SUKABUMIUPDATE.com - Di balik secangkir kopi herbal instan berlabel Kopi Karuhun, tersimpan kisah perjuangan, harapan, dan kepedulian. Awan Suwandi (47 tahun), pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) asal Desa Walangsari, Kecamatan Kalapanunggal, Kabupaten Sukabumi, menjadi pelanjut semangat mendiang Asep Rahmat pencetus Kopi Karuhun yang memulai racikan herbal ini demi menyelamatkan sang istri dari kanker otak stadium 3C.
Awal mula inovasi ini bermula sekitar tahun 2005, ketika Asep Rahmat, seorang pensiunan administratur perkebunan, menerima kenyataan pahit bahwa istrinya divonis kanker dengan sisa waktu hidup hanya satu tahun. Dalam kondisi sulit itu, Asep tak tinggal diam. Ia mulai rajin membaca, meracik herbal, dan membuat minuman ramuan sendiri.
Awal mula inovasi ini bermula sekitar tahun 2005, ketika Asep Rahmat, seorang pensiunan administratur perkebunan, menerima kenyataan pahit bahwa istrinya divonis kanker dengan sisa waktu hidup hanya satu tahun. Dalam kondisi sulit itu, Asep tak tinggal diam. Ia mulai rajin membaca, meracik herbal, dan membuat minuman ramuan sendiri.
Baca Juga: Respons Bupati Sukabumi usai Disindir KDM ‘Jalan Butut Tak Selesai dengan Ngopi’
“Selama satu tahun penuh istri beliau konsumsi ramuan itu. Alhamdulillah, sampai tahun 2015 masih sehat,” tutur Awan Suwandi yang kemudian meneruskan produksi kopi herbal tersebut sejak tahun 2007.
Seiring waktu, khasiat ramuan ini mulai dikenal warga sekitar, khususnya untuk mengatasi masalah lambung. Produksi pun mulai dilakukan lebih serius, terlebih setelah mendapatkan dukungan dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (DPMPD). Awan juga kerap mewakili daerahnya dalam berbagai event tingkat kabupaten dan provinsi.
Namun, meski kualitas produk diakui, tantangan pemasaran masih membelit. “Sekarang masih door to door. Kadang ada tamu yang sembuh, lalu dua bulan kemudian dia bawa saudaranya. Itu jadi jalur pemasaran saya,” ungkap Awan.
Ia menyadari, metode penjualan daring belum efektif untuk produk herbal seperti miliknya. “Orang biasanya ingin konsultasi dulu soal penyakitnya. Apalagi kita harus tahu teori dan efeknya. Tapi alhamdulillah herbal ini efek sampingnya nol,” jelasnya.
Baca Juga: Tidur Nyenyak, Wajah Awet Muda: 5 Cara Efektif Mencegah Kerutan Saat Tidur
Kopi Karuhun, yang merupakan singkatan dari Kopi Keluarga Hidup Rukun, bukan sekadar minuman. Proses pembuatannya pun teliti. Awan menggunakan rempah segar yang direbus selama 45 menit, dipisahkan dari ampasnya, lalu diekstrak menjadi bubuk selama empat jam. Pengikat utamanya adalah gula alami. Satu dus berisi 420 gram, dengan dosis dua sendok makan (20 gram) diminum tiga kali sehari.
Menariknya, gejala awal konsumsi biasanya menimbulkan rasa sakit, mirip proses detoksifikasi dalam istilah medis. “Tapi setelah seminggu, badan biasanya lebih enak,” jelasnya. Bahkan, minggu lalu, seorang warga dari desa tetangga yang didiagnosa batu empedu dan menolak operasi, dinyatakan bersih setelah sebulan mengonsumsi kopi herbal tersebut.
Sempat merambah pasar luar daerah hingga Singapura dan Sulawesi, kini produk Awan fokus pada wilayah Sukabumi, Depok, dan Bekasi. Harganya Rp 150 ribu per dus untuk konsumsi satu minggu.
Awan berharap ada dukungan nyata dari pemerintah, terutama dalam hal pemasaran. “Kami butuh tempat di desa atau di warung kopi untuk mengenalkan produk langsung. Biar masyarakat tahu dan bisa merasakan sendiri manfaatnya,” pungkasnya.