G3 Reuni Tiga Dewa Gitar Balik Kandang Bareng "Crossroads"

Sukabumiupdate.com
Selasa 28 Okt 2025, 05:33 WIB
G3 Reuni Tiga Dewa Gitar Balik Kandang Bareng "Crossroads"

G3: Joe Satriani, Eric Johnson, Steve Vai - Crossroads (Official Video) (Tangkapan layar: @earMUSIC/youtube)

SUKABUMIUPDATE.com -  G3 bukanlah sekadar konser biasa, melainkan sebuah perayaan virtuositas gitar yang dipimpin oleh tiga musisi yang mendefinisikan genre rock instrumental. Proyek ini diprakarsai oleh Joe Satriani, seorang guru gitar berpengaruh yang kemudian menjadi salah satu maestro terlaris di dunia. Ia membawa serta murid sekaligus salah satu gitaris paling inovatif di generasinya, Steve Vai, serta maestro tone nan indah dan melodis, Eric Johnson.

Lineup orisinal ini pertama kali naik panggung pada tahun 1996 dan segera menciptakan standar baru yang sangat tinggi bagi semua tur G3 setelahnya. Setiap tur G3 berikutnya selalu menampilkan Satriani sebagai host tetap yang berkolaborasi dengan dua gitaris berkaliber tinggi lainnya, namun formasi Satriani-Vai-Johnson tetap dianggap sebagai trio paling ikonik dan berpengaruh.

Proyek G3, yang selalu menampilkan tiga gitaris utama dalam satu panggung, telah menghasilkan dokumentasi live yang monumental, termasuk empat album live resmi yang menjadi rujukan para gitaris di seluruh dunia. Yang paling ikonik dan banyak diakui adalah G3: Live in Concert yang dirilis pada tahun 1997, secara sempurna menangkap keajaiban formasi Satriani, Vai, dan Johnson.

Baca Juga: Viral, Karang Pantai Cimandala Dibongkar, DKP Sukabumi: Pengerjaan Dihentikan Sementara

Fenomena G3: Dari 'For the Love of God' Steve Vai Sampai Kolaborasi di Panggung Dewa 19.Fenomena G3: Dari 'For the Love of God' Steve Vai Sampai Kolaborasi di Panggung Dewa 19 (Tangkapan layar: @earMUSIC/youtube).

Format pertunjukannya adalah sebuah masterclass bergilir, di mana setiap gitaris mendapatkan waktu penuh untuk membawakan set solo mereka, memungkinkan audiens untuk mengapresiasi keunikan gaya, tone, dan teknik masing-masing. Puncaknya adalah sesi jam penutup yang menyatukan ketiga virtuoso ini dalam permainan yang penuh improvisasi dan energi.

Setiap musisi G3 memiliki lagu instrumental andalan yang wajib dibawakan dan selalu menjadi momen sorotan di setiap konser. Eric Johnson dikenal secara universal lewat "Cliffs of Dover," sebuah komposisi yang memenangkan Grammy Award dan telah diakui karena keindahan melodinya yang mengalir dan tone gitarnya yang murni, sering disebut-sebut sebagai salah satu yang terbaik yang pernah direkam.

Di sisi lain, Joe Satriani memiliki lagu-lagu ikonik seperti "Surfing with the Alien" sebuah track yang meledakkan kariernya di arus utama serta balada emosional "Always with Me, Always with You," yang menyentuh hati pendengar meski tanpa lirik. Sementara itu, Steve Vai selalu memukau dengan "For the Love of God," sebuah karya epik yang menuntut tingkat kontrol dan ekspresi emosional yang ekstrem, menjadikannya salah satu penampilan gitar solo paling transformatif sepanjang masa.

Baca Juga: Mengapa Power Ballad Scorpions Menjadi Cetak Biru (Blueprint) bagi Pop Rock Melayu Era 90-an

Meskipun tur G3 sebagai sebuah entitas kolektif belum pernah singgah secara resmi ke Indonesia, para penggemar musik rock di Tanah Air sempat menikmati penampilan dari salah satu anggotanya dalam konteks yang unik. Namun, Steve Vai menciptakan kejutan besar dan momen bersejarah ketika ia tampil sebagai bagian dari Dewa 19 Featuring All Stars 2.0 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) pada September 2025. Kolaborasi langka ini mempertemukan virtuoso dunia dengan band rock legendaris Indonesia, membuktikan bahwa meskipun Vai memiliki karir solo yang mapan dan riwayat sebagai mantan gitaris Whitesnake, ia terbuka untuk crossover budaya yang spektakuler. Perlu dicatat, dua anggota G3 lainnya, Joe Satriani dan Eric Johnson, tidak terlibat dalam proyek All Stars tersebut.

Obsesi dan penghormatan para gitaris G3 terhadap Jimi Hendrix begitu mendalam hingga ini menjadi salah satu tradisi yang paling dicintai dalam format pertunjukan mereka. Sesi jam penutup G3 secara turun-temurun selalu diisi dengan cover lagu-lagu klasik Hendrix, seperti "Red House" atau "Voodoo Child (Slight Return)."

Hal ini bukanlah sebuah kebetulan Hendrix dianggap sebagai inspirator utama yang revolusioner, yang meletakkan fondasi teknis dan filosofis bagi seluruh generasi gitaris rock instrumental. Dengan mengakhiri malam dengan penghormatan kepada Hendrix, trio G3 memastikan bahwa pertunjukan mereka tidak hanya tentang pamer teknik pribadi, tetapi juga tentang pengakuan terhadap akar blues-rock mendalam yang memungkinkan genre G3 ada.

Reuni Legendaris di Tikungan "Crossroads" dan Penghormatan Abadi

Tiga pilar utama dalam lanskap rock instrumental modern Joe Satriani, Steve Vai, dan Eric Johnson akhirnya mengakhiri penantian panjang para penggemar dengan kembali bersatu dalam proyek ikonik G3. Momen bersejarah reuni formasi orisinal ini secara resmi diabadikan melalui single utama, sebuah cover mendalam dari lagu klasik blues "Crossroads", yang dirilis pada 22 Oktober 2024.

Respon publik sangat eksplosif, dengan video resminya yang langsung ditonton lebih dari 342 ribu kali dalam waktu singkat. Single ini berfungsi sebagai pemanasan yang sempurna untuk album mendatang, G3 Reunion Live, yang rilis pada 31 Januari 2025.

Baca Juga: Asyik Bertani, 5 Milenial Sukabumi Tepis Anggapan Sektor Pertanian Bukan Untuk Pemuda

Album tersebut merupakan rekaman langsung dari tur keliling AS yang sukses besar pada tahun 2024, di mana trio legendaris ini menjual habis tiketnya. Album ini tidak hanya menyajikan set live lengkap dari setiap maestro secara individu, tetapi juga sesi jam all-star tambahan yang menyatukan mereka, yang akan dirilis dalam format khusus dan terbatas untuk para kolektor.

Piawai Menghormati Karya Musisi Lain, Tanpa Kehilangan Identitas

Dalam video "Crossroads" yang disutradarai oleh ZZ Satriani, ketiga gitaris menunjukkan pendekatan yang matang dan unik terhadap warisan lagu klasik tersebut. Joe Satriani dengan elegan membuka tribute ini, memberikan penghormatan pada solo asli Eric Clapton sebelum meluncurkan interpretasi khasnya yang melengking, penuh bending nada dan teknik khas Satch.

Sementara itu, Steve Vai, sang virtuoso dengan gaya yang lebih teatrikal, menyuntikkan dinamika dan emosi yang tak terduga ke dalam komposisi. Namun, adalah Eric Johnson yang menuai pujian paling hangat. Banyak penggemar berkomentar bahwa Johnson mampu menghadirkan "roh" dan feel asli dari lagu tersebut, dengan tone gitarnya yang khas dan bersih, membuat seorang ayah berkomentar di YouTube bahwa ia berharap anaknya dapat bermain dengan kepekaan rasa yang sama seperti Johnson.

Antusiasme di kolom komentar menunjukkan betapa signifikannya reuni ini; mulai dari sesama musisi yang mengakui trio ini sebagai sumber inspirasi, hingga generasi muda yang baru mengenal rock instrumental. Keberhasilan G3 2024 ini, yang diperkuat oleh respons positif label earMUSIC yang menyediakan tautan dan update aktif, tidak hanya memuaskan kerinduan fans tetapi juga menegaskan kembali warisan mereka sebagai "The Last Guitar Heroes" yang terus menginspirasi dunia.

Editor :
Berita Terkait
Berita Terkini