Bagaimana Belanda Mencatat Budaya Sunda di Sukabumi Dimasa Lampau? Ini Kata Pengamat Sejarah

Minggu 19 April 2020, 23:15 WIB

SUKABUMIUPDATE.com - Pengamat sejarah Sukabumi Irman Firmansyah mengatakan, Belanda memiliki ciri khusus dalam mencatat budaya sunda di Sukabumi.

Irman yang juga merupakan Ketua Yayasan Dapuran Kipahare dan admin Soekaboemi Heritages menuturkan, gambaran orang Belanda dalam memperoleh informasi tentang budaya sunda, salah satunya dapat dilihat dari laporan seorang zending (pendakwah kristen) yang mengikuti kegiatan seorang dokter vaksinasi di Sukabumi sambil mendapatkan informasi dari masyarakat.

Menurut catatan Nederlandsche Zending Vereeniging No 6 Februari 1868, perjalanan dilakukan sekitar awal Januari 1868, dia melakukan perjalanan sekitar 3 jam dengan kereta kuda dari Cianjur. Tiba di Sukabumi (Ibukota Distrik Gunung Parang) disambut oleh Wedana dan istrinya.

BACA JUGA: Enam Sumber Air Panas di Sukabumi Menurut Catatan Sejarah, Sekarang Tinggal Berapa?

Saat itu desa Kristen Pangharepan belumlah didirikan sehingga misi zending dilakukan dari ibukota kabupaten yaitu Cianjur. Wedana Sukabumi adalah seorang lelaki hampir 60 tahun, tetapi masih Nampak kuat dan berwibawa, dia telah melayani pemerintah selama 35 tahun. Memulai karir sebagai mantri cacar, pemberi vaksin, kemudian menjadi camat, hingga wedana.

Gelarnya adalah raden selain juga memiliki gelar kehormatan rangga. Menurut silsilah yang dituturkannya, bahwa dia dan para menak priangan adalah keturunan raja-raja sunda. Dia sangat beradab, pintar dan terampil sehingga aman berbicara apapun dengannya. Orangnya sangat terbuka, murah hati dan ramah.

Sementara istrinya menyandang gelar Nyi Rangga, konon beliau adalah keturunan bangsawan Jacatra dan menjadi istri selama 22 tahun. Jika ada tamu biasanya sang istri bersembunyi, wedana hanya memperkenalkan dan kemudian meminta bantuan pelayan untuk membantu menyediakan hidangan. 

BACA JUGA: 10 Gempa di Sukabumi Paling Merusak Sepanjang Sejarah

Saat mereka berkunjung muncul seorang lelaki desa membawa 40 ekor sapi dan meminta ijin bermalam. Wedana memberinya tempat dekat Gudang kopi yang jaraknya 10 menit berjalan sehingga sapinya merumput dan aman.

Hal ini menjadi gambaran betapa baiknya seorang pemimpin sunda kepada masyarakatnya. Bahasa yang digunakan Wedana adalah Sunda, Jawa dan sedikit melayu sehingga sang zending penasaran tentang asal usul budaya sang Wedana.

Dari kisah yang diceritakan sang Wedana disebutkan bahwa secara turun temurun nenek moyangnya menceritakan kisah tentang paksaan oleh Sultan Cirebon untuk masuk islam. Dia juga memberi tahu arti nama priangan adalah dari kata ngahiang yang berarti melarikan diri. Sehingga Priangan disebut sebagai Perhiangan atau tanah penghilangan atau pelarian.

BACA JUGA: Kisah Kampung Rawa Ece dan Sejarah Gempa Megathrust di Sukabumi

Sang zending kemudian membicarakan soal agama dengan sang wedana, namun ternyata dengan tegas sang wedana memberi beberapa argument yang menolak. Sebelum zending pergi sang wedana berkata “Maafkan saya jika saya menentang Anda, Saya tidak bisa menerima kata-kata Anda jika saya tidak yakin akan kebenarannya". 

Sang dokter kemudian mengajaknya melakukan perjalanan bersama Wedana Cimahi, yang juga putra Wedana Sukabumi. Mereka mengunjungi Gua di Kutamaneuh yang disebut Gua Meong, di mana di dalamnya terdapat banyak batu stalaktit. Saat itu, sang zending membawa dua buah batu granit yang keras, yang terkesan seperti batang padi yang memfosil.

Dipandu oleh sang wedana, mereka mengunjungi dua mata air belerang panas, di mana yang satunya mengalir ke sungai Cimandiri dan yang lainnya membentuk danau yang jernih. Di sekitar air panas yang pertama, ada sebuah gunung yang terdapat arca masa hindu namun nampaknya terlalu jauh untuk dikunjungi.

BACA JUGA: Dibangun Jadi Alun-alun, Sejarah Nama Gado Bangkong dari Dermaga Kuno di Palabuhanratu

"Sebagian besar gunung dekat mata air sulphur itu adalah gunung kapur. Mereka kemudian kembali dan melewati sebuah danau kecil di Kutamaneuh dekat Gunung Kutamaneuh yang ikannya sangat banyak, namun tak pernah ditangkap penduduk karena takut akan takhayul," jelasnya.

Irman mengungkapkan, dari kisah perjalanan di atas bisa diketahui, metode pencatatan budaya saat itu tidaklah dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda, tetapi para peneliti yang sebagian dari mereka juga adalah zending bahkan pengusaha perkebunan.

"Mereka mencatat hal ikhwal budaya yang menurut mereka unik karena saat itu Eropa sedang euphoria ilmu pengetahuan, banyak negara yang berlomba melakukan penelitian," kata Irman.

BACA JUGA: Save Cagar Budaya Eks Tahanan Hatta dan Sjahrir di Sukabumi, Ini Solusi dari Pemerhati Sejarah

Irman menyebut, pemerintah sendiri bersikap tidak mencampuri urusan agama dan budaya sepanjang tidak membahayakan secara politis. Maka siapapun bebas melakukan penelitian, pencatatan, untuk alasan ilmu pengetahuan. Maka tak heran, beberapa temuan seperti menhir, arca, dan prasasti, ditemukan dan dicatat dengan rapi.

"Temuan kapak masa batu terjadi di perkebunan Panumbangan, temuan kapak perunggu terjadi di Munjul Perkebunan Sinagar, dan masih banyak lagi temuan lainnya," tambah Irman.

Sementara itu, sumber-sumber lisan juga dicatat sehingga bisa didapatkan informasinya hingga sekarang. Andries De Wilde pemilik tanah partikelir Soeka Boemie, merupakan penulis kamus Bahasa Sunda pertama, bahkan KF Holle yang juga pernah berkirprah di Parakansalak adalah pengumpul transkrip dan catatan lisan sunda kuno.

BACA JUGA: Ahli Sejarah Sukabumi Sebut Sunda Empire Kaum Utopis, Irman: Berhalusinasi

Irman menjelaskan, sistem pencatatan mereka apa adanya seperti yang diungkapkan oleh sumber dari masyarakat sunda, meskipun dengan sedikit interpretasi tapi proses mereka sudah ilmiah tanpa menghilangkan substansi.

Kisah-kisah seperti ngahiangnya para prajurit kerajaan sunda hingga sekarang, masih banyak beredar di masyarakat dan parallel dengan catatan orang-orang Belanda. Sayangnya, lanjut Irman, masyarakat tak punya catatan resmi sehingga kisahnya kemudian bisa jadi panjang, pendek, bertambah atau berkurang. Karena itulah pentingnya sebuah catatan resmi.

Irman menegaskan, catatan-catatan Belanda juga bisa menggambarkan bagaimana karakter pemimpin Sukabumi di masa lalu yang digambarkan murah hati tapi kuat. Bahkan, dengan tegas mampu menolak pendapat orang Belanda jika tak sesuai dengan pemahamannya.

BACA JUGA: Cerita Patung Kongco Han Tan Kong dan Sejarah Vihara Widhi Sakti Sukabumi

Tempat-tempat yang dikunjungi juga bisa menjadi catatan penting yang kini telah hilang. Sebutlah gudang kopi di sekitar Kota Sukabumi yang mungkin sekitar Jalan Gudang (bisa ditelusuri kembali kebenarannya), atau mata air panas yang membentuk danau jernih yang mungkin sekitar Lio Santa, dan satu mata air lagi yang mengalir ke sungai Cimandiri yang kemungkinan Pemandian air panas Cikundul. Itu merupakan dua mata air yang juga pernah dikunjungi Junghuhn tahun 1847, jika merujuk pada bukunya berjudul dalam bukunya Java, deszelfs gedaante, bekleeding en inwendige structuur (1849).

Selain itu, keberadaan arca di Gunung Arca (Gunung Susuru) juga sudah diketahui saat itu, meskipun arcanya sekarang sudah tidak ada karena dibuang oleh masyarakat untuk menghindari syirik. Yang unik keberadaan danau kecil di daerah kutamaneuh yang banyak ikannya karena takut akan takhayul.

Sebenarnya, itulah metode nenek moyang kita dalam pelestarian alam di masa lalu, yaitu dengan cara mengangkerkan sebuah tempat. Bisa kita fahami mengenai kultur masyarakat sunda yang sejak dulu takut akan supata, hal ini pernah dilakukan raja sunda saat membuat prasasti sanghyang tapak Cibadak yang melarang mengambil ikan di sungai Cicatih dalam batas kabuyutan.

BACA JUGA: Pemerintah Akui Rumah Hatta dan Sjahrir di Kota Sukabumi Belum Jadi Cagar Budaya

Mengenai keberadaan Gua Kutamaneuh yang disebut Gua Meong juga menjadi catatan yang menarik. Sebab, gua yang konon bercabang di dalamnya dan tembus kemana-mana menurut kisah masyarakat, belum diketahui kebenarannya. Tapi hingga kini, hingga lebih dari 150 tahun sejak kunjungan tersebut, gua itu masih lestari.

Gunung Guruh di mana gua tersebut berada, juga menjadi tempat menarik tersendiri mengingat orang Eropa pertama yang berkunjung ke Sukabumi tahun 1687 (Sersan Scipio) adalah ke daerah ini.

Irman memaparkan, dalam penelusuran sejarah sumber manapun sepanjang valid bisa kita gunakan, saat ini memang catatan Belanda dengan system double accountingnya masih banyak digunakan oleh para periset dan sejarawan. Namun, tentu kita bisa melakuan cross check dengan sumber-sumber masyarakat sehingga catatan menjadi utuh dikaitkan dengan sumber-sumber tambahan. Hingga pada suatu saat puzzle sejarah sukabumi yang masih berserakan bisa disusun dengan rapi dan lengkap.

Irman mengaku, sumber tulisannya di atas berasal dari Pustaka Kipahare dan Nederlandsche Zending Vereeniging.

Follow Berita Sukabumi Update di Google News
Berita Terkini
Life29 April 2024, 12:30 WIB

7 Penyesalan Orang Tua kepada Anak Akibat Kesalahan Mengasuh di Masa Lalu

Para orang tua biasanya akan mengalami rasa penyesalan manakala berurusan dengan kesalahan pada pola asuhnya di masa lalu kepada anak-anaknya.
Ilustrasi. Pola asuh. Contoh Penyesalan orang tua kepada anaknya. Sumber foto : Pexels/Anastasiya Gepp
Bola29 April 2024, 12:15 WIB

Prediksi Indonesia vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U-23 2024, Selangkah Menuju Final!

Indonesia akan menghadapi Uzbekistan dalam laga semifinal Piala Asia U-23 2024.
Indonesia akan menghadapi Uzbekistan dalam laga semifinal Piala Asia U-23 2024. (Korsel) | Foro : Ist
Sehat29 April 2024, 12:00 WIB

Bebas Asam Urat: 10 Cara Alami Menyembuhkan Penyakit Degeneratif Tanpa Obat

Asam urat termasuk salah satu penyakit degeneratif, yakni penyakit yang biasanya dialami oleh lansia. Meskipun saat ini, penyakit asam urat juga kerap dimiliki oleh generasi millenial dan Z.
Ilustrasi. Tenaga Profesional Kesehatan | Cara Alami Menyembuhkan Asam Urat Tanpa Obat dengan Rutin Konsultasi Dokter (Sumber : pixabay.com/@Max)
Inspirasi29 April 2024, 11:57 WIB

Program Light Up The Dream, PLN UP3 Sukabumi Laksanakan Penyalaan Listrik Gratis

Light Up The Dream merupakan program penyambungan listrik gratis dari donasi pegawai PLN.
PT PLN (Persero) UP3 melalui ULP Sukaraja melaksanakan penyambungan listrik gratis melalui program LUTD kepada masyarakat. | Foto: PLN
Sukabumi29 April 2024, 11:31 WIB

84 Orang Diduga Keracunan Makanan Hajatan di Kabandungan Sukabumi, Begini Kondisinya

Rombongan pengantin laki-laki dan tamu undangan mulai merasa tidak enak badan pada Minggu sore.
Salah satu warga saat dirawat di puskesmas setelah diduga keracunan makanan hajatan pernikahan di Desa Tugubandung, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Minggu, 28 April 2024. | Foto: Istimewa
Life29 April 2024, 11:30 WIB

6 Tanda Kamu Memiliki Bakat Jadi Pemimpin di Masa Depan, Ini Buktinya

Jika orang memiliki jiwa sebagai pemimpin, biasanya akan nampak pada sikapnya, baik untuk dirinya maupun kepada orang lain.
Ilustrasi. Tanda orang yang berjiwa pemimpin. Sumber foto : Pexels/Rebrand Cities
Life29 April 2024, 11:00 WIB

10 Cara Sopan Mengingatkan Teman yang Tidak Tahu Diri

Inilah Beberapa Cara Sopan Mengingatkan Teman yang Tidak Tahu Diri. Yuk, Coba Lakukan!
Ilustrasi -  Cara Sopan Mengingatkan Teman yang Tidak Tahu Diri (Sumber : pexels.com/@Askar Abayev)
Life29 April 2024, 10:59 WIB

Beri dengan Segera, 5 Cara Mengatur Sistem Hadiah untuk Anak Balita

Sistem penghargaan bergantung pada penguatan positif untuk mendorong perilaku yang baik. Berikut cara membuat sistem penghargaan untuk balita, anak prasekolah, dan anak usia sekolah.
Ilustrasi hadiah untuk balita. | Foto: Pexels.com/@jonathan borba
Life29 April 2024, 10:30 WIB

5 Cara Menjadi Orang yang Berhati Lembut Agar Bijak Menjalani Hidup

Memiliki hati lembut tentu diidamkan sebagian orang. Karena dengan berhati lembut tidak akan mudah grasak-grusuk, emosian dan marah-marah menyikapi sesuatu.
Ilustrasi. Cara menjadi orang yang berhati lembut. Sumber foto : Pexels/RDNE Stock project
Sukabumi29 April 2024, 10:27 WIB

161 Penerima Beasiswa 1000 Anak Negeri 2024 Ikut Bimtek SCAU Universitas Nusa Putra

Program beasiswa 1000 anak Negeri merupakan persembahan Universitas Nusa Putra dalam memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk menempuh pendidikan tinggi.
Penerima beasiswa 1000 Anak Negeri tahun 2024 Universitas Nusa Putra di ruang auditorium Universitas Nusa Putra, Cisaat-Sukabumi, Jumat, 26 April 2024. | Foto: Universitas Nusa Putra