PKI di Sukabumi: Akhir Kisah Kaum Radikal

Kamis 27 September 2018, 13:01 WIB

Oleh: Irman "Sufi" Firmansyah

Ketua Yayasan Dapuran Kipahare

Kepala Riset & Kesejarahan Soekaboemi Heritages

Isu komunisme menjadi wacana menarik dalam setiap perbincangan menjelang hari kesaktian Pancasila 1 Oktober, mengingat keterkaitan komunisme dengan peristiwa pemberontakan tahun 1948 dan tahun 1965. Dalam sejarahnya ideologi yang kemudian menjadi partai ini lahir dari pergerakan anti kolonialisme, namun dalam perkembangannya sifat radikal gerakan ini mengarah pada pengambilalihan kekuasaan secara paksa dengan maksud mengganti ideologi Pancasila menjadi Ideologi Komunis.

Sukabumi menjadi bagian penting dari sejarah PKI sendiri, bahkan menjadi basis yang cukup diperhitungkan sejak awal terbentuknya organisasi terlarang ini di masa kolonial. Seperti kita ketahui bahwa terbentuknya Partai Komunis di Hindia Belanda adalah karena faham komunisme yang dibawa oleh Sneevliet yang kemudian mendirikan ISDV tahun 1914. Mereka kemudian melakukan infiltrasi dengan menggaet tokoh-tokoh Syarekat Islam seperti Semaun dan Darsono. Sukabumi sendiri merupakan cabang yang terbentuk pada awal pendirian bersama Syarekat islam yaitu Surabaya, Batavia, Cianjur. SI Sukabumi dibentuk tahun 1913 dan dikunjungi langsung oleh HOS Tjokroaminoto (Pimpinan SI pusat/CSI), yaitu Cicurug, Babakanpari, Kalapanunggal, Palasari Girang, dan Jampang.

Darsono sang tokoh komunis ini adalah anak biasa yang berkesempatan sekolah di Sekolah Pertanian Sukabumi (Cultuur School/Sekarang BBAT). Akibat sikap radikalnya maka sekolahnyapun tak luput dari kritikan pedasnya. Dia menyatakan bahwa pendidikaan belanda hanya menguntungkan belanda:

"Djika saja berani membilangkan, bahwa hampir semoea sekolahan jang diadakan di Hindia sini tjuma boeat membesarkan keoentoengan setan oeang asing, itoelah sebenarnja djuga, itoelah boekan omong kosong. Sekolahan machinist boeat pabrik-pabrik atau spoor dan tram, kepoenjaan setan oeang asing. Sekolah opzichter begitoe djoega; sekolah dagang idem; opleiding school boeat ambtenaar idem; cultuurschool di Soekaboemi idem; sekolah dokter setali tiga oeang, dan begitoe sebagainja .

Pada tanggal 6 Nopember 1917 diselenggarakan rapat SI di Sukabumi di belakang bioskop Elite. Rapat tersebut dihadiri oleh 2.000 anggota termasuk beberapa orang eropa yang berminat. Ketua Centraal SI (CSI) HOS Tjokroaminoto berpidato tentang program dasar SI  berkaitan dengan baru bergabungnya SI Sukabumi dengan CSI. Sementara para pengurus cabang Cianjur, Bandung dan beberapa dari Sukabumi memberikan sepatah dua patah kata. Kelompok komunis terus melakukan penyusupan dan propaganda. Banyak anggota SI di Sukabumi yang kemudian bergabung.

Hal ini terjadi karena adanya persamaan nilai-nilai agamis dengan komunis seperti faham sosialis yang memudahkan para propagandis. Salah satu argumen mereka adalah bahwa agamis dan komunis sama-sama memihak kaum jelata, hanya istilahnya saja yang berbeda yaitu proletar dan dhuafa. Sesudah mulai merasa kuat, kaum komunis mulai terang-terangan bergerak seperti  melakukan pemogokan di  beberapa tempat. Mereka mulai membentuk serikat buruh pada tahun 1919 diprakarsai Semaun, Alimin dan Bergsma yang dengan terang-terangan membawa faham Marx dan Lenin. Lama kelamaan akhirnya membentuk Perserikatan Komunis Hindia dan berubah menjadi partai komunis Indonesia.

Pada bulan Desember 1921 PKI menjetujui terbentuknja SI Merah, sebagai "onderbouw" PKI di tubuh SI. Dalam Kongres PKI di sukabumi pada Rabu pagi 6 Maret 1923 yang dihadiri oleh 3000 orang dengan 15 cabang PKI, 13 SI merah dan 13 serikat buruh menunjukkan bahwa sukabumi saat itu diperhitungkan sebagai basis oleh komunis. Jalannya kongres disukabumi kebanyakan adalah mengkritisi SI putih cokroaminoto yang dianggap mendukung kapitalisme dan munafik. Atas usul Darsono mereka kemudian merubah SI merah menjadi Syarekat Rakyat (SR) dan didirikan disemua cabang SI dibawah naungan PKI. Surat kabar Soerapati pertama terbit setelah kongres PKI dan SR di Sukabumi pada tahun 1923.

Media merupakan alat penting yang harus dikuasai untuk melancarkan propaganda mereka. PKI dan SR menggunakan media surat kabar Soerapati untuk melakukan perlawanan terhadap pemerintah kolonial dan pemerintah lokal, selain itu surat kabar Soerapati menjadi media perdebatan ideologi di internal organisasi pergerakan. PKI juga mencoba memecahbelah umat islam dengan menyatakan mendukung perkembangan islam dan menuntut pemerintah belanda menghapus aturan bagi guru islam untuk meminta ijin saat akan melakukan kegiatan mengajar. Infiltrasi serta propaganda ini menyebabkan banyak tokoh-tokoh islam termasuk ustad atau kiai yang menjadi anggota PKI.

Dari Sukabumi kemudian muncul tokoh-tokoh PKI yang yang cukup mempengaruhi sejarah kaum komunis. Pada tanggal 11-17 desember 1924 PKI melakukan kongres di kota Gede Yogyakarta dengan diikuti 38 cabang syarekat rakyat dan memilih Sardjono bekas ketua SI sukabumi yang kurang dikenal namun berpemikiran radikal. Sardjono dari sukabumi sering bertemu dengan Alimin dan Musso di Bandung. Para propagandis komunis juga mengincar sekolah polisi untuk menyebarkan misinya mengingat Sekolah Polisi adalah lembaga yang penting dalam mencetak para aparat negara. Seorang Tionghoa dari Surabaya, yang bertugas sebagai perekrut di Sekolah Polisi Sukabumi ditangkap.

Dia datang ke Sukabumi pada tanggal 30 September 1925 dan melakukan propaganda komunisme ke murid-murid sekolah polisi. Sebuah dokumen sebagai bukti juga ditemukan serta seorang kakitangannya pemilik Toko di Sukabumi. Akhirnya dia ditangkap pada tanggal 3 Oktober 1925. Salah satu siswa Sekolah Polisi Sukabumi yang bergabung dengan PKI adalah Abdul Choir. Meskipun dia siswa cerdas tapi dia tidak melanjutkan sekolahnya dan memilih bergabung dengan PKI membantu warganya dalam kelompok Wakil Rakyat Tani Kota di Prambanan untuk memprotes pengambilan kopi oleh Pemerintah. Dia mencoba menemui Gubernur Jendral pada bulan Januari 1926 namun gagal.

Karena merasa semakin kuat, gerakan komunis kemudian semakin radikal dan tak terkontrol, terlebih dengan adanya agresifitas Syarikat Rakyat. Mereka melakukan provokasi-provokasi dan kekacauan. Dibeberapa tempat terjadi kericuhan dan keributan sebagai ujicoba (test the water). Pada tahun 1926 disukabumi juga terjadi sabotase fasilitas umum yaitu pemutusan kabel telpon tepatnya di pelabuhanratu dan cibadak. Pemimpin sabotase itu bernama Haji Siakoesih dari cisande, distrik Cibadak dan Moegli alias Oeli dari desa Parakanlima distrik Cibadak.

Selain kedua orang itu Sabotase juga dibantu oleh seorang opas dan seorang jurutulis polisi dari desa lembur, selatan sukabumi. Mereka kemudian ditangkap dan diadili. PKI kemudian dengan percaya dirinya melakukan pemberontakan di Jawa Barat dan Sumatera. Sebuah upaya konyol yang disebut Tan Malaka sebagai ektrimisme tanpa program. Kondisi tersebut menyebabkan pemerintah Hindia belanda bersikap tegas dengan enangkap ribuan orang, bahkan sebagian dibunuh dan melarang aktifitas komunis.

Pasca pemberontakan ini kaum komunis mulai lagi menggalang kekuatan secara diam-diam melalui gerakan bawah tanah. Inilah pola awal komunis saat sedang lemah yaitu berkamuflase. Salah satu tokohnya adalah Amir Sjarifudin yang melakukan pertemuan rahasia di rumah Dr Tjipto Mangunkusumo di Sukabumi bersama Mr. Hendromartono dan Dr. Iskak. Mereka kemudian membentuk Geraf (Gerakan Rakyat Anti Fasis). Amir sendiri menjadi lawyer di Sukabumi pasca retaknya hubungan dengan Muhammad Yamin. Saat Jepang masuk para anggota komunis banyak yang kemudian bergabung dalam gerakan anti fasis melawan Jepang. Selain Amir, tokoh yang menonjol adalah Sastra yang pernah menemui Hatta dan Sjahrir di kompleks Sekolah Polisi Sukabumi. Kebangkitan kembali PKI terjadi pasca kemerdekaan, mereka mulai melakukan konsolidasi kekuatan.

Setelah pembentukannya dalam bulan Oktober 1945, PKI dengan cepat membentuk cabang-cabang di Sukabumi, Cirebon, Surakarta, Pekalongan, Madiun, Malang dan Surabaya. Banyak unit bersenjata para pejuang berada dibawah naungan PKI atau minimal berafiliasi. Beberapa kelompok pejuang kiri di Sukabumi seperti Laskar Sosialis, laskar ploretar juga ditengarai menjadi alat kaum komunis. Salah satu tokohnya adalah pemuda bengal bernama Zambik (eks. Digoelis) yang bermarkas di Cangklek gegerbitung.

PKI kemudian mulai merintis kembali media sebagai alat propaganda. Di Sukabumi diterbitkan majalah pemuda radikal bernama Api. Dalam terbitannya pada bulan September 1946 berjudul Kaoem Merah membahas tentang evaluasi pemberontakan tahun 1926 dan mengajukan perencanaan yang matang dengan melibatkan tokoh-tokoh komunis lainnya. Saat perubahan komposisi KNIP 1947 PKI banyak memasukkan orang-orangnya diantaranya ada dua wakil PKI dari sukabumi yaitu Basuki dan Soekadir.

Kaum komunis terus mengalami kemajuan dan menggalang kekuatan. Pasca kembalinya Musso dari pengasingannya di Uni Sovyet mulailah arah mereka kelihatan. Terjadi provokasi-provokasi serta propaganda yang menyudutkan pemerintah Sukarno Hatta. Kemudian mereka memproklamirkan Republik Sovyet Indonesia dengan Presidennya Musso dan wakilnya Amir Sjarifudin. Pada saat itu para pejuang Sukabumi banyak yang berada di Jawa Tengah karena sedang hijrah mengikuti perjanjian Renville. Sekitar 1 Kompi dari Batalyon Kusmanto/KPPS, di bawah pimpinan Kapten Djauhari (asal Sukabumi) tidak mau bergabung dengan fihak pemberontak PKI.

Pemberontakan itu kemudian berhasil dipadamkan oleh TNI. Salah satunya oleh Batalyon Kosasih dari Sukabumi yang sedang berhijrah. Namun satu orang putra terbaik Sukabumi yaitu Lettu Bakri tewas ditangan orang komunis tersebut. Disukabumi sendiri ada tokoh kiri yang diasingkan di selabintana yaitu H. Achmad Khaerun karena peristiwa brigade Citarum yang berhubungan dengan gerakan bambu runcing di daerah Jampang. Mereka menamai diri sebagai PKI hitam. Konon beliau sempat pula berdiskusi dengan pimpinan PKI.

Pasca pemberontakan tersebut PKI masih diberi ruang oleh pemerintah dan menjadi partai peserta pemilu tahun 1955. Di jawabarat sendiri posisinya ketiga namun dan di Sukabumi mendapatkan posisi keempat dibawah PNI, Masyumi dan NU dengan jumlah suara 19.720. Namun sepertinya PKI kurang mendapat perhatian di Sukabumi, misalnya di Kotapraja Sukabumi jumlah anggota PKI perdata tahun 1957 adalah 4.636 lebih besar dari NU, kemudian jumlah anggota hingga tahun 1961 menurun menjadi hanya 750 orang. Semua partai di Sukabumi tergabung dalam Front Nasional, dan wakil dari tiga besar tadi menjadi wakil-wakil ketua. Dari partai-partai tersebut yang paling giat di Sukabumi adalah PNI dan PKI.

Mereka seringkali mengadakan rapat umum dan dikunjungi pimpinannya yang melakukan ceramah-ceramah politik. Misalnya DN Aidit yang melakukan rapat besar dan ceramah pada tanggal 13 Agustus 1957 di Kota Sukabumi, dia menuduh orang-orang yang tergabung dalam front anti komunis diinspirasi oleh kekuatan asing. Kaum komunis juga intens melakukan diskusi di Gang Tekwat dan Gang Ektong. Upaya ini menyebabkan kemudian anggota PKI menjadi meningkat. Apalagi pasca dihapuskannya Undang-Undang Keadaan Bahaya, hingga tahun 1963 posisinya menjadi urutan kedua dari 3 besar di Sukabumi. Sukabumi sudah menjadi incaran PKI selain banyaknya organisasi buruh terutama perkebunan dan juga basis kuat buruh kereta api, sukabumi juga punya sekolah polisi yang menjadi pion penting dalam menguasai kota.

Aidit mulai aktif menggarap wilayah Sukabumi yang potensial sebagai basis PKI. Sejak Mei 1962 DN. Aidit telah memberikan ceramah empat kali, yaitu pada tanggal 24 Mei 1962 di hadapan para Komandan Korps Polisi Security Kepolisian Komisariat Seluruh Indonesia, pada tanggal 18 September 1962 di depan para pengikut Kursus Persamaan Komisaris Polisi (Kursus B), pada tanggal 22 februari 1962 di hadapan para mahasiswa Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian dan pada tanggal 6 Maret 1963 di depan Sekolah Kepolisian Sukabumi. Aidit yang juga Menteri/ Wakil Ketua MPRS/ Ketua CC PKI D. N. Aidit telah mengadakan ceramah-ceramah di depan petugas-petugas alat-alat negara antara lain di depan petugas-petugas Kepolisian secara intens. Dalam setiap ceramahnya dia selalu menekankan tentang pentingnya aparat sebagai bagian penting dalam revolusi dan perlu diindoktrinasi oleh faham komunisme.

Namun secara umum sikap masyarakat terhadap komunis mulai kurang menuai simpati karena gerakan-gerakannya yang mulai membuat persoalan dengan aksi sepihaknya dibeberapa daerah. Peristiwa kerusuhan rasialis 10 mei 1963 disukabumi sebagai rembetan dari bandung dan beberapa daerah konon dilatarbelakang persaingan ideologi dan dipicu kedekatan Bung Karno dengan RRC. Huru-hara dilatarbelakangi keterlibatan etnis Tionghoa dalam partai-partai sosialis dan komunis pro Tiongkok. Kekurangsukaan masyarakat terhadap komunis serta dipicu peristiwa bandung menyebabkan pelampiasan masyarakat terhadap etnis tionghoa. Beberapa kejadian seperti kebakaran pabrik teh di Pasir Nangka, ditengarai juga sebagai aksi sepihak komunis.

Namun sukabumi tetap menjadi bagian program kaderisasi PKI. Buku Kaum Tani Mengganyang Setan-Setan Desa yang ditulis Aidit adalah hasil penelitian Aidit dan timnya terhadap para petani yang sebagian disukabumi pada tanggal 2 Februari sampai tanggal 22 Maret 1964, tepatnya di wilayah Nagrak dan Sagaranten. Aidit juga menjaga hubungan dengan para tokoh Islam Sukabumi seperti KH. Isa Anshary sebagai upaya pendekatan. Jika berkunjung ke Sukabumi Aidit biasanya menginap di rumah Isa dan tak jarang nongkrong bareng dikota Sukabumi sambil makan sate padahal Isa adalah tokoh Front Anti Komunis.

Selain Aidit tokoh penting PKI yang mengunjungi Sukabumi adalah Waperdam Subandrio, dia melakukan orasi di cabang PKI Kota Sukabumi. Para tokoh PKI dengan pintarnya memecah kekuatan islam dan mempengaruhi Bung Karno untuk membubarkan Masyumi. Sementara kelompok non komunis saat itu tidak kompak. HAMKA seorang ulama yang dipenjara di Sekolah Polisi Sukabumi tak ada yang membela bahkan partai besar NU membiarkannya saja tanpa pembelaan. 

Menjelang tahun 1965 situasi disukabumi agak mengkhawatirkan, semua serba ketakutan dan tak jelas siapa lawan dan siapa kawan. Provokasi sering terjadi sering terjadi, sikap-sikap rusuh kaum komunis dipedesaan tidak jarang meletus. Seperti pola-pola sebelumnya, hal ini terjadi saat kaum komunis berada diatas angin dengan kekuatan besar. Kecurigaan yang mengarah pada pengkhianatan kaum komunis sebenarnya sudah tercium.

Pada tanggal 24 Desember 1964, beberapa bulan sebelum pecahnya peristiwa G/30/S/PKI sebenarnya sudah muncul dokumen yang ditemukan di Sukabumi mengenai rencana pemberontakan PKI, namun Aidit membantahnya dan disebut aidit sebagai provokasi untuk meracuni aparat negara. Dalam catatan Kerry B Collison, Sukabumi juga menjadi  tempat pelatihan Gerwani yang cukup besar, disana para wanita berlatih dengan senjata tempur seperti pistol dan juga golok untuk berkelahi. Mereka dilatih menebas kepala dengan cepat.

Sukabumi selatan menjadi tempat ideal PKI dalam melakukan persiapan. Para tokoh PKI menghembuskan isu bahwa setiap informasi tentang pengkhianatan komunis adalah Hoax. Padahal hal ini kemudian terbukti dalam mahmilub pasca kudeta. Salah satunya dengan ditemukannya surat-surat Sudisman (Anggota CC PKI) beserta denah (Plattegrond) sekolah polisi Sukabumi dalam arsip SBKP (serikat buruh kementrian pertahanan) yang berisi beberapa petunjuk untuk menguasai Sekolah polisi.

Ternyata Sukabumi juga menjadi bagian dari skenario besar pemberontakan yang diatur Sjam Kamaroezaman, yaitu bilamana pemberontakan gagal maka ada 3 basis pengunduran yaitu Sukabumi Selatan, Merapi Merbabu Complex dan Blitar Selatan.  Biro Khusus Sentral PKI telah menetapkan untuk mempersiapkan basis tersebut di selatan Sukabumi, Jawa Barat. Sementara di jakarta dimunculkan isu Dewan Jendral yang akan melakukan makar terhadap pemerintah.

Upaya ini dilakukan seolah untuk menutupi rencana besar PKI. Isu Hoaxpun akhirnya terbukti dengan pecahnya pemberontakan PKI pada tanggal 30 September 1965 dengan dibunuhnya para Jendral. Situasi Sukabumi saat itu tidak ada gejolak apapun. Tanggal 30 september malam kota hanya sempat ada pemadaman, sementara di sekolah kepolisian sedang melakukan hiburan sesudah pelantikan siswi polwan disiang harinya.

Seorang petinggi Polri pusat saat itu berada disukabumi yaitu Jendral Sucipto Judodiharjo yang berangkat dari Jakarta pukul 10 malam. Keesokan harinya baru kehebohan terjadi sesudah ada berita dari radio tentang pemberontakan PKI. Jendral sucipto kemudian dipanggil Bung Karno dan terbang dengan helikopter dari Sukabumi ke Jakarta. Kondisi mulai berbalik, seminggu kemudian pentolan serikat buruh ditangkapi.

Pada tanggal 15 Oktober 1965 pimpinan PKI Kota dan Kabupaten Sukabumi menyatakan tidak terlibat dalam pemberontakan di Jakarta kemudian PKI dan beberapa organisasi underbouw PKI diSukabumi seperti SOBSI, SBPP, Pemuda Rakjat dan Gerwani dll. beserta anak cabangnya menyatakan membubarkan diri. Sayangnya hal tersebut tidak membendung terjadinya kemarahan masyarakat, apalagi tanggal 31 Oktober 1965, 20 orang pentolan PKI yang dilatih di lubang buaya tertangkap di Sukabumi beserta beberapa dokumen yang menyebutkan rencana pemberontakan serta para tokohnya. Tak ayal kemudian banyak pentolan PKI disukabumi dihabisi diantaranya ketua BTI Cisarua Baros dibunuh massa. Sebuah organisasi lokal bernama Santjang Lumaku akhirnya membubarkan diri karena anggotanya banyak yang terlibat dalam kegiatan PKI.

Dalam rangka gerakan pembersihan di kota Sukabumi, kemudian dilancarkan razia di seluruh kota. Situasi Sukabumi saat itu tidak kondusif dimana banyak terjadi aksi pembunuhan balas dendam maupun pencidukan oleh aparat terhadap orang yang ditengarai terlibat PKI. Mereka dikumpulkan di gedung juang dan di kantor-kantor desa, sebagian diadili, ada yang dilepaskan ada juga yang dieksekusi. Pangleseran termasuk tempat yang terbanyak penangkapan kader PKI. Bahkan konon sungai di Wangunreja sempat memerah karena dilakukan beberapa eksekusi disitu.

Tempat lainnya sekitar perkebunan di Cikidang dan di Kalapanunggal. Ibrahim Adjie, Panglima Divisi Siliwangi waktu itu, meminta kepada Soeharto agar penanganan Jawa Barat diserahkan kepada Siliwangi dan RPKAD (Resimen Para Komando Angkatan Darat) tidak perlu masuk. Soeharto mengabulkan.Diapun menginstruksikan bahwa mereka yang dituding terlibat PKI itu ditangkapi saja, jangan dibunuh. Karena mereka kebanyakan cuma rakyat kecil biasa. akhirnya para anggota komunis itu dipekerjakan di beberapa tempat tanpa dibayar. Salah satunya di pabrik genteng di Gunungguruh dekat Karang Para. Pabrik ini dijadikan tempat para tahanan politik yang kesalahannya ringan dan dipekerjakan oleh tentara.

Meskipun tidak kondusif tapi Sukabumi juga menjadi tempat persembunyian para tokoh PKI, Mahrus Irsyan menyatakan bahwa Aidit sebelum lari ke jawa sempat bersembunyi di Sukabumi. Selain itu pentolan PKI yang tertangkap di Sukabumi adalah Sumiyarsih Caropeboka seorang dokter yang disebut dokter lubang buaya. Dia bersembunyi diwilayah utara sukabumi dirumah seorang mantri kesehatan. disitu juga berkumpul bekas mahasiswa, tentara dan mantan pejabat yang dipecat dan mengalami nasib sama dikejar-kejar pasukan TNI.

Pada tanggal 2 mei 1967 mereka digrebek oleh sekelompok orang yang tergabung dalam operasi djaring AKRI bekerjasama dengan Komando Reserse (Komres) AKRI sukabumi. sementara suaminya Sjarif Caropeboka berhasil kabur meskipun akhirnya tertangkap juga bersama seseorang berinisial "J" di jalan ciaul batas no K-111/RT.6/RK.3/Sukabumi dalam sebuah kendaraan. Pada akhirnya pemberontakan berhasil dipadamkan, gerakan PKI yang masih terus melakukan perlawanan diantaranya di Merapi Merbabu Complex dan terakhir berlangsung sampai tahun 1968 adalah di Blitar Selatan. Sukabumi sendiri tidak ada gerakan apapun karena masyarakat bersama-sama membantu aparat yang tergabung dalam AKRI memburu para kader komunis. 

Berakhirlah kisah kaum radikal tersebut, selamatlah negeri ini dari pemberontakan. Namun peristiwa ini juga menimbulkan luka karena banyak warga yang tidak terlibat kena getahnya. Ada istilah tulis tonggong, dimana masyarakat dengan mudah menunjuk siapa saja yang terlibat dan langsung diciduk. Luka ini juga menjadi persoalan sosial yang berlangsung selama bertahun-tahun karena sebagian besar tidak bisa bekerja normal dengan tanda di KTP sebagai eks tapol. Disisi lain masyarakat harus tetap waspada karena isu PKI ini selalu muncul, terutama saat muncul masalah ekonomi dan politik.

Diluar apakah isu tersebut hoax atau bukan, kewaspadaan tetap diperlukan. Sejarah mencatat pola PKI yang melakukan infiltrasi untuk memecah belah bangsa, melakukan propaganda untuk membalikan fakta, menguasai media bahkan aparat. Kaum radikal ini selalu masuk dengan cara halus yaitu pemikiran dan ideologi, mereka akan sangat cair disaat lemah dan masuk ke semua lini masyarakat. Namun disaat kuat, disitulah terlihat motif yang sebenarnya yaitu mengganti ideologi Pancasila dengan Ideologi lain. Bangsa ini sudah mengalami berbagai pengalaman manis dan pahit terkait kebhinekaan. Semuanya menjadi pelajaran yang bisa diambil hikmah. Sudah bukan saatnya lagi gontok-gontokan, tetapi bersatu menentang segala upaya yang bermaksud menghancurkan negri dan mengganti ideologi yang sudah kita sepakati.

email: [email protected]

Follow Berita Sukabumi Update di Google News
Tags :
Berita Terkini
Life28 April 2024, 23:24 WIB

7 Trik Jitu Move On dari Mantan Pacar, Ini yang Bisa Kamu Lakukan!

Putus cinta adalah salah satu momen paling sulit dalam kehidupan, terutama ketika harus melepaskan mantan pacar yang pernah kita cintai dengan sepenuh hati.
Ilustrasi putus cinta. | Sumber Foto: pixabay/oppy77
Life28 April 2024, 23:17 WIB

6 Cara Memiliki Mental Kuat agar Tahan Banting dan Tidak Direndahkan Orang Lain

Memiliki mental kuat sangat dibutuhkan dalam hidup supaya tahan banting dan tidak mudah direndahkan oleh orang lain.
Ilustrasi. Cara memiliki mental kuat. | Sumber foto : Pexels/Andrea Piacquadio
DPRD Kab. Sukabumi28 April 2024, 23:12 WIB

Soroti Isu Pungli di PT GSI Sukabumi, DPRD Kritik Program Disnakertrans Tak Efektif

Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Sukabumi, Hera Iskandar angkat bicara terkait isu pungli di GSI Cikembar.
Warga sempat blokade jalan cikembar, sebagai bentuk protes praktik pungli tenaga kerja di PT GSI (Sumber : SU/Ibnu)
Life28 April 2024, 22:12 WIB

Ini 5 Sikap Sabar yang Membuat Anda Hidup Damai Setiap Hari

Sikap sabar akan membantu setiap orang lebih merasakan kedamaian dan ketenangan dalam hidupnya.
Ilustrasi. Sikap sabar yang membuat damai. | Sumber Foto : Pexels/Andrea Piacquadio
Sukabumi28 April 2024, 22:07 WIB

Dihuni Nenek dan Cucu, Rutilahu di Surade Sukabumi Nyaris Roboh Akibat Gempa Garut

Rutilahu yang dihuni nenek dan cucu di Surade Sukabumi nyaris roboh akibat gempa Garut M6,2.
Kondisi rutilahu yang nyaris roboh akibat diguncang gempa laut Garut. (Sumber : Istimewa)
Life28 April 2024, 21:30 WIB

Sembunyi Saat Bertemu Orang Baru, Kenali 7 Perilaku Umum Anak Usia 2 Tahun

Anak usia dua tahun menunjukkan emosinya dengan cara yang cukup aneh. Pelajari cara memecahkan kode tujuh perilaku umum balita.
Ilustrasi. Perilaku umum anak 2 tahun. Sumber : Freepik/@freepik
Bola28 April 2024, 21:22 WIB

Kapolres Sukabumi Ajak Nobar Semifinal Piala Asia U-23 Indonesia Vs Uzbekistan, Ini Lokasinya

Dukung Timnas masuk Final, Polres Sukabumi gelar nobar semifinal Piala Asia U-23 Indonesia vs Uzbekistan.
Timnas Indonesia U-23 lolos ke Semifinal Piala Asia U-23 2024 usai kalahkan Korea Selatan. (Sumber : Dok. AFC)
Life28 April 2024, 21:00 WIB

10 Kebiasaan Positif yang Membuat Anda Dihargai Orang Lain

Ayo Lakukan Sederet Kebiasaan Positif Berikut yang Bisa Membuat Hidupmu Dihargai oleh Orang Lain.
Ilustrasi. Kebiasaan Positif yang Membuat Seseorang Dihargai oleh Orang Lain. (Sumber : Pexels/HuyPhan)
Life28 April 2024, 20:30 WIB

Tanggapi Segera, Begini 10 Cara Untuk Menghentikan Balita yang Suka Menggigit

Balita seringkali menggigit jika mereka merasa marah, tidak nyaman, hingga mengekspresikan perasaannya. Namun jangan dibiarkan dan hentikan dengan cara ini.
Ilustrasi. Tips menghentikan balita yang suka menggigit. Sumber : Freepik/@kreasi orang
Life28 April 2024, 20:04 WIB

7 Rutinitas Sederhana yang Bisa Menenangkan Hati Serta Pikiran Lebih Rileks dan Damai

Beberapa rutinitas rupanya bisa digunakan sebagai media menenangkan hati dan pikiran dari potensi kegelisahan, stres dan lain sejenisnya.
Ilustrasi. Rutinitas yang menenangkan pikiran. | Sumber foto : Pexels/Sound On