Fakta Unik Swedia yang Kekurangan Sampah, Sampai Harus Beli Sampah dari Negara Lain!

Sukabumiupdate.com
Selasa 09 Sep 2025, 13:00 WIB
Fakta Unik Swedia yang Kekurangan Sampah, Sampai Harus Beli Sampah dari Negara Lain!

Di Swedia, sampah bukan lagi sekadar limbah tapi sumber daya tak ternilai. Sekitar setengah dari 4,4 juta ton sampah yang dihasilkan setiap tahunnya didaur ulang (Sumber: medfarm.uu.se/B.Hirling)

SUKABUMIUPDATE.com - Bayangkan sebuah negara yang kekurangan sampah. Bukan karena tidak menghasilkan sampah, melainkan karena sistem daur ulangnya terlalu sukses! Inilah yang terjadi di Swedia. Negara yang menjadi pionir pengelolaan limbah ini harus mengimpor 2,3 juta ton sampah dari negara tetangganya, bahkan dibayar untuk melakukannya. Mengapa? Karena kurang dari 1% sampah rumah tangga mereka berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA).

Kisah ini menunjukkan bagaimana Swedia mengubah sampah dari beban menjadi aset berharga, memberikan pelajaran penting bagi negara-negara lain, termasuk Indonesia.

Sistem Ajaib Pengelolaan Sampah Swedia

Di Swedia, sampah bukan lagi sekadar limbah, melainkan sumber daya yang tak ternilai. Sekitar setengah dari 4,4 juta ton sampah yang dihasilkan setiap tahunnya didaur ulang, sementara sisanya digunakan untuk menghasilkan listrik melalui sistem insinerasi Waste-to-Energy (WtE). Sebagai perbandingan, di Amerika Serikat, tingkat daur ulangnya hanya lebih dari 34%.

Baca Juga: Long Weekend Pantai RTH Citepus Sukabumi Penuh Sampah, Ganggu Kenyamanan Wisatawan

Listrik yang dihasilkan dari insinerator ini sangat efisien. Mereka digunakan untuk memanaskan 810.000 rumah dan menyediakan listrik untuk 250.000 rumah di seluruh negeri. Sampah bahkan menyumbang 20% dari total bahan bakar yang digunakan oleh jaringan pembangkit listrik tenaga panas distrik Swedia.

Pada tahun 2014, Swedia mengimpor sekitar 800.000 ton sampah dari negara-negara seperti Norwegia dan Inggris Raya. Namun, data menunjukkan bahwa angka ini terus meningkat dan diperkirakan mencapai 2,3 juta ton pada tahun 2020. Uniknya, negara-negara pengekspor ini justru membayar Swedia untuk mengelola limbah mereka.

Kunci Sukses Swedia: Dari Dapur Hingga Pembangkit

Kesuksesan luar biasa Swedia adalah hasil dari kombinasi disiplin masyarakat, teknologi canggih, dan kebijakan pemerintah yang kuat. Berikut adalah cara kerja sistem yang menakjubkan ini:

1. Pemilahan di Rumah: 9,5 juta penduduk Swedia berperan aktif dalam proses ini. Sampah daur ulang dipisahkan di rumah sebelum dibuang. Setiap rumah tangga memisahkan logam, kaca, plastik, kertas, dan bahan organik. Bahkan, ibu kota Stockholm memiliki sistem tabung bawah tanah yang menghubungkan tempat sampah langsung ke pusat daur ulang.

2. Manajemen Limbah Berbahaya: Limbah berbahaya dan limbah elektronik dibuang di tempat pengumpulan sampah kota yang telah ditentukan, kemudian dimasukkan ke dalam insinerator.

3. Daur Ulang Sisa Pembakaran: Residu dari proses pembakaran tidak dibuang begitu saja. Kerikil terak digunakan untuk konstruksi jalan, sementara residu alkali digunakan untuk menetralkan limbah asam. Hal ini menunjukkan komitmen Swedia dalam menerapkan konsep ekonomi sirkular hingga ke level terkecil.

Baca Juga: Sampah 180 Ton Per Hari, Wali Kota Sukabumi Ajak Pelaku Usaha Hindari Predikat Kota Kotor

Menariknya, meskipun mereka mengandalkan insinerator, Swedia terus berusaha meningkatkan tingkat daur ulang. Alasannya sederhana: dibutuhkan lebih banyak energi untuk menciptakan sesuatu dari awal, sementara daur ulang justru menghemat energi. Ironisnya, fokus pada daur ulang ini membatasi ketersediaan sampah untuk dibakar di insinerator, yang akhirnya mendorong mereka untuk mengimpor.

Pelajaran Berharga untuk Indonesia

Pendekatan Swedia terhadap pengelolaan sampah yang menghindari TPA dan mengutamakan daur ulang serta produksi energi telah menjadi subjek penelitian global. Negara ini berhasil mengatasi masalah lingkungan seperti rembesan bahan kimia ke dalam tanah dan air, serta emisi gas rumah kaca. Setiap ton sampah yang tidak masuk TPA mencegah sekitar 1.100 pon emisi karbon masuk ke lingkungan.

Bagi Indonesia, perjalanan masih panjang. Namun, kisah Swedia membuktikan bahwa dengan kombinasi disiplin kolektif, teknologi, dan kebijakan yang tepat, sampah bisa menjadi solusi, bukan masalah. Mari kita jadikan kisah Swedia sebagai inspirasi untuk memulai perubahan, dimulai dari hal sederhana seperti memilah sampah di rumah dan mendukung inisiatif daur ulang lokal. Yuk, jadi bagian dari solusi! Setiap langkah kecil kita hari ini akan menentukan masa depan Bumi.

Sumber:Via.tt.se

Editor :
Berita Terkait
Berita Terkini