SUKABUMIUPDATE.com - AI Veo 3, teknologi kecerdasan buatan terbaru dari Google DeepMind menuai decak kagum sekaligus kekhawatiran dari berbagai kalangan. Teknologi ini memungkinkan pengguna menghasilkan video yang terlihat realistis hanya dari sebuah teks atau gambar, gerakan, suara, dan ekspresi wajah yang nyaris tak bisa dibedakan dari manusia sungguhan.
Melalui AI Veo 3, pengguna dapat membuat video berdurasi panjang dengan lengkap penuh narasi, suara karakter, dan sinematik kualitas tinggi tanpa melibatkan aktor atau kru film.
Beberapa konten video dari Veo 3 bahkan telah viral di platform seperti TikTok, sehingga mengejutkan warganet yang tidak sadar bahwa mereka sedang menonton hasil karya AI.
Baca Juga: Revolusi Komunikasi: Bagaimana AI Mengubah Cara Kita Terhubung
Namun, kemajuan ini memunculkan kekhawatiran besar, terutama dalam hal etika, privasi, dan dampak negatifnya terhadap tenaga kerja kreatif.
1. Potensi Penyalahgunaan untuk Deepfake dan Hoaks
Teknologi Veo 3 mampu menghasilkan video yang sangat realistis hingga sulit dibedakan dari rekaman nyata. Sayangnya, kemampuan ini juga membuka peluang besar bagi penyebaran video palsu atau deepfake yang bisa digunakan untuk menipu publik, menyebarkan informasi palsu, atau memanipulasi opini masyarakat. Risiko ini menjadi salah satu tantangan utama dalam mengawasi penggunaan teknologi generatif semacam ini.
2. Perdebatan Mengenai Hak Cipta dan Data Latihan
Veo 3 dilatih menggunakan sejumlah besar data video dan gambar yang diambil dari berbagai sumber. Hal ini menimbulkan perdebatan soal legalitas dan etika terkait hak cipta dan perlindungan data. Penggunaan data tanpa izin yang jelas dapat menimbulkan persoalan hukum, serta merugikan para pembuat konten asli yang karyanya digunakan sebagai bahan pelatihan tanpa kompensasi.
3. Hambatan Akses karena Biaya dan Ketersediaan Terbatas
Meskipun Veo 3 menawarkan kemampuan yang mengesankan, teknologi ini masih terbatas aksesnya. Pengguna harus berlangganan paket premium dengan biaya cukup tinggi, sehingga tidak semua kalangan dapat memanfaatkannya. Ketimpangan ini menimbulkan kekhawatiran terkait kesenjangan digital, terutama antara pengguna di negara maju dan berkembang.
4. Ancaman terhadap Profesi di Industri Kreatif
Kemampuan Veo 3 yang mampu menciptakan video berkualitas tinggi secara otomatis dapat berdampak negatif pada para profesional di industri kreatif seperti aktor, sutradara, animator, dan pengisi suara. Ada kekhawatiran bahwa AI bisa menggantikan peran manusia dalam produksi konten, yang berpotensi menyebabkan pengurangan lapangan pekerjaan dan perubahan besar dalam ekosistem industri hiburan.
Hasil AI Veo 3 yang nampak realistis. | Foto: Google
Teknologi seperti Veo 3 memang membawa kemajuan yang luar biasa, namun juga perlu diimbangi dengan regulasi yang ketat dan penggunaan yang bertanggung jawab agar dampak negatifnya dapat diminimalisir. Kesadaran dan pengawasan dari berbagai pihak menjadi kunci agar teknologi ini dapat dimanfaatkan secara optimal tanpa mengorbankan aspek etika dan sosial.
Seiring meningkatnya kekhawatiran, banyak pihak mendesak adanya regulasi yang lebih ketat terkait penggunaan AI generatif. Pemerintah di berbagai negara mulai mempertimbangkan undang-undang baru yang mewajibkan labelisasi pada konten buatan AI serta batasan penggunaannya untuk mencegah penyalahgunaan.
Veo 3 menandai loncatan besar dalam dunia kecerdasan buatan. Namun, seperti pedang bermata dua, kecanggihan ini perlu dibarengi kesadaran kolektif, regulasi yang adil, dan penggunaan yang bertanggung jawab. Tanpa itu, batas antara kenyataan dan rekayasa bisa semakin kabur dan kepercayaan masyarakat terhadap informasi visual bisa runtuh total.
Sumber: Berbagai Sumber
Penulis: Zulfah Mubarokah, Mahasiswa Magang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Sukabumi