SUKABUMIUPDATE.COM - Total 72 medali yang terdiri dari 24 medali emas, 24 medali perak, dan 24 medali perunggu diperebutkan di Sirkuit Panjat Tebing se-Jawa Barat (SPTJB 2016).

Di hari pertama sirkuit para atlit dan calon atlit sangat antusias, setiap peserta memiliki motivasi dan harapannya masing-masing, salah satunya Randi (23) yang menyertakan tiga atlitnya datang dari Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.

“Kami datang atas undangan Pemda Ciamis, kemudian dikirim ke Sukabumi dan berharap di sirkuit ini anak-anak bisa terbina dan mampu berkompetisi, persiapannya lumayan lah, tapi kami tidak memasang target.”

Lain halnya dengan Rafkan Abdullah (13) dari Akasia Climbing. Salah satu cikal bakal atlit panjat tebing Sukabumi yang mengaku baru lima bulan saja berlatih dan mengikuti perlombaan panjat tebing. ”Apa ya om alasannya? (tertawa) karena saya kabita sama otot-ototnya,” pengakuan Rafkan ini mendapat respon tawa dari teman-temannya. “Ingin jadi atlit sih sebetulnya, yang melatih kami ada Om Langlang, Om Bima dan Fadly,” tambahnya.

Olahraga panjat tebing menurut beberapa pengurus FPTI (Federasi Panjat Tebing Indonesia) sangat berbeda dengan cabang olahraga lainnya, di mana sang atlit memerlukan ketangkasan khusus untuk bergelantungan di papan speed, apapun medianya seperti dinding buatan ataupun dinding alami sang atlit harus tangkas dan lincah menggunakan kaki dan tangannya naik dari satu poin ke poin berikutnya.

Poin adalah sebutan bagi pijakan kaki atau tangan yang menempel di dinding. Selain itu jika tidak terbiasa memanjat dinding, salah-salah bisa terjatuh dan keseleo. Ihwal itulah yang membuat atlit panjat tebing memiliki tubuh ringan namun berotot.

“Jadi, kalau mau coba silakan akang datang kesini lagi nanti malam, mantap kang! Baru terasa bagaimana efeknya jika lagi tidur, pegal, sok aja coba sekarang bolak-balik di wall climbing yang pendek,” seloroh Asep Ridwan, salah satu panitia pelaksana. “Makanya dibutuhkan latihan, metode dan teknik yang baik, sekalipun untuk yang sekedar coba-coba.”

Dinding wall climbing terbagi menjadi papan speed classic, papan lead dan papan bolder. Ketiganya memiliki fungsi berbeda dalam hal perlombaan, pada Sirkuit Panjat Tebing se-Jawa Barat (SPTJB 2016) kali ini, kategori perlombaan terbagi dua yakni Speed dan Lead. Speed berarti kecepatan sang atlit menuju poin-poin tertentu, sedangkan Lead adalah menilai setinggi apa atlit itu bisa memanjat.

Deden (34) dan Tim official dari FPTI Kota Tasikmalaya mengikutsertakan empat atlitnya mulai dari atlit yang masih duduk di bangku SD sampai yang sudah kuliah. “Kami kesini untuk menambah wawasan dan pengetahuan, sosialisasi, agar sesama atlit, Federasi dan anggota wall climbing club bisa tukar pikiran dan mengenal satu sama lain.” Ujarnya.

Sirkuit Panjat Tebing se-Jawa Barat (SPTJB 2016) rencananya diselenggrakan selama dua hari yakni sejak  27 hingga 29 Oktober. “Namun untuk mengantisipasi segala kemungkinan kami menyiapkan waktu sampai 30 Oktober, misalnya karena cuaca kurang mendukung seperti hujan lebat, dan lain-lain,” jelas Agus Koswara.