SUKABUMIUPDATE.com - Nur Aeni bayi berusia empat belas hari, buah hati ketiga pasangan Herman (42) dan Yesni (23), warga Kampung Pajagan RT 6/3, Desa/Kecamatan Parakansalak, Kabupaten Sukabumi, hingga kini masih tergolek lemah di ruangan Pelayanan Obstetri Neonatus Esensial Dasar (PONED) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sekarwangi.
Bayi malang ini, lahir pada Sabtu (11/3) lalu, melalui persalinan normal. Namun di balik itu, Nur Aeni hadir ke dunia dalam kondisi tidak memiliki tempurung pada bagian kepala sebelah kiri, serta memiliki luka pada bagian kanannya.
Menurut Yesni, anak perempuannya lahir dengan bobot 1,3 kilogram pada usia kandungan berumur delapan bulan. “Saat itu hendak cek ultrasonografi (USG). Pihak paramedis menyarankan, saya melahirkan lebih cepat. Dan tak lama kemudian dengan proses persalinan normal saya melahirkan anak ketiga,†terangnya kepada sukabumiupdate.com, Selasa (27/3), di ruang PONED RSUD Sekarawangi.
Hanya saja, kata dia, dirinya kaget melihat kondisi anaknya itu. Sebab anak ketiga dari suami keduanya itu terlahir tanpa tempurung di bagian kepala sebelah kiri. “Saya nyaris tidak percaya. Tapi saya sudah menerima kondisi ini, semoga anak saya diberi umur panjang oleh Sang Khalik,†tuturnya.
Yesni mengatakan, perawatan di ruang PONED harus dilakukan agar anak ketiganya itu bisa bertahan hidup. Pasalnya, kata dia, tim medis menilai kondisi fisik Nur Aeni lemah, sehingga harapannya untuk hidup sangat tipis. “Saat lahir, bobotnya 1,3 kilogram. Badan anak saya kelihatan kurus,†sebutnya.
BACA JUGA:
Kartu Sakti Jokowi Saja Tidak Cukup Bawa Warga Cimanggu Kabupaten Sukabumi ke Meja Operasi
BOSC Bantu Penderita Tumor di Cimanggu Kabupaten Sukabumi
Dewan Kabupaten Sukabumi Janji Carikan Solusi Cepat untuk Penderita Tumor
Persoalan sekarang, sebut Yesni, adalah soal biaya perawatan. Pasalnya, saat melahirkan dan berobat, dirinya tidak memiliki Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) atau Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). “Biaya lahiran ini menggunakan kartu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan yang dibuat secara mendadak,†ujar dia.
Ia khawatir akan ada biaya tambahan untuk perawatan putrinya itu. Saat ini, katanya, hanya menunggu keajaiban dari Sang Khalik. “Ini yang menjadi beban pikiran kami. Kami dari keluarga tidak mampu. Saya pun saat menjaga anak ini, kadang makan kadang tidak. Tapi saya ingin melihat anak saya tumbuh dewasa, walaupun dengan berharap keajaiban dari Allah,†ungkap Yesni.
Yesni menceritakan, tak memiliki firasat akan melahirkan anak dengan kondisi tanpa tempurung. Saat mulai hamil, kata dia, dirinya rajin memeriksakan kandungan. “Memang saat usia kandungan empat bulan, saya pernah menghalami pendarahan hingga dirawat selama dua minggu,†terang dia.
Sementara Hubungan Masyarakat (Humas) RSUD Sekarwangi, Ramdansyah menerangkan, pihak medis tidak memvonis usia anak itu tidak bertahan lama. Namun melihat kondisi fisik bayi itu, secara medis, harapannya sangat kecil. “Usia milik Allah. Kami dari sisi medis berusaha memberikan perawatan dan pengobatan semaksimal mungkin,†terang Ramdansyah.
Bahkan, kata Ramdansyah, pihaknya selalu berupaya membantu Yesni untuk mendapatkan perawatan. “Kami tidak pernah membedakan pasien yang berobat yang menggunakan kartu BPJS atau lainnya. Semua pasien kami tangani sesuai prosedural,†ungkapnya.