Ecky Lamoh, Ikon Vokalis Edane dan Elpamas Tutup Usia di Yogyakarta

Sukabumiupdate.com
Selasa 02 Des 2025, 09:53 WIB
Ecky Lamoh, Ikon Vokalis Edane dan Elpamas Tutup Usia di Yogyakarta

Ecky Lamoh, musisi rock mantan vokalis band Edane dan Elpamas, telah meninggal dunia pada 30 November 2025 dini hari di Yogyakarta, pada usia 64 tahun. (Credit Foto: Diddi Agepe) (Sumber : Istimewa)

SUKABUMIUPDATE.comAlexander Theodore Lamoh, atau yang lebih dikenal sebagai Ecky Lamoh, salah satu vokalis rock paling ikonik di Indonesia, mengembuskan napas terakhirnya di Yogyakarta pada dini hari, Minggu (30/11), di usia 64 tahun. Sosok dengan karakter suara tinggi, serak, dan penuh tenaga ini dikenang atas kontribusi besarnya pada band rock legendaris Edane dan Elpamas.

Ecky Lamoh dinyatakan meninggal dunia pada pukul 02.15 WIB di RSUP Dr. Sardjito, setelah detak jantungnya berhenti pada pukul 02.11 WIB. Penyebab kematian resminya adalah komplikasi penyakit kronis yang telah diderita selama beberapa hari, termasuk kondisi yang memerlukan tindakan cuci darah.

Kabar duka ini pertama kali disampaikan oleh putrinya, Pohachie Ariani, dan juga dikonfirmasi oleh manajemen serta personel Edane melalui platform media sosial. Ungkapan belasungkawa dan selamat jalan membanjiri jagat maya dari para penggemar serta rekan musisi.

Sebelumnya, kondisi kesehatan Ecky Lamoh telah menarik perhatian komunitas musik, di mana sejumlah rekan musisi, termasuk Eet Sjahranie (gitaris Edane), sempat menjenguk dan berpartisipasi dalam penggalangan dana untuk membantu biaya pengobatannya. Solidaritas ini menunjukkan betapa besar rasa hormat dan kasih sayang yang mengalir dari kancah musik rock Tanah Air kepada almarhum. Jenazah Ecky Lamoh disemayamkan di Rumah Duka RS Panti Rapih, Yogyakarta, sebelum prosesi selanjutnya. Kepergiannya meninggalkan jejak penting bagi perkembangan musik cadas Indonesia, yang semangatnya akan terus mengalir melalui karya-karyanya.

Baca Juga: 80 Persen Hutan Rusak, KDM Akan Beri Upah Rp 50 Ribu Untuk Warga Jabar Yang Mau Tanam Pohon

"In memoriam of Eki Lamoh and Iwan Xaverius! \m/" - Eet Sjahranie

Biografi Ecky Lamoh Suara Rock Indonesia yang Menghentak

Ecky Lamoh, lahir di Jakarta pada 13 Juli 1961, adalah simbol era keemasan rock 1980-an dan 1990-an. Namanya terukir sebagai salah satu vokalis dengan teknik suara paling khas melengking, serak, dan penuh energi yang membentuk identitas musik band seperti Elpamas dan terutama Edane. Biografi ini merangkum perjalanan hidup dan pencapaian musikalnya yang luar biasa.

Alexander Theodore Lamoh berasal dari keluarga keturunan Minahasa, Sulawesi Utara, di mana marga Lamoh berasal dari kata "Lamo" (panjang). Panggilan masa kecilnya adalah Leki, yang karena cadel diucapkan sebagai Eki, dan kemudian menjadi Ecky.

Bakat menyanyi Ecky telah terlihat sejak usia dini, didorong oleh sang nenek, Tora Fischer, yang mengajaknya menyanyikan lagu-lagu klasik. Lingkungan multikultural Jakarta tempat ia tumbuh turut membentuk apresiasinya terhadap genre rock dan blues sejak masa remaja.

Selain fokus pada musik, Ecky juga mendalami sisi spiritual dan pendidikan formal. Ia meraih gelar Sarjana Pendidikan Agama Kristen (S.Pd.K) dari STTI Philadelphia dan melanjutkan studi Magister Pendidikan di STT KADESI Yogyakarta. Sejalan dengan pendidikan ini, ia juga aktif melayani sebagai pendeta di Gereja Bethel Indonesia (GBI). Menariknya, Ecky juga memegang gelar Black Belt Karate, yang mencerminkan minatnya pada disiplin dan bela diri.

Baca Juga: Androgini Ekstrem: Pengorbanan Musisi Visual Kei Rela "Makan Hati jadi Perempuan" (Bagian:3)(Habis)

Awal Karier dan Masa di Elpamas

Karier musik profesional Ecky dimulai pada era 1980-an. Pada pertengahan 1986, ia bergabung dengan Elpamas, sebuah band rock berpengaruh yang telah berdiri sejak 1970-an, sebagai vokalis utama. Kontribusinya dalam album-album awal Elpamas membawa nuansa vokal baru yang memperkuat pijakan band di panggung rock nasional.

Tahun 1988, ia berkolaborasi dalam proyek "Kharisma Indonesia", yang menjadi momentum pertemuannya dengan Eet Sjahranie. Kerja sama ini berlanjut ke proyek duo bernama "E & E" (Ecky & Eet), menandai awal dari persahabatan musikal yang produktif. Pada 1989, Ecky juga mendapat rekomendasi dari Jockie Surjoprajogo (God Bless) kepada produser Jimmy Doto, membuka jalan untuk karier solonya.

Titik kulminasi karier Ecky Lamoh adalah ketika ia didapuk menjadi vokalis utama Edane pada tahun 1991. Band yang dibentuk oleh Eet Sjahranie ini meledak di kancah musik rock Indonesia dengan album debut mereka, The Beast (1993). Vokal serak Ecky yang eksplosif menjadi penanda album tersebut.

The Beast meraih sukses besar, masuk dalam daftar 150 Album Indonesia Terbaik Sepanjang Masa versi Rolling Stone Indonesia (2007), dan lagu "Ikuti" juga diakui sebagai salah satu dari 150 Lagu Indonesia Terbaik (2009). Walaupun kemudian Ecky meninggalkan Edane untuk kembali ke Elpamas pada pertengahan 1990-an, sumbangsih suaranya pada album perdana tersebut menjadikannya salah satu vokalis paling berkesan dalam sejarah Edane.

Baca Juga: Saat Jagoan Musik Lagi Gabut dan Muter Otak Bersama Jadilah Supergrup

Karier Solo, Film, dan Panggung Terakhir

Setelah Edane, Ecky berfokus pada jalur solo. Ia merilis album seperti Top Ten Indonesian Rock Vocalist, yang melahirkan lagu-lagu seperti "Selimut Kuning" dan "Rumah Kecil di Bukit Merah". Musiknya memadukan elemen rock, blues, dan sentuhan lokal. Ia juga aktif sebagai produser musik dan penulis lagu, serta mendirikan Eki Lamoh Band. Di luar musik, Ecky pernah menjajal dunia akting, tampil dalam film Wage: The Science of Fictions (IMDb). Hingga menjelang akhir hayatnya, ia tetap tampil energik, termasuk dalam Konser 51 Tahun Kerajaan Cinta Ahmad Dhani pada Mei 2023, di mana penampilan vokalnya yang prima saat membawakan "Cukup Siti Nurbaya" sempat mencuri perhatian publik.

Ecky Lamoh adalah sosok humanis, rendah hati, dan bersemangat tinggi, yang menetap di Yogyakarta pada tahun-tahun terakhirnya. Ia meninggal dunia pada usia 64 tahun akibat komplikasi penyakit. Dukungan penuh dari komunitas rock, termasuk upaya penggalangan dana, mencerminkan besarnya pengaruhnya. Jasa yang ia tanamkan dalam musik rock Indonesia, melalui suara ikoniknya yang penuh gairah, akan terus menginspirasi generasi musisi selanjutnya dan tetap menjadi bagian penting dari kekayaan musik Tanah Air.

Saat menghadapi kondisi kesehatan yang menurun, Ecky Lamoh tidak sendirian; gelombang simpati dan dukungan mengalir deras dari seluruh penjuru industri musik dan basis penggemarnya, mencerminkan besarnya pengaruh dan rasa hormat terhadap vokalis rock berkarakter tersebut. Solidaritas humanis ini terwujud nyata ketika rekan-rekan musisi, termasuk gitaris Edane, Eet Sjahranie, berinisiatif menggalang dana untuk membantu meringankan beban biaya pengobatan Ecky yang intensif, yang bahkan memerlukan proses cuci darah. Melalui media sosial, Eet Sjahranie secara terbuka memohon doa dan dukungan finansial, menegaskan ikatan kekeluargaan dalam komunitas rock dan menunjukkan bahwa semangat persaudaraan musisi Indonesia tetap kuat di tengah cobaan. Bantuan dari kolega dan fans ini adalah bukti kecintaan publik terhadap sosok Ecky yang dikenal rendah hati dan total dalam bermusik.

Editor :
Berita Terkait
Berita Terkini