Sukabumi Nyerenteng: Dari Video Viral ke Panggung Aksi Bela Diri, Perlawanan Terhadap Tawuran

Sukabumiupdate.com
Minggu 13 Jul 2025, 16:38 WIB
Sukabumi Nyerenteng: Dari Video Viral ke Panggung Aksi Bela Diri, Perlawanan Terhadap Tawuran

Sukabumi Nyerenteng, sebuah hajatan ajang adu pukul dan ruang ekspresi yang membumi serta menghibur | Foto : Dok. Panitia

SUKABUMIUPDATE.com - Dari sebuah video viral si Ompong, kini jadi energi kolektif yang meledak di gelanggang bela diri. Itulah "Sukabumi Nyerenteng" sebuah hajatan yang bukan sekadar ajang adu pukulan, tapi ruang ekspresi yang membumi, menghibur, dan menampar keras kultur kekerasan jalanan yang sering menjerat remaja.

“Sebetulnya ini dalam rangka rangkaian HUT Bhayangkara yang ke-79, tapi dikarenakan waktu itu persiapannya kurang matang jadi tidak tepat di 1 Juli, jadi kita mundurkan ke 12 Juli,” ujar Anggi Sendra Yogi, Ketua Pelaksana kegiatan kepada sukabumiupdate.com, Minggu (13/7/2025).

Nama Sukabumi Nyerenteng lahir dari geliat lokal dari hal sederhana yang meledak di media sosial, namun punya daya lekat yang kuat di hati warga. “Sukabumi Nyerenteng berawal dari booming-nya video si Ompong. Sebetulnya udah lama ide gagasan ini, cuman dikarenakan satu dua hal mundur-mundur, terlaksananya sekarang,” kata Anggi.

Ini memang bukan event perdana, tapi yang kedua. Hanya saja kali ini, nyerentengnya lebih terasa karena panitia membuka ruang bagi semua cabang olahraga bela diri tanpa diskriminasi.

Baca Juga: Dari Jalanan ke Pesantren: Transformasi Remaja Geng Motor Sukabumi, Ditangkap saat Hendak Tawuran

“Acara kita ambil rules-nya dari beberapa cabor, karena menurut kami dari pengalaman tahun kemarin kalau misalkan merujuk ke salah satu cabor saja, misal MMA, ada beberapa cabor lain yang tidak bisa mengikuti. Kalau misal seperti boxing dari petina atau yang lain kayak muaythai tidak bisa ikut. Dikarenakan seperti itu, kita inisiatif dari panitia mewadahi semua cabor, jadi kita adakan semua—dari mulai freestyle, boxing, striking, MMA kita adakan semua. Semua cabor yang ada, bergelut di combat sport, cabang beladiri, bisa masuk ikut.” tuturnya.

Lebih dari 100 peserta ikut ambil bagian, dari usia kadet hingga amatir dewasa. “Dari mulai usia 9 tahun kadet. Jadi kita pisahin kategorinya, misal boxing, kick boxing, dan MMA. Kita split di umur kadet misal 9-11 tahun, dari 12-15 tahun zero itu, dari 16-19 tahun dan selanjutnya 18-21 tahun, selanjutnya bisa dibilang amatir untuk umum,” ujar Anggi.

Meski tidak menerapkan seleksi ketat, panitia tetap mengedepankan skrining. “Kalau seleksi kita tidak ada, cuman lebih ke skrining aja kalau mereka layak atau belum untuk mengikuti ini, karena kita juga berpikiran bahwa olahraga combat sport ini kontak fisik, full. Jadi kalau misalkan mereka tidak memahami ketentuan dan tidak memahami rules-nya, akan sedikit berbahaya.” bebernya.

Baca Juga: Daun Insulin: Tanaman Herbal Andalan untuk Bantu Atasi Diabetes

Sampai jelang pertandingan, 80 peserta sudah terdaftar dari berbagai kelas berat. “Sejauh ini peserta udah lebih dari 100 kalau buat umum, cuman kita juga kan drawing dulu, pemasangan dulu per kelas, misal kelas 48, 50, 55, 60 dan selanjutnya. Yang baru terpasang baru sekitar ada 80 orang, berarti sekitar 40 partai. Sisanya masih menunggu yang daftar.” jelasnya.

Namun, semangat lokal tetap jadi prioritas. “Karena kita di panitia memprioritaskan Sukabumi lokal kota kabupaten. Sisanya baru dari luar. Sebetulnya dari luar kota, provinsi juga banyak. Cuman kita batasi, disimpan dulu di bagan kedua. Kalau kuota lokal sudah penuh, baru dari luar,” katanya.

Event ini digelar satu hari penuh pada Sabtu, 12 Juli 2025, didahului dengan fase timbang badan, technical meeting, dan face off di GOR Merdeka. Namun lebih dari sekadar lomba, Sukabumi Nyerenteng juga punya dimensi sosial yang kuat.

“Kalau dari panitia, Sukabumi Nyerenteng itu nggak ada goal ke situ (penyaringan atlet), cuman diharapkan semua cabor dan pengurusnya bisa melihat dan memilih atlet mana yang bagus dan mungkin mereka akan menawarkan untuk gabung ke pengcab atau ke cabor mereka,” jelas Anggi.

Terpenting, acara ini juga jadi ruang pengalihan dari kekerasan jalanan menuju jalur yang lebih positif. “Karena kita sudah koordinasi dengan pihak Polres Sukabumi Kota, karena banyaknya dan seringnya tawuran di luar. Jadi kita wadahi mereka yang suka tawuran di jalanan untuk bisa lebih tertib, atau mereka yang punya masalah bisa diwadahi di sini.” katanya.

Baca Juga: Jembatan Bantargadung Sukabumi Batal Dibangun AksiBersama-Anies Baswedan, Ini Alasannya!

Untuk umum, penghargaan berupa prestise dan apresiasi non-materi. “Buat umum lebih ke prestasi aja—sertifikat, medali, souvenir. Tapi untuk main event yang influencer ini, kita ada sedikit bayaran untuk mereka.” tambahnya.

Salah satu peserta, Gavririel Apriliosyah yang turun di kelas 56 Kg, turut membagikan kisahnya usai menjuarai pertandingan debutnya.

“Alhamdulillah bahagia bisa menang dan dapat medali, karena tidak mudah untuk jadi juara. Banyak yang harus dikorbankan, seperti waktu, diri sendiri, dan lain-lain. Tapi dibayar tuntas oleh kemenangan,” ujarnya.

Gavririel mengaku Sukabumi Nyerenteng adalah panggung pertamanya. “Kebetulan ini kali pertama saya tampil di atas ring dan saya debut di event Sukabumi Nyerenteng,” katanya. Ia juga menyebutkan bahwa ia menyiapkan diri sekitar satu bulan. “Saya lakukan persiapan kurang lebih satu bulan.” tambahnya.

Ia berharap event ini bisa terus berlanjut dan berkembang. “Harapan untuk panitia, semoga ini bisa menjadi event yang berkelanjutan, dan sukses lagi di event selanjutnya,” tutupnya.

Dengan semangat yang mengalir deras dari berbagai arah, Sukabumi Nyerenteng tak hanya jadi simbol kolaborasi, tapi juga upaya nyata menyelamatkan generasi. Bukan sekadar acara, tapi gerakan budaya dan energi perubahan.

Berita Terkait
Berita Terkini