Obat yang Dinilai Berpotensi Melawan Corona, Apa Saja?

Minggu 22 Maret 2020, 17:00 WIB

SUKABUMIUPDATE.com - Para ilmuwan kesehatan saat ini berjuang menemukan obat-obatan untuk mengobati COVID-19 yang masih menjadi pandemi. Dilansir dari tempo.co, obat Malaria, HIV dan hipertensi dikembangkan untuk melawan SARS-CoV-2 karena menjanjikan hasil positif, walau ketiga penyakit itu tidak memiliki kesamaan dengan novel virus corona.

Berikut obat-obatan yang diduga efektif melawan COVID-19 seperti dilansir Laman Los Angeles Times, Sabtu 21 Maret 2020:

Klorokuin

Klorokuin merupakan versi sintetis kina, yakni senyawa alami yang diekstrak dari kulit pohon kina sejak awal tahun 1600-an. Obat ini digunakan pasien malaria selama beberapa abad. Cara kerja obat ini memperlambat replikasi virus memasuki sel, kata ahli mikrobiologi di Northwestern University Feinberg School of Medicine, Karla Satchell.

Untuk melawan malaria, penting untuk meracuni sistem pencernaan beberapa parasit darah dalam genus Plasmodium yang disebarkan ke manusia melalui nyamuk yang terinfeksi. COVID-19 disebabkan novel virus corona, bukan parasit. Para peneliti berhipotesis klorokuin bisa membantu pasien memperlambat penyebaran virus.

Klorokuin membatasi kemampuan virus menggunakan ruang dalam sel (disebut vakuola) untuk masuk ke dalam targetnya. Anggap saja sebagai "ruangan" di dalam tubuh sehingga memberikan waktu bagi sistem kekebalan tubuh untuk mengejar ketinggalan.

Uji klinis dilakukan di Cina untuk menguji kemanjuran klorokuin terhadap virus corona baru hasil awal menunjukkan potensi mengurangi tingkat replikasi virus. Klorokuin diketahui aman untuk manusia (meskipun bisa mengakibatkan keracunan pada tingkat overdosis). Dalam penelitian praklinis, obat ini terbukti efektif melawan infeksi virus seperti sindrom pernapasan akut (SARS), sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS) dan HIV.

Sebelumnya, juru bicara pemerintah Indonesia untuk penanganan COVID-19, Achamd Yurianto menegaskan, klorokuin digunakan untuk membantu penyembuhan penyakit yang disebabkan virus corona baru, bukan pencegahan infeksi COVID-19. Dia meminta masyarakat tidak membeli atau menyimpan obat ini karena tergolong obat keras dan harus menyertakan resep dokter.

Hidroksiklorokuin

Obat ini metabolit obat malaria yang berpotensi mengobati penyakit autoimun tertentu seperti lupus dan rheumatoid arthritis. Para ilmuwan berpikir obat ini bekerja dengan mengganggu komunikasi antar sel dalam sistem kekebalan tubuh. Dokter sedang mengujinya pada pasien COVID-19. Mereka berteori, jika klorokuin bermanfaat, maka hidroksiklorokuin mungkin juga dan hasil laboratorium baru-baru ini tampaknya mendukung teori ini.

Sekitar tujuh uji klinis telah dimulai di Cina untuk menguji obat ini pada pasien dengan COVID-19. Peneliti dari Universitas Minnesota juga melakukan pengujian pada minggu ini. "Setelah 90 hari kita akan memiliki beberapa indikasi apakah ini efektif atau tidak dan seberapa efektif itu bisa terjadi," kata Jakub Tolar, dekan Fakultas Kedokteran Universitas Minnesota. Hasil laboratorium awal di Cina menunjukkan hidroksiklorokuin menghambat infeksi SARS-COV-2. Obat ini diklaim aman untuk digunakan pada manusia.

Kaletra

Obat ini kombinasi dua obat antivirus yakni lopinavir dan ritonavir yang digunakan melawan HIV. Lopinavir mencegah enzim virus memotong protein penting yang merupakan kunci untuk reproduksi HIV. Sementara ritonavir membantu meningkatkan konsentrasi lopinavir dalam sel. Para ilmuwan bertanya-tanya apakah keduanya dapat mengganggu siklus hidup SARS-COV-2 dengan cara yang sama.

Tetapi sebuah penelitian dalam New England Journal of Medicine melaporkan, obat ini tidak bermanfaat bagi pasien dengan COVID-19 yang parah. Perlu ada studi lanjutan untuk memberikan wawasan lebih luas.

Remdesivir

Obat ini dikembangkan Gilead Sciences untuk melawan Ebola tetapi tak terbukti efektif. Namun, remdesivir terbukti memiliki beberapa efek terhadap MERS dan SARS dalam lini sel dan pengujian hewan terbatas.

Mengingat penyakit-penyakit tersebut disebabkan oleh virus corona, peneliti berpendapat mungkin juga memiliki beberapa efek terhadap penyebab COVID-19. Bagaimana persisnya remdesivir bekerja belum jelas, meskipun sebuah penelitian baru menunjukkan tampaknya menghambat replikasi RNA selama siklus reproduksi virus corona.

Remdesivir diberikan kepada pasien COVID-19 pertama di Amerika Serikat setelah kondisinya memburuk. Dia mulai pulih pada hari berikutnya, menurut sebuah studi kasus dalam New England Journal of Medicine.

Namun, apakah obat itu benar-benar bertanggung jawab atas perbaikan itu masih belum diketahui. “Meskipun remdesivir telah diberikan kepada beberapa pasien dengan COVID-19, kami tidak memiliki data yang kuat untuk menunjukkan obat ini bisa meningkatkan hasil klinis,” ujar direktur National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID), Anthony S. Fauci.

Losartan

Obat hipertensi ini mencegah hormon angiotensin mengikat ke reseptor pembuluh darah. Para ilmuwan berhipotesis losartan dapat membantu pasien dengan COVID-19 karena sebagai penghambat reseptor angiotensin, obat ini menghambat virus masuk ke dalam sel. Peneliti dari Universitas Minnesota belum menentukan subjek dalam uji klinis mereka.

 

Sumber : tempo.co

 

Follow Berita Sukabumi Update di Google News
Berita Terkini
Sukabumi04 Mei 2024, 21:49 WIB

Niat Cari Kerja: Pelaku Tolak Sodomi hingga Duel Sebelum Bunuh Pria di Citepus Sukabumi

Kasat Reskrim Polres Sukabumi, AKP Ali Jupri, mengatakan bahwa pelaku berinisial A (20 tahun) awalnya mendatangi Ceceu ini dengan niat mencari kerja, sebelum akhirnya membunuh korban
Pelaku pembunuhan setelah ditangkap di Mapolsek Parungkuda Sukabumi | Foto : Ilyas Supendi
Sukabumi04 Mei 2024, 21:09 WIB

Pemkab Sukabumi Akan Relokasi Rumah yang Terdampak Longsor di Cibadak

Pemerintah Kabupaten Sukabumi berencana merelokasi warga terdampak longsor di Kampung Cibatu Hilir RT 01/RW 11, Desa Sekarwangi, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, yang berdampak pada belasan rumah.
Foto udara lokasi longsor di Kampung Cibatu Hilir RT 01/11, Desa Sekarwangi, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi. | Foto: Instagram/@kiekiesukabumi
Sehat04 Mei 2024, 21:00 WIB

8 Cara Sehat Menyembuhkan Asam Urat Agar Tidak Kambuh di Malam Hari

Berikut Sederet Cara Sehat Menyembuhkan Asam Urat Agar Tidak Kambuh di Malam Hari yang Bisa Dilakukan.
Ilustrasi - Pijat Ringan untuk Meringankan Penyakit Asam Urat (Sumber : Freepik/freepik)
Sukabumi Memilih04 Mei 2024, 20:46 WIB

Survei Terbaru Elektabilitas 17 Calon Bupati Sukabumi: Tidak Ada Sosok yang Kuat

asil survei dirilis oleh Lembaga Kajian dan Penelitian Skala Institute bekerjasama dengan Litbang Sukabumiupdate.com.
Ilustrasi pasangan calon bupati/wakil bupati Sukabumi dari jalur perseorangan atau independen | Foto : Sukabumi Update
Life04 Mei 2024, 20:00 WIB

6 Dampak Buruk Terlalu Memanjakan Anak yang Wajib Diketahui Orang Tua

Terlalu memanjakan anak rupanya memiliki dampak buruk bagi perkembangan anak jika sudah tumbuh dewasa. Ini yang perlu diperhatikan para orang tua.
Ilustrasi. Dampak buruk terlalu memanjakan anak. Sumber foto : Pexels/ Pavel Danilyuk
Sukabumi04 Mei 2024, 19:40 WIB

Sukabumi Dinilai Stagnan, Koalisi 5 Partai Cenderung Usung Figur Alternatif di Pilkada

ima partai politik yaitu, PKB, PKS, Demokrat, PAN dan PDIP secara resmi berkoalisi di Pikada Kabupaten Sukabumi 2024. Deklarasi koalisi digelar di salah satu kafe di Jalan Cemerlang, Kota Sukabumi, Sabtu, (4/5/2024).
Deklarasi koalisi 5 partai, PKB, Demokrat, PKS, PAN, PDIP | Foto : Asep Awaludin
Sehat04 Mei 2024, 19:00 WIB

5 Jenis Ikan Laut Tinggi Purin yang Tidak Aman Dikonsumsi Penderita Asam Urat

Penderita Asam Urat Sebaiknya Mengetahui Apa Saja Jenis Ikan Laut Tinggi Purin yang Tidak Aman Dikonsumsi Guna Mencegah Serangannya Kambuh.
Ilustrasi. Jenis Ikan Laut Tinggi Purin yang Tidak Aman Dikonsumsi Penderita Asam Urat (Sumber : Pexels/OzielGomez)
Sukabumi04 Mei 2024, 18:57 WIB

Di Kubur Berdampingan, Pasutri Tewas Tertabrak Kereta di Kebonpedes Sukabumi Dikenal Ramah

Dalam prosesi pemakaman, berlangsung haru serta diiringi isak tangis keluarga. Mengingat semasa hidup korban yang baik dan suka bersosialisasi dengan tetangga.
Suasana saat pemakaman jenazah suami istri korban tertabrak kereta di Kampung Gunung Kebonpedes Kabupaten Sukabumi | Foto : Asep Awaludin
Sukabumi Memilih04 Mei 2024, 18:39 WIB

5 Partai Resmi Berkoalisi di Pilkada Sukabumi 2024: Optimis Rebut Kursi Bupati

Menghadapai perhelatan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak yang akan berlangsung pada 27 November 2024 mendatang, 5 partai di Kabupaten Sukabumi resmi berkoalisi, yaitu PKB, PKS, Demokrat, PAN dan PDIP.
5 partai politik resmi berkoalisi di Pilkada 2024 Kabupaten Sukabumi, Sabtu 04 Mei 2024 | Foto : Asep Awaludin
Life04 Mei 2024, 18:00 WIB

9 Kalimat yang Tidak Boleh Diucapkan Orang Tua Saat Mendisiplinkan Anak

Membesarkan dan mendidik anak merupakan hal yang terkadang sulit. Sehingga orang tua tidak boleh mengeluarkan kalimat yang membuat anak trauma.
Ilustrasi. Mendisiplinkan anak. Sumber : pexels.com/@Monstera Production