SUKABUMIUPDATE.COM - Pendidikan adalah korban utama perang, yang luput diperhatikan, misalnya, tiga juta anak-anak di Suriah putus sekolah akibat kejadeian itu, kata Irina Bokova, diplomat Bulgaria, yang diperkirakan menjadi pemimpin Perserikatan Bangsa-Bangsa, Selasa (6/9).
Pemimpin dunia mesti meningkatkan mutu pendidikan di wilayah terdampak perang, kata Bokova di London.
"Hanya dua persen dari bantuan kemanusiaan disalurkan ke pendidikan," katanya, "Itu sisi tersembunyi perang." Sekitar 263 juta anak-anak di seluruh dunia putus sekolah, kata Badan PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan (UNESCO).
Lebih dari sepertiga anak-anak di negara terdampak bentrok bersenjata tidak bersekolah, kata UNESCO.
Bokova, mantan menteri luar negeri Bulgaria dan direktur jenderal UNESCO sejak 2009, merupakan satu dari 10 kandidat pengganti Sekretaris Jenderal (sekjen) PBB Ban Ki-moon yang akan mengakhiri jabatannya akhir 2016 Rabu (7/9).
Ban Ki-moon telah menjabat selama dua periode atau 10 tahun.
Pungutan suara pekan lalu menunjukkan, Mantan Perdana Menteri Portugis Antonio Guterres menempati posisi teratas calon sekjen. Urutan di bawahnya diisi Menteri Luar Negeri (Menlu) Slovakia Miroslav Lajcak, sementara posisi tiga ditempati dua orang, yaitu Bokova dan Mantan Menlu Serbia Vuk Jeremic, kata diplomat.
Lima belas negara anggota Dewan Keamanan PBB akan mengadakan pungutan suara tertutup untuk memilih sekjen perempuan pertama.
Namun, harapan itu tampaknya tak akan terwujud.
Pencegahan konflik berikut usaha mempromosikan perdamaian mesti jadi fokus utama sekjen PBB selanjutnya, kata Bokova di Chatham House, institut kebijakan, London.
Lembaga dunia itu sebaiknya lebih banyak menjaga perdamaian dan melakukan diplomasi, tambahnya.
"Tiap misi perdamaian harus dimaknai sebagai strategi politik lebih luas," katanya.
Bokova menilai para pegaris keras merupakan ancaman terbesar keamanan dan perdamaian dunia. Ia mengingatkan, terorisme perlu terus diperangi demi mengembalikan marwah demokrasi.
"Keduanya merupakan hal yang berbeda," tambahnya.
Ia menyadari PBB punya batasan, dan berujar, "Saya belum menemukan penyelesaian lebih baik di luar sana untuk mengatasi masalah dunia." "Multilateralisme memang melelahkan dan lambat, tetapi diplomasi merupakan satu-satunya langkah yang dapat diandalkan," katanya.
Diplomat mengatakan DK-PBB hendak menyarankan seorang calon untuk pemilihan Sidang Umum PBB pada Oktober mendatang.
Lima anggota tetap DK-PBB -Amerika Serikat, Rusia, Inggris, China dan Prancis- mesti menyetujui pilihan tersebut.
