SUKABUMIUPDATE.com - Daerah penghasil tembakau di Indonesia membuka data pasar atau daya serap hasil panen petani. Konsumsi tembakau oleh kaum udut melalui pabrik rokok terus menurun, hingga berdampak pada daya beli tembakau oleh pabrik rokok.
Data ini diungkap Bupati Temanggung, Agus Setyawan, usai mengunjungi kantor Gudang Garam. “Kami kemarin visit industri dalam rangka ingin menanyakan lagi apakah beli tembakau Temanggung apa tidak, ternyata 2025 masih tidak beli,” kata Agus melalui sambungan telepon, Senin, 16 Juni 2025 dikutip dari tempo.co.
Ia menyebut pernyataan resmi dari Gudang Garam pada 10 Juni lalu memperkuat kemungkinan perusahaan tidak akan menyerap tembakau Temanggung tahun ini. “Musim panen 2025 kemungkinan tak beli sesuai dengan statement Gudang Garam pada 10 Juni kemarin,” tuturnya.
Baca Juga: Kemenkes: 23 Ribu Orang Indonesia Terkena Sifilis, Tidak Nakal Juga Bisa Kena!
Kondisi serupa terjadi pada 2024. Produsen rokok asal Kediri itu juga tidak membeli tembakau dari Temanggung. “2024 sudah tidak beli,” ujar dia.
Agus menjelaskan penurunan serapan tembakau dipicu oleh menurunnya penjualan rokok. Kenaikan cukai membuat harga rokok melonjak, sehingga konsumen beralih ke rokok yang lebih murah. Sementara itu, peredaran rokok ilegal semakin marak.
“Ini sebenarnya kebijakannya bukan di pemkab karena urusan tembakau di pemerintah pusat,” sebut Agus.
Baca Juga: Wagub Erwan Setiawan Dorong Optimalisasi Luas Tanam Jagung di Jabar
Meski Gudang Garam absen, beberapa perusahaan rokok lain tetap menyatakan minat. “Djarum sekitar empat ribu ton kurang lebih. Beberapa pabrik kecil sudah ada yang menyatakan beli,” kata dia.
Kabupaten Temanggung menghasilkan sekitar 9.000 hingga 10.500 ton tembakau setiap tahun. Namun, daerah lain seperti Wonosobo, Kendal, Magelang, hingga sebagian Boyolali juga turut masuk dalam rantai tata niaga tembakau Temanggung.
Sumber: Tempo.co