SUKABUMIUPDATE.com - Saat ini sepak bola bukan hanya sebatas permainan olahraga yang melibatkan 22 orang di lapangan. Lebih dari itu, sepak bola sekarang menjadi alat untuk menyuarakan perlawanan dan ketidakadilan. Di era sepak bola modern sekarang, fungsi suporter hanya sekadar menonton pertandingan dan dijadikan ladang bisnis atas dasar “kecintaan” pada tim yang didukungnya oleh pihak manajemen klub.
Di Beberapa daerah saat ini, bermunculan tim sepak bola amatir yang memiliki konsep “Punk Football” landasan berdirinya konsep ini berkaitan dengan semakin pesatnya perkembangan sepak bola menjadi ladang bisnis. Punk Football sendiri dibentuk atas dasar kolektivitas pertemanan dan yang menjadi manajemen sekaligus suporter klub adalah mereka sendiri, mulai dari pendanaan hingga pengadaan alat perlengkapan tim. Setiap ada pemasukan dan pengeluaraan terkait pendanaan klub wajib ditransparansikan ke publik.
Konsep Punk Footbal di berbagai daerah mulai dikenal oleh sebagian orang. Jika di Bandung ada Riverside Forest yang baru saja menjuarai Liga 4 Piala Bandung Utama, Bogor memiliki FC Rainfall, Port City Wanderers di Jakarta, dan Middle Way FC berasal dari Sukabumi.
Baca Juga: Hari Santri Jadi Momentum Penguatan Peran Pesantren di Kota Sukabumi
Middle Way FC dibentuk oleh beberapa elemen suporter Persib, Persija, Perssi, dan Persikabumi yang melakukan kesepakatan untuk membentuk konsep sepak bola Punk Football di Sukabumi. Sebelumnya pada tahun 2023 nama Like Earth Football Club (LEFC) yang beranggotakan beberapa elemen suporter membentuk aliansi dengan nama tersebut. LEFC dibentuk bertujuan untuk dapat mendirikan tim sepak bola amatir dengan konsep Punk Football di Sukabumi.
Tepatnya pada bulan Mei 2024 nama Middle Way diresmikan oleh pihak LEFC. Nama Middle Way yang berarti “Jalan Tengah” dengan makna bahwa tim ini dibentuk agar dapat beriringan satu sama lain, tanpa memandang suku, budaya dan latar belakang rivalitas suporter. Di sisi lain, LEFC sebagai pihak yang menaungi tim Middle Way, menjadi alat untuk berdiskusi dan memberikan informasi di sosial media termasuk pemasukan dan pengeluaran klub.
Tanpa kehadiran suporter, perjuangan Middle Way untuk memberikan sarana hiburan bagi masyarakat Sukabumi takkan pernah terjadi. Suporter menjadi elemen yang tak pernah terpisahkan dari perkembangan Middle Way.
Baca Juga: Hari Santri di Sukabumi, Bupati Asep Japar: Santri Harus Jadi Pelaku Sejarah Baru
Selain itu, suporter pun menjadi elemen penting untuk menentukan langkah di masa depan. Dengan kewenangan seluruhnya di tangan suporter, kritik pada pemain pun akan lebih di dengar. Berbeda halnya ketika tim berada di bawah naungan federasi resmi. Lebih jauh lagi menjadi sarana untuk hiburan, berdirinya Middle Way FC bertujuan untuk mengembalikan kodrat sepak bola sebagai media untuk berekspresi tanpa ada batasan dan aturan.” ujar Kiply Juliansyah selaku penanggung jawab internal.
Kiply pun menambahkan bahwa Middle Way tak hanya memberikan sarana hiburan bagi masyarakat. Lebih dari itu, menjadi sarana untuk menyampaikan kritik sosial yang acap kali terjadi di negeri ini.
“Middle Way FC pun saat ini menjadi alat perlawanan untuk menyuarakan kemanusiaan, kritik sosial, dan bentuk perlawanan terhadap ketidakadilan dengan mengutip ucapan almarhum Ayi Beutik “maen bal mah bahasa hate” yang memiliki makna dari sepak bola diharapkan akan lahirnya rasa cinta pada semua penikmatnya. Selain itu makna dari kalimat tersebut adalah sepak bola harus bisa dijadikan hiburan bagi kelas pekerja dan masyarakat secara umum tanpa memandang kasta, kultur dan gaya” tambahnya.
Baca Juga: Persib Bandung Kalahkan Selangor FC 2-0, Adam dan Jung jadi Pahlawan Kemenangan.
Kemudian pihak manajemen Middle Way FC sedang berada dalam tahap melaksanakan Going Around Sukabumi yang bertujuan untuk memperkenalkan tim secara luas pada beberapa daerah di Sukabumi. Selain itu, agar menumbuhkan kembali jumlah animo suporter selaku pemilik tim.
Mungkin saat ini Middle Way FC tak sebesar Riverside Forest di Bandung yang berhasil menjuarai Liga 4 Piala Bandung Utama pekan lalu. Tapi tim amatir ini akan terus berkembang, pelan namun pasti dengan dukungan dari seluruh masyarakat Sukabumi untuk menciptakan pengelolaan tim sepak bola yang transparan dan tanpa ada intervensi dari pihak federasi.
“Bukan sepak bola simbolis yang hanya jadi alat politis, yang gegap gempita saat menuju pemilu dan pilkada lalu suram kembali saat semua sudah terpilih.” Middle Way FC.



