SUKABUMIUPDATE.com - Wabah campak di South Carolina memasuki fase mengkhawatirkan setelah menunjukkan penyebaran yang semakin meluas sejak perayaan Thanksgiving. Hingga Rabu, 11 Desember 2025, pejabat kesehatan negara bagian mengkonfirmasi bahwa belum ada tanda-tanda wabah ini akan berakhir. Situasi yang awalnya terfokus pada beberapa titik kini meluas ke lebih banyak komunitas, sekolah, dan tempat ibadah.
Menurut laporan resmi yang dirilis pada Rabu, 11 Desember 2025 kasus campak telah terdeteksi di wilayah yang dikenal sebagai South Carolina bagian utara, termasuk daerah Greenville dan Spartanburg. Hanya dalam satu minggu terakhir sejak Jumat, 5 Desember 2025, tercatat 27 kasus baru, sebuah peningkatan signifikan yang membuat otoritas kesehatan bekerja lebih keras.
Dr. Linda Bell, ahli epidemiologi dari Departemen Kesehatan Masyarakat Carolina Selatan, menjelaskan bahwa lonjakan kasus ini terjadi akibat perjalanan saat liburan, pertemuan keluarga besar, serta masih rendahnya tingkat vaksinasi. “Kita sedang menghadapi penularan yang terus berlanjut dan kemungkinan akan berlangsung selama beberapa minggu lagi,” ujarnya dalam konferensi pers.
Masalah Rendahnya Vaksinasi MMR
Data dari NBC News menunjukkan bahwa tingkat vaksinasi MMR (campak-gondok-rubella) di wilayah terdampak masih berada di bawah ambang batas ideal 95% yang diperlukan untuk menciptakan kekebalan kelompok.
Baca Juga: Ardito, Bupati Lampung Tengah Diamankan KPK Lewat Operasi Tangkap Tangan
- Spartanburg County: 90%
- Greenville County: 90,5%
Meski pemerintah telah mengerahkan klinik kesehatan keliling untuk memperluas akses vaksin, tingkat partisipasi masyarakat masih rendah. Bell mengatakan bahwa hanya sedikit dosis yang diberikan di setiap sesi klinik keliling, dan hingga saat ini tidak ada jadwal tambahan yang direncanakan.
Ratusan Orang Menjalani Karantina
Salah satu dampak signifikan dari wabah ini adalah banyaknya siswa sekolah yang harus menjalani karantina. Penyebaran yang terjadi di sekolah-sekolah dan sebuah gereja di Spartanburg membuat 254 orang harus menjalani karantina selama 21 hari.
Lebih memprihatinkan lagi, beberapa siswa yang tidak divaksinasi harus menjalani karantina kedua sejak tahun ajaran dimulai. Meski jumlahnya tidak terlalu besar, Dr. Bell menegaskan bahwa durasi karantina 21 hari dua kali berturut-turut sangat mengganggu proses belajar anak-anak.
Wabah Campak di Negara Bagian Lain
South Carolina bukan satu-satunya wilayah yang mengalami peningkatan kasus. Pada hari yang sama, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) melaporkan 1.912 kasus campak secara nasional sepanjang tahun 2025.
Baca Juga: Kalahkan Bangkok United 1-0, Persib Bandung Lolos ke Babak 16 Besar ACL Two
Wabah besar juga terjadi di:
- Arizona: 176 kasus
- Utah: 115 kasus
Di Utah, salah satu kasus yang mencolok terjadi di fasilitas penitipan anak dalam area sekolah menengah atas di Salt Lake County. Anak yang terinfeksi berada di fasilitas itu sepanjang 1–5 Desember 2025, meningkatkan risiko paparan bagi banyak orang. Sementara itu, pejabat kesehatan di Montezuma County, Colorado, juga mengkonfirmasi kasus pada seorang anak yang belum divaksinasi tanpa riwayat kontak atau perjalanan, menandakan kemungkinan penyebaran yang tidak terdeteksi.
Gejala Campak dan Dampak Serius yang Terus Mengintai
Campak dikenal sebagai salah satu virus paling menular di dunia. Orang yang tidak divaksinasi hampir pasti terinfeksi setelah terpapar, dan virus dapat bertahan di udara selama berjam-jam. Gejala umum termasuk:
- Demam tinggi hingga lebih dari 104 derajat
- Sakit kepala
- Batuk dan pilek
- Mata merah berair
- Bintik putih kecil di dalam mulut
- Ruam yang menyebar dari kepala hingga kaki
Sekitar 11%–12% pasien membutuhkan perawatan di rumah sakit. Tahun ini, di AS, tiga orang telah meninggal akibat infeksi tersebut, termasuk dua anak perempuan.
Vaksinasi Tetap Jadi Perlindungan Terbaik
Vaksin MMR yang diberikan dalam dua dosis biasanya saat anak berusia 1 tahun dan 5 tahun menawarkan perlindungan hingga 97%. Pejabat kesehatan terus mendorong masyarakat untuk melakukan vaksinasi, terutama di daerah dengan tingkat imunisasi rendah.
Sumber: NBC News





