa melakukan konsolidasi jika ingin diterima internal partai dengan berbagai kekuatan.  Dari sisi personality, komunikasi untuk meyakinkan petinggi partai dan kadernya hingga yang paling utama diimbangi pendanaan yang memadai,” jelas Munandi.

BACA JUGA: Tunggu Kejutan, PAN Isyaratkan Koalisi Besar di Pilkada Kota Sukabumi 2018-2023

Jika hal tersebut sudah tuntas, lanjut Munandi, calon yang akan diusung harus melakukan konsolidasi eksternal dengan partai lain untuk membangun koalisi maupun terhadap figur calon dari partai lain. Baru langkah terakhir, bagaimana partai sendiri bisa meyakinkan masyarakat.

Munandi melihat baru dua partai yang melakukan penjaringan, yaitu  Gerindra dan PDI Perjuangan. Bahkan yang sudah mendekati final adalah PDI Perjuangan, karena mengusung calon bukan dari internal partai tapi birokrat yakni Sekretaris Daerah Hanafie Zein.

“PDI Perjuangan sebetulnya sudah beberapa kali pilkada lebih suka memunculkan diluar kader, daripada memunculkan kadernya sendiri,” katanya.

Sedangkan Partai Gerindra, dari hasil penjaringan awal memunculkan tiga nama yaitu Dedi R Wijaya mantan kader Demokrat, Kamal Suherman Ketua DPC Gerindra dan Andri Setiawan Hamami yang nota bene kader Golkar masih tarik ulur. Tapi kecenderungan Andri Setiawan Hamami yang akan muncul, karena akan mengakses pendukung Golkar yang tidak struktural.

BACA JUGA: Resmi 71 Desa di Kabupaten Sukabumi Ikut Pilkades Serentak

Sementara Partai Keadilan Sejahtera (PKS), tetap menampilkan kader terbaik yakni Achmad Fahmi yang sekarang menjabat sebagai Wakil Wali Kota. Bahkan sudah terlihat keinginan Fahmi untuk menjadi kepala daerah, baik didorong partai atau personal. Namun disisi lain, Wali Kota Mohammad Muraz sebagai figur utama di Partai Demokrat masalahnya apa akan diusung kembali atau tidak masalah kedua.

Bicara realitas politik sekarang ungkap Munandi, figur yang nampak muncul ke permukaan ada semacam keinginan untuk menjadi kepala daerah atau wakil kepala daerah. Tinggal nanti dilihat, tokoh-tokoh politik lain mengkristalnya kemana.

“Perkembangan politik kedepan semakin dinamis dan pemetaan bisa berubah, baru pada saat injury time pendaftaran akan didaptakan pemetaan riil siapa yang nantinya bisa diterima masyarakat,” pungkas Munandi.

BACA JUGA: Siapapun Calonnya, Demokrat Optimis Cetak Hattrick di Pilkada Kota Sukabumi

Munandi mengungkapkan, dari kajian secara akademis kepala daerah yang dibutuhkan oleh masyarakat Kota Sukabumi memahami tentang ilmu pemerintahan dan ilmu kemasyarakatan. Karena jika tidak memiliki kedua hal tersebut, akhirnya yang muncul pemerintahan akan berjalan stagnan.

“Kalaupun ada yang mengatakan, seorang ekonom jangan dipaksa jadi birokrasi merupakan pernyataan yang blunder. Karena sebetulnya ekonomi tidak akan lepas dari birokrasi, yang penting bagaimana mensinergikan keinginan birokrasi menggunakan pendekatan bahasa yang mudah dipahami masyarakat,” pungkasnya.

Berita Terkini