Pendulang Emas Tradisional di Pabuaran Sukabumi, Bertahan Karena Tradisi

Sukabumiupdate.com
Kamis 30 Agu 2018, 12:11 WIB
Pendulang Emas Tradisional di Pabuaran Sukabumi, Bertahan Karena Tradisi

SUKABUMIUPDATE.com - Puluhan Tahun para pendulang emas tradisional asal kampung Cilele RT 08 RW 10, Desa Sirnasari, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Sukabumi mengajs rezeki di bantaran Sungai Cikaso.

Warga satu kampung ini terbiasa mencari emas dengan cara tradisional. Dimulai dengan pengerukan pasir dan tanah di sekitar sungai, kemudian ditampung dalam bejana kayu untuk di deplang atau dipilah menggunakan air. Nantinya emas, pasir, dan kotoran menjadi terpisah.

Setelah melalui proses yang cukup panjang, butiran emas yang sangat kecil tersebut dijual ke pengepul dengan harga Rp 300 rupiah saja per mili gram. Harga yang nampaknya tidak sepadan dengan proses yang mereka kerjakan dan bahkan sangat berbahaya jika debit air Sungai Cikaso sedang deras.

BACA JUGA: Pria Kekar Adu Kuat Tarik Truk Berbobot 3,5 Ton di Sukabumi

Seperti yang dikatakan Uum (60 tahun). Wanita paruh baya warga Kampung Cilele, Desa Sirnasari, Kecamatan Pabuaran ini pun berbagi cerita dengan sukabumiupdate.com tentang kesulitan mereka dalam mencari rezeki, sekaligus menjaga tradisi yang sudah diturunkan leluhur sejak dulu.

"Pekerjaan ini sudah kami lakukan turun temurun dari dulu, sejak saya kecil pun orang tua saya sudah mencari emas disini," jelas Uum.

Meski butiran emas murni yang dapat tak seberapa, hanya sekitar 50 hingga 100 mili gram per hari atau seharga Rp 15 ribu hingga Rp 30 ribu saja, tak menyurutkan semangat mereka untuk tetap mendulang emas di bantaran hulu Sungai Cikaso.

BACA JUGA: Polres Sukabumi Kota Ciduk 26 Penyalahguna Narkoba, Salah Satunya Caleg

"Selain pekerjaan ini warisan leluhur kami, kami juga tak cukup modal untuk berpindah profesi. Meskipun sebagian kami juga ada yang berprofesi sebagai buruh tani," ungkap Darjat (50 tahun) yang juga pendulang emas bantaran Sungai Cikaso.

"Bukan kami tak mau mencari profesi lain atau bekerja. Hanya pengalaman dan pendidikan kami tidak memadai untuk itu, jadi kami bertahan dengan profesi ini meskipun hasilnya pas - pasan," pungkas Darjat.

Berita Terkini