Bukan Sultan, Cuma Jualan Donat-Aliem Sasuke Buktikan Kebaikan Tulus Bikin Reels Tembus Puluhan Juta View

Sukabumiupdate.com
Rabu 29 Okt 2025, 09:48 WIB
Bukan Sultan, Cuma Jualan Donat-Aliem Sasuke Buktikan Kebaikan Tulus Bikin Reels Tembus Puluhan Juta View

Potret naratif tentang Aliem Sasuke yang dengan donat dan hati laparnya menyentuh jiwa-jiwa di pedesaan. Bukti bahwa kebaikan sejati lahir dari empati, bukan pencitraan.(Foto:facebook.com/alpert.acmad)

SUKABUMIUPDATE.com - Dalam lanskap digital saat ini, ngonten telah berevolusi menjadi sebuah industri masif yang sayangnya sering didominasi oleh konten receh yang dibuat asal-asalan, bahkan berpotensi mengarah pada pembodohan publik demi meraih atensi sesaat.

Fenomena “brain rot” digital semakin parah dengan banyaknya pembuat konten yang mengemas skenario serius seperti drama sedih, pertengkaran, atau aksi kedermawanan namun dengan settingan yang begitu kentara dan tidak masuk akal secara logis. Mulai dari kebetulan yang terlalu sempurna, sudut kamera yang terlalu rapi untuk sebuah momen spontan, hingga reaksi emosional yang terasa berlebihan dan dipaksakan, semua elemen ini bertujuan untuk memanipulasi algoritma dan memicu rasa penasaran. Ironisnya, di tengah kegemuruhan konten yang serba artifisial dan palsu ini, yang paling sering memecah kebisingan dan menyentuh hati adalah ketulusan yang mentah sebuah anomali yang lahir dari niat murni.

Inilah yang membuat fenomena pedagang donat sederhana bernama Aliem Sasuke menjadi studi kasus yang menarik, di mana jutaan mata, dibuktikan dengan ratusan ribu hingga puluhan juta penonton pada setiap reels kebaikannya, memilih untuk menyaksikan kebaikan sehari-hari yang otentik daripada fiksi yang didesain.

Baca Juga: Waspada! Gula Digital Mencuri Dopamin dan Mengosongkan Makna Hidup Anda

Salah satu sisi paling mulia dari perjalanan Aliem adalah perhatiannya yang tulus pada penyandang disabilitasSalah satu sisi paling mulia dari perjalanan Aliem adalah perhatiannya yang tulus pada penyandang disabilitas(Foto Aliem Sasuke:facebook.com/alpert.acmad)

Ketika Donat Menjadi Pucuk Panggilan Jiwa di Era Digital

Di tengah noise konten digital yang riuh, didominasi oleh kemewahan artifisial dan hype sesaat, muncul sebuah anomali tulus. Ia bukanlah selebritas ibu kota, melainkan Agus Muji Handoko (Nanang) dengan persona Aliem Sasuke seorang penjual donat sederhana dari Cikalong, Jawa Barat.

Dengan sepeda motor dan sekeranjang donat titipan, Aliem tidak hanya menjual makanan ringan, ia menjalankan sebuah misi kemanusiaan yang terbingkai dalam narasi digital yang otentik. Kisahnya adalah bukti nyata bahwa di era konektivitas tanpa batas, ketulusan sederhana dapat memenangkan perhatian global, yang dibuktikan dengan ratusan ribu hingga puluhan juta penonton yang secara konsisten menyaksikan setiap aksi reels dan video pendeknya di berbagai platform.

Lebih dari Sekadar Konten Membelah Algoritma dengan Empati

Fenomena Aliem Sasuke adalah studi kasus menarik dalam kajian teknologi dan humanisme. Di mana algoritma media sosial seringkali memprioritaskan drama dan visual yang memukau, Aliem justru membelahnya dengan empati murni. Pernyataan Anda, "Ini bukan hanya konten, tapi panggilan jiwa," adalah inti terdalam yang membedakannya. Ia adalah visionary yang menjalankan misi, bukan sekadar content creator yang mengejar viral.

Baca Juga: Hari Ini dalam Sejarah Penerbangan Indonesia Tragedi Lion Air JT610 Menewaskan 189 Orang

Motivasinya bukan popularitas; donat yang dibagikannya, meski seringkali ia hanya mendapatkan keuntungan tipis sekitar Rp400,- per buah, adalah katalis. Kamera hanyalah saksi atas "ibadah sosial" yang ia jalani, merekam dorongan batin untuk meringankan beban orang lain, terutama para pejuang nafkah, lansia, dan penyandang disabilitas yang kerap terpinggirkan.

Siap dibagikan atau dijual donat-donat ini? Serba mungkin bagi Aliem SasukeSiap dibagikan atau dijual donat-donat ini? Serba mungkin bagi Aliem Sasuke

Perhatian Tulus pada Disabilitas  Ujian Panggilan Jiwa yang Sejati

Salah satu penanda terkuat bahwa apa yang dilakukan Aliem adalah panggilan jiwa, dan bukan sekadar trik konten, terletak pada perhatiannya yang tulus dan mendalam terhadap penyandang disabilitas. Banyak pembuat konten bisa membagi-bagikan uang atau barang, namun hanya mereka yang berhati tulus yang mampu memberikan atensi, canda, dan kasih sayang yang manusiawi kepada kelompok yang sering terabaikan dan dinomorduakan dalam interaksi sosial sehari-hari.

Dalam setiap interaksinya, terlihat jelas bagaimana Aliem melihat manusia seutuhnya, melampaui kondisi fisik atau keterbatasan mereka. Ia tidak hanya memberikan donat sebagai sedekah, melainkan memberikan martabat dan pengakuan, yang merupakan bentuk kedermawanan spiritual yang jauh lebih bernilai. Tingkat empati luar biasa ini tidak bisa direkayasa untuk kebutuhan kamera, menjadikannya salah satu segmen yang paling menyentuh dan paling banyak ditonton, sebab penonton dapat merasakan kejujuran niatnya.

Dari Bandung ke Lampung Real-Time Dokumentasi Kedermawanan

Lahir di Jawa Timur dan kini menetap di Bandung, darah perantau Aliem membuatnya kerap menempuh perjalanan panjang, termasuk ke kampung halamannya di Lampung. Perjalanan ini, jauh dari sekadar logistik, bertransformasi menjadi dokumentasi real-time kedermawanan tulus. Setiap jengkal aspal yang dilalui menjadi panggung interaksi otentik.

Baca Juga: Longsor di Cikembar Sukabumi Ancam Tiga Warung dan Satu Ruko

Yang mengharukan, kedermawanan Aliem melampaui kondisi finansialnya. Ia memberi dari kekurangannya, bukan dari kelebihannya sebuah tindakan pengorbanan yang lebih tinggi. Ia membuktikan bahwa kelapangan hati adalah sumber sedekah sejati, bukan kelapangan dompet. Alih-alih uang, Aliem memberikan atensi, canda, dan martabat yang utuh kepada penerima manfaat.

Komunitas Human-to-Human: The Power of Digital Empathy

Keajaiban digital Aliem terletak pada bagaimana ia menggunakan teknologi sebagai jembatan empati (digital empathy). Reel-nya yang ditonton oleh jutaan mata tidak menghasilkan penonton pasif, melainkan melahirkan komunitas kebaikan. Ribuan komentar yang membanjiri kolomnya adalah bukti bahwa ia telah menciptakan ruang di mana orang-orang saling terinspirasi, mendukung, dan mendoakan.

Dalam ekosistem media sosial yang serba cepat, Aliem memberikan jeda, sebuah pengingat kemanusiaan. Ia menunjukkan bahwa sharing (berbagi) tidak harus dalam bentuk uang besar; sepotong donat, senyum, dan perhatian tulus dapat menggerakkan hati lebih kuat daripada hadiah termahal. Kekuatan Aliem Sasuke bukan terletak pada jumlah followers, melainkan pada keberhasilannya mengubah media digital yang sering dianggap dingin dan transaksional menjadi wadah transmisi nilai kemanusiaan yang hangat dan otentik.

Setiap donat yang dibagikannya adalah sebuah micro-act of kindness, pengingat kuat bahwa kemanusiaan masih bernafas, dan bahwa panggilan jiwa untuk berbuat baik akan selalu menemukan jalannya, bahkan melalui layar ponsel jutaan orang.

Setiap Setiap "Mang Donat" yang diucapkan penggemarnya, mengandung doa dan harapan untuk kebaikan yang lebih luas.

Salah satu penanda terkuat bahwa apa yang dilakukan Aliem adalah panggilan jiwa, dan bukan sekadar trik konten, terletak pada perhatiannya yang tulus dan mendalam terhadap penyandang disabilitas. Kelompok ini sering kali dijauhi atau diberi jarak karena stigma, namun Aliem justru menjadi jembatan empati.

Dalam interaksinya, sering terlihat momen di mana Aliem tidak ragu 'melting down', melebur dalam tawa dan canda penuh cinta, membangun keakraban yang luar biasa, seolah ia adalah saudara dekat. Ia tidak hanya memberikan donat sebagai sedekah, melainkan memberikan martabat dan pengakuan yang utuh; ia melihat manusia seutuhnya, melampaui kondisi fisik atau keterbatasan mereka.

Tingkat empati luar biasa ini, yang memungkinkan keakraban mendalam dengan mereka yang biasanya diabaikan, tidak bisa direkayasa untuk kebutuhan kamera, menjadikannya salah satu segmen yang paling menyentuh dan paling banyak ditonton, sebab penonton dapat merasakan kejujuran niatnya.

Baca Juga: Flashback Lagu Cinta 90-an Mengingatkanmu Saat PDKT Galau Sampai Janji Setia Sampai Menikah!

Setiap reels Aliem Sasuke adalah lembaran visual yang otentik, di mana pemandangan perkampungan sederhana menjadi panggung kebaikan sejati. Dengan sapaan ramah dalam logat Sunda yang hangat, Aliem berkeliling, dan fokus kameranya kerap menangkap momen haru saat ia berinteraksi dengan anak-anak sekolah yang baru pulang, di mana wajah polos mereka mendadak berseri menerima donat gratis.

Selain simbol kebaikan berupa sekotak atau beberapa potong donat, Aliem Sasuke juga sering menyelipkan uang tunai (cash) dalam aksi-aksi berbagi spontannya. Tindakan ini menunjukkan dimensi kedermawanan yang lebih praktis, terutama ditujukan untuk membantu para penerima, seperti lansia atau sesama pedagang kecil, untuk kebutuhan mendesak yang tidak bisa dipenuhi oleh makanan semata. Pemberian uang tunai ini dilakukan dengan cara yang sederhana dan tanpa pamrih, semakin mengukuhkan bahwa motivasi utamanya adalah meringankan beban hidup orang lain sejalan dengan panggilan jiwanya, bukan sekadar menciptakan momen heroik di depan kamera.

Suasana semakin menyentuh ketika Aliem menghampiri para sepuh dan jompo yang ringkih, atau sesama tukang dagang keliling yang lelah mencari nafkah, momen berbagi donat ini bukan sekadar bantuan materi, melainkan transfer cinta dan kasih sayang yang tulus, seolah ia teringat pada orang tua sakit yang ia tinggalkan di kampung. Dalam keheningan reels itu, terlihat jelas bahwa setiap donat yang berpindah tangan adalah ungkapan empati mendalam yang melampaui bahasa, menciptakan rasa haru dan kehangatan yang membuat jutaan penonton merasakan getaran kemanusiaan yang nyata.

Editor :
Berita Terkait
Berita Terkini