SUKABUMIUPDATE.com - Penampilan Loudness di JogjaROCKarta (JRF) 2025 Setelah Helloween dan Ugly Kid Joe menjadi headliner hari pertama, Loudness didatangkan sebagai headliner hari kedua. Festival musik rock terbesar di Indonesia ini digelar 6–7 Desember 2025 di Stadion Kridosono, Yogyakarta bukan sekadar gigs biasa, melainkan sebuah demonstrasi kekuatan heavy metal sejati. Terlepas dari status mereka sebagai salah satu band veteran paling disegani dari Asia, energi yang mereka lepaskan di Kridosono terasa mentah, segar, dan tanpa kompromi seolah-olah mereka baru memulai karir.
Vokalis Minoru Niihara (vokal) membuktikan bahwa suaranya masih mampu mencapai nada tinggi yang ikonis, dipadukan dengan growl dan shout yang menggerakkan massa. Sementara itu, gitaris karismatik, Akira Takasaki (gitar), sekali lagi menegaskan posisinya sebagai salah satu dewa shred tercepat dan paling inovatif. Dentuman riff yang ia hasilkan, terutama dalam lagu-lagu seperti "Crazy Nights" dan instrumental gila "Exploder," adalah jaminan mutu bahwa heavy metal ala Jepang (J-Metal) memiliki identitas yang kuat, kritis, dan teknis.
- Pernyataan Pamit yang Epik: Kehadiran Loudness memberikan penutup yang layak bagi JRF edisi terakhir ini. Mereka tidak hanya menghibur, tetapi memberikan penghormatan terhadap dedikasi festival ini dalam memajukan musik rock keras di Indonesia.
- Repertori yang Mengguncang: Setlist mereka didominasi oleh era emas 80-an, era di mana mereka menembus tangga lagu internasional, namun tetap disisipi materi baru yang menunjukkan konsistensi mereka dalam berkarya.
- Teknikalitas vs. Emosi: Aksi panggung mereka menyeimbangkan virtuosity teknis yang luar biasa (terutama solo gitar Takasaki) dengan interaksi yang hangat dan emosional dengan penonton, menjadikannya tontonan yang utuh.
Baca Juga: Sukabumi Sudah Hadapi Banjir Sejak 1894, Membaca Jejak Bencana yang Terus Berulang
Loudness 'Soul on Fire' - Official Video from the Album 'Rise To Glory' (Tangkapan Layar: EarMusic/YT)
Diskografi dan Perjalanan Musik Dari Osaka Menuju Puncak Dunia
Loudness dibentuk di Osaka, Jepang, pada tahun 1981, oleh Akira Takasaki dan drummer Munetaka Higuchi (Alm.). Mereka adalah salah satu band rock keras Jepang pertama yang sukses menembus pasar Amerika Utara dan Eropa, membuka jalan bagi generasi band J-Rock dan J-Metal selanjutnya.
- Era Awal (1981–1984): Mengukir Identitas Speed Metal
Dibentuk dari sisa-sisa band hard rock Lazy, Loudness segera beralih ke ranah heavy dan speed metal yang lebih agresif. Album debut mereka, The Birthday Eve (1981), mengejutkan kancah musik lokal dengan riffing yang cepat dan produksi yang clean.
- Puncak Awal: Album Disillusion (1984) menjadi titik balik, menampilkan lirik berbahasa Jepang yang kuat dan nuansa epik yang mulai diakui secara internasional.
- Era Emas Internasional (1985–1988): Menyerbu Amerika
Ini adalah fase krusial. Loudness menjadi band metal Jepang pertama yang menandatangani kontrak rekaman besar di Amerika Serikat dengan Atco Records (anak perusahaan Atlantic Records).
- Thunder in the East (1985): Album ini menjadi tonggak sejarah, menampilkan lirik berbahasa Inggris sepenuhnya dan menghasilkan single ikonis "Crazy Nights." Album ini mencapai No. 74 di tangga album Billboard 200, sebuah pencapaian fenomenal bagi band Asia saat itu.
- Lightning Strikes (1986): Mempertahankan momentum internasional, album ini semakin mengokohkan sound mereka di pasar global.
- Pergantian Vokalis: Pada tahun 1988, Niihara digantikan oleh vokalis Amerika, Mike Vescera, dalam upaya untuk lebih menginternasionalkan band. Era ini menghasilkan album seperti Soldier of Fortune (1989), yang meski sukses, mulai menjauh dari sound Loudness orisinal.
Baca Juga: Yaya Moektio, Drummer Penting God Bless & Gong 2000, Meninggal Dunia
- Era Reformation dan Konsistensi (1990–Sekarang)
Setelah mengalami berbagai pergantian line-up dan perubahan gaya musik di era 90-an (termasuk kembalinya Akira Takasaki dengan line-up yang berbeda), formasi klasik orisinal (Minoru Niihara, Akira Takasaki, Masayoshi Yamashita, dan Munetaka Higuchi) bersatu kembali pada tahun 2000.
- Kembalinya Jati Diri: Sejak reuni, Loudness kembali ke root heavy metal mereka yang eksplosif.
- Tragedi dan Ketahanan: Kematian drummer legendaris Munetaka Higuchi pada tahun 2008 akibat kanker hati adalah pukulan berat. Namun, Loudness memilih untuk melanjutkannya dengan semangat kritis dan ketahanan, merekrut Masayuki Suzuki (sekarang Geto) dan terus merilis album baru, membuktikan bahwa api mereka tetap menyala.
- Karya Terkini: Album terbaru mereka, Sunburst (2022), membuktikan bahwa meskipun sudah lebih dari empat dekade berkarya, mereka masih relevan dan mampu menciptakan komposisi epic yang panjang dan kompleks.
Baca Juga: Dua Daesang Diraih Stray Kids, Daftar Lengkap Pemenang Asia Artist Awards 2025
Penampilan Loudness di JogjaROCKarta 2025, yang diselenggarakan di tengah atmosfer perpisahan festival Kridosono, merupakan momen krusial yang melampaui sekadar konser. Itu adalah sebuah affirmasi ulang kedigdayaan musik heavy metal Jepang yang telah berjuang menembus batas geografis dan bahasa sejak empat dekade lalu.
Dengan Minoru Niihara yang melancarkan vokal tinggi yang masih menusuk dan Akira Takasaki yang memuntahkan shredding nan presisi, Loudness tidak hanya membangkitkan nostalgia era emas 80-an, tetapi justru menunjukkan maturitas musikalitas mereka yang terus berkembang. Pesta distorsi yang mereka gelar di JRF ini menjadi penegasan bahwa metal yang otentik yang berakar pada keahlian teknis dan emosi liar memiliki daya tahan luar biasa, mampu menyatukan ribuan metalhead lintas generasi dalam satu raungan solid. Kehadiran mereka di penghujung JRF ini adalah sebuah pengukuhan nyata atas peran Loudness sebagai mercusuar J-Metal yang sinarnya tak pernah redup.
Pesta penutup di Yogyakarta ini juga berfungsi sebagai cermin untuk melihat kontribusi kritis Loudness dalam lanskap musik global, sebuah peran yang membedakan mereka dari band sezaman seperti Anthem atau Earthshaker. Loudness adalah yang pertama mengambil langkah berani untuk menginternasionalkan heavy metal Asia, menuntut pengakuan bukan hanya berdasarkan asal geografis, tetapi berdasarkan kualitas instrumental yang superior.
Dengan diskografi yang terus bertambah solid hingga karya terbaru, mereka telah menetapkan standar heavy metal yang ambisius, memadukan kecepatan speed metal dengan melodi Asia yang kaya. Maka, dentuman terakhir yang bergema dari panggung Loudness di Kridosono bukan hanya menandai berakhirnya satu perhelatan festival, melainkan menandai sebuah siklus kreasi dan pengaruh yang terus berlanjut, memastikan bahwa riff tajam Takasaki akan terus menginspirasi generasi musisi rock di Indonesia dan seluruh dunia.


