Cara Warga Myanmar Menyiasati Larangan Penggunaan Internet

Kamis 25 Maret 2021, 16:46 WIB

SUKABUMIUPDATE.com - Rezim militer Myanmar memblokir penggunaan Internet serta membatasi pengiriman berbagai data digital bagi warganya. Bahkan, di jalan-jalan Myanmar seperti Yangon dan kota-kota lainnya, para tentara memburu setiap wartawan atau warga yang sengaja memvideokan kebrutalan militer.

Namun, berbagai gambar dan video tetap saja berhasil tersebar dan terkirim hingga ke luar negeri, sehingga seluruh orang di dunia dapat menjadi saksi kebrutalan militer Myanmar yang sedang terjadi saat ini.

Akses ke Dark Web

Dikutip dari Asia News Press, penduduk di hampir semua kota di Myanmar rupanya menemukan cara mengatasi hambatan komunikasi online tersebut. Ternyata mereka mengunduh sebuah perangkat lunak yang bisa digunakan sebagai perpindahan data digital yang dapat menembus dan merambat melalui pembatan sensor lalu dialihkan ke sumber media alternatif yang menggunakan teknologi jaringan bawah tanah. 

Baca Juga :

Myanmar Kini Jadi Negeri Tanpa Surat Kabar Independen

Recorded Future Inc, sebuah perusahaan keamanan siber di Boston, Amerika Serikat, memaparkan cara para pengunjuk rasa Myanmar untuk dapat tetap bisa mengakses internet menggunakan jalur hidden web atau dark web.

Ada warga Myanmar yang menggunakan sebuah aplikasi perpesanan khusus dengan mengandalkan teknologi Bluetooth agar tetap bisa berkirim pesan antar keluarga atau rekan-rekan mereka. Bahkan, ada juga yang beralih menggunakan platform media sosial kurang dikenal untuk tetap terhubung.

Mendapatkan Support dari Aktivis Global

Selain itu, warga Myanmar telah mendapatkan berbagai masukan dan saran dari para  pengunjuk rasa di Hong Kong dan Belarusia, serta aktivis di negara lain, sehingga mereka bisa berbagi cara-cara kreatif untuk menyiasati pembatasan Internet yang dilakukan militer Myanmar

Dari kelompok aktivis Hong Kong misalnya, membimbing rekan mereka di Myanmar lewat forum online khusus yang membagikan tips dan cara agar tetap terhubung satu sama lain.

"Dalam sejarah pergolakan politik hingga kudeta yang terjadi di Myanmar, kali ini merupakan yang pertama terjadi ketika orang-orang memiliki akses ke berbagai platform alternatif hingga melakukan koordinasi dengan sejumlah organisasi internasional sehingga mereka mendapatkan bantuan," ungkap Wright, analis intelijen siber di Recorded Future.

Baca Juga :

Publik Myanmar Ekspresikan Perlawanan terhadap Militer Lewat Tato

Wright kebetulan sedang mempelajari dampak penindasan internet yang terjadi di Myanmar selama satu setengah bulan terakhir ini. Ia mengamati, karena pemerintah Myanmar memblokir semua akses komunikasi, banyak warga Myanmar akhirnya mencoba berbagai metode baru untuk tetap dapat berkomunikasi satu sama lain.

Namun, menurut Annisa Wozencraft, seorang analis Recorded Future lainnya mengatakan, apa yang sekarang dilakukan oleh warga Myanmar tersebut mungkin tidak dapat digunakan lagi dalam beberapa pekan mendatang. 

"Cara ini hanya untuk jangka pendek, militer Myanmar akan berusaha keras mencari cara untuk membatasi komunikasi rakyatnya dengan dunia luar," ucap Annisa.

Disamping itu, Brigadir Jenderal Zaw Min Tun, juru bicara junta militer Myanmar, mengatakan, pihaknya belum berencana memulihkan aliran data internet di negara tersebut. 

"Orang yang menggunakan Internet akan memicu tindakan merusak," ujar Min Tun.

Langkah warga Myanmar yang menggunakan platform alternatif sebagai media berkomunikasi sebenarnya telah dilakukan sejak hari pertama kudeta militer pada 1 Februari 2021 lalu. Saat itu, beberapa aktivis mulai mencurigai pihak militer akan membatasi segala jaringan komunikasi ketika penangkapan Aung San Suu Kyi dan sejumlah politisi sipil terjadi. Bahkan, dalam 48 jam pertama sejak kudeta, 1,4 juta penduduk di seluruh Myanmar mengunduh aplikasi perpesanan bernama Bridgefy. 

Jorge Rios, kepala eksekutif Bridgefy, menuturkan, aplikasinya memungkinkan orang mengirim pesan secara offline dalam jarak tertentu hanya dengan menggunakan fitur Bluetooth yang ada di ponsel pengguna. Ternyata, pengunjuk rasa di Hong Kong dan Turki telah menggunakan cara ini sebelumnya.

Pada 13 Februari 2021, hampir dua pekan setelah kudeta, penggunaan internet di Myanmar turun hingga 15 persen dari lalu-lintas normalnya.

Sebelumnya, pemimpin kudeta juga melarang penggunaan platform Facebook pada 4 Februari 2021. Akibatnya, terjadi peningkatan drastis penggunaan jaringan pribadi virtual atau VPN. Sejak itu, hanya mereka yang memiliki VPN yang dapat mengenkripsi lalu lintas internet hingga berhasil menyamarkan identitas mereka di internet.

Generasi Muda Myanmar Semakin Kreatif Melawan Militer

photoIlustrasi pengguna internet di Myanmar - (dw.com)</span

Seorang mahasiswa asal Myanmar yang identitasnya dirahasiakan mengungkapkan, ada juga warga yang beralih ke browser Tor (sebuah aplikasi browser khusus untuk mengakses dark web, red). Mereka menjelajahi berbagai forum di dark web untuk mendapatkan informasi tentang cara menghindari deteksi dari pihak militer.

Namun, ketika terdengar kabar bahwa militer sedang mencari siapa saja yang memasang Tor di perangkat mereka, penggunaan browser itu pun menurun. Mahasiswa tersebut mengaku tidak pernah menggunakan VPN atau Tor sebelumnya. 

"Tetapi sejak kudeta kami menggunakannya. Saya pikir sebagian generasi muda seperti kita dan sejumlah orang Myanmar yang bersekolah ke luar negeri sudah mengenal teknologi semacam itu," ungkap mahasiswa tersebut.

Berbagai orang yang tergabung dalam gerakan protes di Thailand, Malaysia, Taiwan dan Hong Kong bersatu di bawah payung Aliansi Teh Susu, mendukung aktivis demokrasi di Myanmar.

Mereka berbagi dokumen dan tips serta mengatur obrolan di internet agar tetap aman dan tidak terdeteksi oleh militer. Bahkan, beberapa organisasi peretas di seluruh dunia memberikan rekomendasi kepada para aktivis Myanmar untuk menggunakan aplikasi yang bisa melewati batasan sensor seperti aplikasi Signal, Briar, Tails dan Brave Browser.

Baca Juga :

Media Independen Myanmar Lawan Pembredelan oleh Junta Militer

Di sejumlah forum internet terkenal seperti Reddit, telah muncul pembicaraan dan gerakan pro-demokrasi Myanmar. Lewat forum ini, aktivis di seluruh dunia berbagi cara tentang menghadapi militer atau aparat seperti bagaimana cara menangani gas air mata, strategi komunikasi, promosi, pertolongan pertama dan lainnya.

Gerakan Pembangkangan Sipil (CDM) Myanmar hingga saat ini tampaknya tidak akan meredup dalam waktu dekat. Di jalan-jalan, mereka seolah melakukan aksi tanpa adanya pemimpin, tetapi mereka sebenarnya terkonsolidasi dan sepakat satu suara untuk menjangkau semua orang.

Follow Berita Sukabumi Update di Google News
Berita Terkini
Nasional03 Mei 2024, 01:02 WIB

Jokowi Teken UU Desa Baru, Kades Dapat Uang Pensiun dan Bisa Menjabat Hingga 16 Tahun

Presiden Jokowi menandatangani pengesahan UU Desa baru, Kades dapat uang pensiun hingga jabat 2 periode.
Ilustrasi Kepala Desa atau Kades. | Foto : Sukabumi Update
Jawa Barat03 Mei 2024, 00:01 WIB

Bahas UHC, Sekda Kabupaten Sukabumi Hadiri Monev Implementasi JKN

Sekda Kabupaten Sukabumi Ade Suryaman hadiri acara monev Implementasi Inpres Nomor 1 Tahun 2022 tentang Optimalisasi Pelaksanaan Program JKN di Bandung.
Sekda Kabupaten Sukabumi didampingi perangkat daerah hadiri acara monev implementasi inpres terkait JKN di Bandung. (Sumber : Dokpim Pemkab Sukabumi)
Sukabumi02 Mei 2024, 22:39 WIB

Longsor di Parungkuda Sukabumi, Akses Jalan Desa Langensari Tertutup Dapuran Bambu

Akses jalan Desa Langensari Parungkuda Sukabumi tertutup longsor dapuran bambu.
P2BK bersama sejumlah relawan tengah melakukan penanganan longsor dapuran bambu yang menutup badan jalan di Kampung Sindangsari RT 1/2, Desa Langensari, Parungkuda Sukabumi, Kamis (2/5/2024). (Sumber : Istimewa)
Opini02 Mei 2024, 22:12 WIB

Mengarahkan Kompas Pendidikan: Sebuah Renungan di Hari Pendidikan Nasional

Sistem pendidikan harus menyediakan ruang yang cukup untuk pembelajaran empati, kejujuran, dan keberanian moral.
Ilustrasi. Seputar Hardiknas 2024 | Foto: Pixabay/sasint
Keuangan02 Mei 2024, 21:56 WIB

Masih Dibuka, Pendaftar Tahara di BPR Cicurug Sukabumi Diprediksi Terus Meningkat

Pendaftaran calon nasabah Tabungan Hari Raya (Tahara) Perumda BPR Sukabumi cabang Cicurug masih dibuka hingga 8 Mei 2024.
Kepala Pemasaran BPR Sukabumi Cabang Cicurug, Jujun Junaedi. (Sumber : SU/Ibnu)
Opini02 Mei 2024, 21:33 WIB

Menjadi Pembaca Kritis: Memilah Informasi di Era Media Baru

Pembaca kritis tidak hanya menerima informasi mentah-mentah, tertapi mampu memahami konteks informasi, menganalisis isi dan sumbernya, serta mengevaluasi kebenarannya.
Ilustrasi memilah informasi di zaman hadirnya media baru. (Sumber : Istimewa)
Sukabumi02 Mei 2024, 21:17 WIB

Pengantar ke Neraka! Bank Emok-Rentenir Dilarang Keras Masuk Kutamara Sukabumi

Spanduk tolak rentenir dan bank emok terbentang di Kampung Kutamara Surade Sukabumi. Praktik riba disebut sudah rusak rumah tangga dan pengantar ke neraka.
Spanduk penolakan hadirnya praktik riba akibat rentenir hingga bank emok yang dipasang ormas Gempa di Kampung Kutamara Surade Sukabumi. (Sumber : Istimewa)
Bola02 Mei 2024, 21:00 WIB

Link Live Streaming Timnas Indonesia vs Irak di Perebutan Tempat ke-3 Piala Asia U-23 2024

Bagi kamu yang ingin menyaksikan pertandingan Liga 1 2023/2024 antara Timnas Indonesia U-23 vs Irak U-23 berikut kami sediakan layanan live streamingnya.
Bagi kamu yang ingin menyaksikan pertandingan Liga 1 2023/2024 antara Timnas Indonesia U-23 vs Irak U-23 berikut kami sediakan layanan live streamingnya. (Sumber : Instagram/@jagad_stadium/Ist).
Sehat02 Mei 2024, 20:30 WIB

Sulit Tidur dan Sangat Mengganggu! 4 Cara Mengobati Sakit Asam Urat di Malam Hari

Ada beberapa cara mengobati sakit asam urat di malam hari.
Ilustrasi - Ada beberapa cara mengobati sakit asam urat di malam hari. (Sumber : Freepik.com/DC Studio).
Life02 Mei 2024, 20:15 WIB

6 Minuman yang Bisa Menenangkan Pikiran saat Stres, Cemas dan Galau, Yuk Dicoba!

Sejumlah minuman bermanfaat untuk membantu menenangkan pikiran di saat sedang mengalami stres, cemas dan galau. Patut menjadi rekomendasi sebagai menu harian.
Ilustrasi minuman yang menenangkan pikiran. | Sumber foto : Pexels/Anna Tarazevich