Langkah Warga Neglasari Sukabumi Terhenti Diujung Jembatan Tegaldatar yang Hilang

Sukabumiupdate.com
Kamis 05 Jun 2025, 20:40 WIB
Jembatan Tegaldatar putus diterjang luapan sungai Cikaso Sukabumi | Foto : Ragil Gilang

Jembatan Tegaldatar putus diterjang luapan sungai Cikaso Sukabumi | Foto : Ragil Gilang

SUKABUMIUPDATE.com - Seorang pria paruh baya tampak berdiri bingung di atas sepeda motornya. Hermanto (50 tahun), seorang pedagang makanan ringan, awalnya berniat menyebrang untuk berjualan seperti hari-hari biasanya. Namun langkahnya terhenti saat menyaksikan pemandangan memilukan di hadapannya.

Sebuah jembatan yang terbiasa dilalui Hermanto, jembatan Tegaldatar kini hanya menyisakan tiang dan pondasi akibat diamuk sungai Cikaso. Badan jembatan yang terputus terlihat melintang, menyisakan kesulitan dan sesak di dada warga Desa Neglasari, Kecamatan Lengkong, Kabupaten Sukabumi.

“Saya sudah lama tidak ke sini. Hari ini rencananya mau jualan makanan ringan ke perkampungan, tapi saya tidak tahu kalau jembatannya putus,” ujar Hermanto kepada sukabumiupdate.com, Kamis (5/6/2025), dengan nada kecewa.

Jembatan permanen sepanjang 60 meter dan lebar 3 meter itu, dulunya menjadi nadi kehidupan bagi warga Kampung Cikaler dan Kampung Tegaldatar. Dibangun oleh PT Clariant pada tahun 2012 sebagai bagian dari program CSR perusahaan, jembatan ini menjadi penghubung vital antar kampung menuju jalur utama provinsi Jampangtengah–Kiaradua yang hanya berjarak sekitar 15 meter dari lokasi.

Baca Juga: Warga Protes Jalan Rusak di Cidahu Sukabumi, UPTD PU Pastikan Perbaikan Juli 2025

Alkisah, tragedi bermula pada Kamis, 6 Maret 2025 ketika warga terlelap dalam tidur berselimut gemercik hujan, jarum jam menunjukan pukul 24.00 WIB saat semuanya berubah akibat luapan Sungai Cikaso. Banjir besar dipicu hujan deras menghantam fondasi jembatan Tegaldatar.

Tak kuasa menahan tekanan air dan bongkahan-bongkahan kayu yang terbawa arus, jembatan Tegaldatar menyerah pada alam dan roboh, menyebabkan akses kedua kampung terputus total.

Camat Lengkong, Ade Rikman, membenarkan peristiwa tersebut dan menekankan pentingnya jembatan itu bagi warga sekitar. “Jembatan ini sangat vital bagi warga, terutama untuk akses ekonomi, sosial, dan pendidikan. Sekarang warga harus mencari jalur alternatif yang lebih jauh untuk ke perkotaan, ke kantor kecamatan, kantor desa maupun ke fasilitas kesehatan,” ujarnya.

Sementara itu, kehidupan seperti terhenti di ujung jembatan yang putus. Tak ada lagi hilir mudik warga yang membawa hasil bumi atau anak-anak berseragam sekolah. Jembatan Tegaldatar tak sekadar penghubung fisik dua kampung, ia adalah urat nadi kehidupan.

"Kini, warga hanya bisa berharap. Harapan akan jembatan baru, harapan akan akses yang kembali terbuka, dan harapan bahwa mereka tak dilupakan di tengah derasnya arus pembangunan yang sering kali abai pada suara dari tepian," kata perangkat Desa Neglasari Dede Afrak.

Berita Terkait
Berita Terkini