Bupati Sukabumi Tanggapi Dugaan Pemicu Tanah Longsor di Cibadak

Rabu 31 Januari 2024, 23:50 WIB
Bupati Sukabumi Marwan Hamami saat meninjau lokasi longsor Cibadak. (Sumber : SU/Ibnu)

Bupati Sukabumi Marwan Hamami saat meninjau lokasi longsor Cibadak. (Sumber : SU/Ibnu)

SUKABUMIUPDATE.com - Bupati Sukabumi Marwan Hamami, memberikan respons terkait dugaan bahwa perumahan di atas lokasi Kampung Cibatu Hilir RT 01/11, Desa Sekarwangi, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, menjadi pemicu terjadinya tanah longsor.

Marwan menyatakan perlunya evaluasi terhadap semua izin, baik yang baru maupun yang sudah lama. Ia menyoroti fakta bahwa kejadian ini tidak terkait dengan Gunung Walat seperti yang awalnya dianggap longsor.

"Kita harus evaluasi seluruh ya, terutama izin-izin baru, izin lama juga kita akan ingatkan juga. Terutama ini tidak mungkin yang awalnya saya pikir itu Gunung Walat, saya berpikir waktu mendengar ada longsoran di Cibadak," ungkap Marwan.

"Ternyata di sini, ini yang menjadi persoalan, bukan persoalan baru sendiri ya, hari ini kan izin ini lewat Online Single Submission (OSS)," lanjutnya.

Menurut Marwan, OSS itu mereka secara sistem seharusnya dimulai dari proses awal ruang, dimana bisa tidak tempat itu dimanfaatkan untuk perumahan atau industri atau apapun.

"Rata-rata hari ini mereka mengajukan izin lewat OSS Itu dia tidak pernah dia tidak pernah dilalui, ketika turun ada masalah dengan lingkungan, dimana mereka akan berusaha atau akan mendirikan kegiatan ini akhirnya menjadi polemik ke pemerintah daerah," ujarnya.

Ia menekankan, di sistem aplikasi yang diinput oleh mereka itu seharusnya mengelurkan izin salah satunya adalah ruang di tempat itu diperbolehkan atau tidak.

"Nah ini yang tidak tidak terlihat hari ini, atau misalnya kalau industri saja, misalnya industri ini bukan untuk industri yang sifatnya pencemaran. Tiba-tiba muncul industri yang menyebabkan pencemaran, tapi karena tanahnya sudah dibeli akhirnya dilematis dan mereka mengajukan ke Kementerian untuk merubah ruang yang kadang-kadang menjadi persoalan," bebernya.

Ia menyatakan perumahan tersebut sejak beberapa tahun lalu izinnya sudah keluar, sehingga hal tersebut ketika masa peralihan dirinya menjabat Bupati Sukabumi.

"Sama dengan Perumahan tadi ini, 2015-2016 izin keluar berati peralihan ketika saya baru masuk, Ini sudah keluar nama izinnya. Makanya pak camat sudah diingatkan, pak kepala desa dan pak camat untuk melihat ruang dimana akan terjadi kegiatan itu berlangsung," katanya.

Perlu diingatkan bilamana sampai bisa pengembang Industri atau tidak bisa, contohnya ada industri hari ini sudah berapa tahun di atas perumahan, di bawah industri daerah Parungkuda, sudah hampir 5 tahun polemik terus.

"Karena biasanya kan mana anak ayam mana telur duluan, bertahan di situ. Tetapi kalau lihat dari konsentrasi mereka membangun di gawir model gitu (jurang seperti itu), kan juga beresiko kepada penduduk yang ada di bawahnya, bangun di komplek dimana alasan mereka saya lebih duluan, nah itulah inilah butuhnya satu keyakinan," katanya.

Marwan menambahkan bahwa dari 47 kecamatan yang ada, baru lima kecamatan yang memiliki Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) yang telah disahkan. Ia mengingatkan pentingnya keyakinan dan pertimbangan yang matang dalam merencanakan penggunaan ruang di daerah tersebut.

"Bagaimana ruang ini hari ini baru beberapa kecamatan yang ada RDTR-nya sudah disahkan. 47 Kecamatan kita punya hanya baru 5 RDTR yang turun dari Cicurug Cibadak Pelabuhan Ratu, daerah utara rata-rata," ungkapnya.

Contoh hal lainnya, sambung Marwan, Curug Kembar, yang mana daerah pergeseran setiap tahun, namun masyarakat seperti orang yang berangkat dan pulang kerja di Saudi.

"Karena punya duit, meskipun dilarang membangun rumah permanen dua tingkat saja, mereka tetap bangun," katanya.

Marwan menyebut, di Curug Kembar, dibawahnya masyarakat sudah mengetahui pergeseran tanah luar biasa, karena tanah dua meter ke bawah itu sudah pasir dan kerikil.

"Itu dengan rumah-rumahnya kegeser semua, tapi bagi mereka mungkin sudah biasa. Jadi kalau geser rumah itu nanti ada kesepakatan adat, bahwa tanah yang rumahnya dia di situ jadi diganti ke pemilik yang untuk diganti lahan baru, lahan yang dia geser jadi lahan mereka," paparnya.

"Itu hukum adat mereka tapi tetap saja persoalannya ketika hari ini mereka mau dipindahkan agak sulit, katanya saya lahirkan didieu gede didieu, lah sagala rupa, (lahir di sini dan besar di sini, lah segalam macam), hal ini pun mungkin seperti itu," pungkasnya menambahkan.

Follow Berita Sukabumi Update di Google News
Berita Terkini
Inspirasi09 Mei 2024, 13:15 WIB

Pendaftaran CPNS 2024 Segera Dibuka! Simak Formasi dan Cara Mendaftarnya

Seleksi pendaftaran CPNS 2024 akan segera dibuka sebentar lagi.
(Foto Ilustrasi) Seleksi pendaftaran CPNS 2024 akan segera dibuka sebentar lagi. | Foto: Istimewa
Life09 Mei 2024, 13:00 WIB

10 Ciri Laki-laki yang Tidak Pantas Dinikahi, Punya Sifat Malas dan Pelit!

Pria yang memiliki rasa malas dan tidak bertanggung jawab akan membuat calon istrinya menderita secara fisik dan mental. Oleh sebab itu, pemalas termasuk tipe pria yang tidak pantas dinikahi.
Ilustrasi. Pemarah. Ciri Laki-laki yang Tidak Pantas Dinikahi. (Sumber : Freepik/@freepik)
Life09 Mei 2024, 12:45 WIB

7 Cara Jitu Meningkatkan Perilaku Baik Pada Anak Sejak Dini, Yuk Bunda Terapkan

Memiliki anak yang berperilaku baik memang impian semua orang tua. Dan hal ini perlu dilakukan melalui beberapa cara.
Ilustrasi perilaku baik anak saat bermain (Sumber : pexels.com/@ErenLi)
Bola09 Mei 2024, 12:30 WIB

Prediksi Timnas Indonesia U-23 vs Guinea: Peluang Terakhir ke Olimpiade Paris 2024

Indonesia akan memainkan laga Play-off Olimpiade Paris 2024 melawan Guinea.
Indonesia akan memainkan laga Play-off Olimpiade Paris 2024 melawan Guinea. (Sumber : pssi.org)
Life09 Mei 2024, 12:15 WIB

Bunda Perlu Waspada, 5 Ciri Kurang Sopan Santun Yang Dimiliki Anak-Anak

Sopan santun yang baik sangat berpengaruh pada anak, karena ini akan mempengaruhi kehidupannya. Namun bagaimana jika mereka tidak memiliki hal tersebut? pasti akan menjadi kekhawatiran bagi orang tua
Ilustrasi sopan santun yang kurang anak (Sumber : pexela.com/@KetutSubiyanto)
Sehat09 Mei 2024, 12:00 WIB

Jangan Asal! Ini 10 Tips Aman Minum Kopi Bagi Penderita Asam Urat

Selain kopi, penderita asam urat wajib memastikan minum cukup air putih untuk menjaga tubuh tetap terhidrasi.
Ilustrasi. Tips Minum Kopi Bagi Penderita Asam Urat. Sumber : Pexels/Pixabay
Life09 Mei 2024, 11:45 WIB

10 Cara Terbaik Yang Dapat Dilakukan Orang Tua Untuk Mengajari Anak Sopan Santun

Dalam masyarakat yang serba cepat dan didorong oleh teknologi saat ini, mengajarkan sopan santun kepada anak-anak adalah sesuatu yang lebih penting dari sebelumnya
Ilustrasi mengajarkan anak untuk sopan santun (Sumber : pexels.com/@Katrinbolovtsova)
Sukabumi09 Mei 2024, 11:37 WIB

Harus Ada Rp 17 Juta, Curhat Warga Sukabumi saat Ingin Kerja di Pabrik Sepatu

CH menyebut uang Rp 17 juta harus tersedia karena melalui calo.
(Foto Ilustrasi) Isu pungli untuk bekerja di pabrik sepatu di Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi, terus bergulir. | Foto: Pixabay
Life09 Mei 2024, 11:00 WIB

Menemukan Kehangatan dan Kebahagiaan: 11 Tips Mengatasi Kesepian Saat Dewasa

Semakin dewasa kita pasti akan merasakan kesepian dan ini merupakan hal yang tidak bisa dihindari.
Ilustrasi - Semakin dewasa kita pasti akan merasakan kesepian dan ini merupakan hal yang tidak bisa dihindari. (Sumber : Freepik.com/@benzoix)
Sukabumi09 Mei 2024, 10:55 WIB

Tekan Biaya Produksi, Petani di Pajampangan Sukabumi Pilih Tanam Padi Cara Jablay

Seringnya gagal panen pada tanam kedua membuat petani menekan biaya produksi.
Kondisi sawah di Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi. | Foto: Istimewa