Lapang Merdeka Sukabumi: Hotel Victoria dan Pidato Kemerdekaan Bung Karno

Senin 14 Agustus 2023, 08:41 WIB
Suasana Lapang Merdeka Kota Sukabumi saat Bung Karno berpidato pada 1951. | Foto: Soekaboemi Heritages

Suasana Lapang Merdeka Kota Sukabumi saat Bung Karno berpidato pada 1951. | Foto: Soekaboemi Heritages

SUKABUMIUPDATE.com - Lapang Merdeka saat ini menjadi pusat aktivitas masyarakat khususnya dalam berolahraga. Tak hanya warga Kota Sukabumi, namun juga penduduk di sekitarnya seperti Kabupaten Sukabumi dan Cianjur. Lapang yang terletak di pusat kota ini menjadi pilihan lantaran memiliki lintasan lari atau jogging track berlapis karet khusus jenis Ethylene Prophylene Diene Monomer (EPDM) sepanjang 322 meter dan lebar 5,9 meter.

Lapang Merdeka menjadi bagian tidak terpisahkan dalam sejarah terbentuknya Kota Sukabumi dengan konsep alun-alun Macapat yang menjadi sentrum awal kota. Ketika masa Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), lapang ini diprakirakan sebagai alun-alun distrik Gunungparang. Mengingat, sejak pengaruh Mataram di Priangan, hampir semua pusat administrasi seperti kabupaten, distrik, bahkan kecamatan, memiliki alun-alun.

Alun-alun Macapat

Pengamat sejarah Sukabumi Irman Firmansyah mengatakan konsep alun-alun yang dimaksud merupakan lapangan luas yang bisa digunakan pemerintah maupun masyarakat. Secara filosofi, alun-alun ini berasal dari kata halon-halon, diibaratkan semacam danau tenang dengan riak kecil. Ini menyiratkan alun-alun adalah tempat religius, di mana pemimpin bisa menunjukkan kekuasaannya berupa upacara atau ritual lainnya.

"Pun, rakyat dapat menunjukkan kegiatannya seperti seni, budaya, bahkan bisa melakukan protes di alun-alun untuk bertemu dengan pemimpin," kata Irman kepada sukabumiupdate.com, beberapa waktu lalu.

Irman yang sekarang juga sebagai Ketua Yayasan Dapuran Kipahare mengungkapkan, pada zaman dahulu, protes masyarakat biasanya dilakukan unik: duduk di bawah pohon beringin yang umumnya ada di alun-alun besar, tidak berbicara bahkan tak makan untuk menarik perhatian. Nantinya, petugas akan memberitahu pemimpin bahwa ada orang atau warga yang hendak mengutarakan aspirasi dan kemudian dipanggil untuk berbicara.

Baca Juga: Membaca Kembali Kisah Cibadak Sukabumi yang Hancur oleh Bom Pesawat Inggris

Irman memprakirakan Lapang Merdeka Kota Sukabumi awalnya merupakan bagian dari alun-alun Gunungparang (alun-alun utara), sebelum terpisah oleh jalan dan bangunan. Konsep utuhnya adalah alun-alun Macapat, di mana pada umumnya kota-kota di Jawa pada masa itu menjadikan alun-alun sebagai pusat dengan empat penjuru mata angin: selatan tempat pemimpin, barat tempat beribadah, timur perumahan, dan utara tempat hiburan.

Saat masa awal pemisahan Afdeling (wilayah administratif pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda setingkat kabupaten. Administratornya dipegang oleh seorang asisten residen. Afdeling merupakan bagian dari suatu karesidenan) pada 1870, Irman menyebut konsep Macapat diijalankan dengan dibangunnya rumah asisten residen sebagai pemimpin (lalu menjadi rumah dinas bupati sesudah Sukabumi menjadi kabupaten pada 1921).

Kemudian di sebelah barat ada masjid agung, yang selanjutnya disusul gereja katholik Roma di sebelah barat masjid agung (sekarang kantor BJB Kota Sukabumi) dan gereja protestan di sebelah utara (sekarang gereja Sidang Kristus). Sementara di sebelah timur adalah permukiman, yang selanjutnya berkembang menjadi pertokoan seiring munculnya pusat keramaian Grote Postweg dan bermukimnya orang Tionghoa di Chinesekamp Grote Postweg (Jalan Jenderal Ahmad Yani). Selanjutnya di sebelah utara, dibangun tempat hiburan yaitu Societeit Soekamanah yang kemudian menjadi Gedung Juang 45 Sukabumi.

"Seiring kebutuhan, mulailah dibuka jalan masjid yang membelah sebelah barat alun-alun dengan kantor Kelurahan Gunungparang serta membelah masjid dengan alun-alun yang kemudian disebut Jalan Masjid," ucap Irman yang sudah menulis beberapa buku, salah satunya buku "Soekaboemi the Untold Story". "Jalan yang sering digunakan untuk perayaan di depan masjid kemudian ditutup, sehingga alun-alun dan masjid bersatu kembali."

Begitu juga jalan yang membelah alun-alun utara dengan alun-alun selatan, dibuat sesuai keperluan masa kolonial dari seberang Markas Kepolisian Resor Sukabumi Kota menyambung dengan jalan masjid. Kemudian berdiri bangunan seperti apotek, kantor telegraf swasta, dan rumah, sehingga pemisahannya lebih permanen.

Berdirinya Hotel Victoria

Selepas dibukanya jalur kereta api ke Sukabumi pada 1882, Irman mengatakan setahun berikutnya dibuka Hotel Victoria yang merupakan pengembangan dari hotel sebelumnya yaitu Hotel Ort. Pemiliknya kebetulan orang Inggris sehingga namanya dihubungkan dengan Ratu Victoria seorang Ratu Inggris. Bahkan nama jalan di depan Hotel Victoria (sekarang Jalan Perintis Kemerdekaan), selanjutnya disebut Victoriaweg.

Karena konsep hotelnya dilengkapi sejumlah bungalo dan paviliun, Hotel Victoria memiliki lahan yang sangat luas. Batas-batasnya, sebelah utara Wilhelminaweg (Jalan RE Martadinata), sebelah barat Victoriaweg/Jalan Perintis kemerdekaan), sebelah selatan kompleks kapitol, dan sebelah timur hingga pertokoan Ciwangi.

Di lapang alun-alun utara (Lapang Merdeka), sering digelar kegiatan resmi pemerintah serta upacara dan defile pasukan karena lokasinya yang strategis dan sangat dekat dengan hotel yang sering dijadikan tempat istirahat akhir pekan para Gubernur Jenderal yaitu Hotel Victoria.

Lambat laun, orang Belanda menyebut lapang ini sebagai lapang Victoria (Victoria Park), seolah menjadi simbol kegiatan kolonial yang membedakan dengan alun-alun selatan yang digunakan masyarakat lokal yang kadang disebut sebagai Oranjeplein.

Saat masa Jepang, Irman mengatakan lapang ini sering digunakan sebagai latihan tentara mengingat kantor pusat Kempeitai Sukabumi tidak jauh yaitu yang sekarang menjadi kantor pajak sebelah Yogya Departement Store dan gedung pertemuan tentara (Gedung Kurabu) berada di sisi utara yaitu yang sekarang menjadi Gedung Juang 45 Sukabumi.

"Bahkan salat Idulfitri juga dilakukan di Lapang Merdeka saat seorang pejabat muslim Jepang bernama Abdulah Mudiam Inada salat di situ. Nama Inada kemudian disematkan pada lapang sepak bola yang kemudian menjadi lapang Danalaga," ujarnya.

Pada zaman Jepang inilah istilah-istilah kemerdekaan diizinkan, mengingat Jepang juga berjanji akan memberikan kemerdekaan. Maka Hotel Victoria yang bersimbol barat kemudian diubah oleh masyarakat menjadi Hotel Merdeka. Tak terkecuali Lapang Victoria yang juga mulai disebut-sebut sebagai Lapang Merdeka.

Pidato Bung Karno

Seolah-olah menguatkan penamaan ini, pascaproklamasi, Lapang Merdeka juga menjadi tempat berkumpulnya masyarakat melakukan pengambilalihan kemerdekaan. Pekik merdeka membahana ketika ribuan masyarakat menghentikan pasukan kempeitai (unit militer yang menjadi polisi rahasia sekaligus polisi militer yang ditempatkan di seluruh wilayah Jepang termasuk Indonesia yang merupakan wilayah jajahan) yang bersepeda dan merampas senjatanya.

Tak berhenti di sana, masyarakat juga menyerbu kantor kempeitai serta kantor-kantor lainnya pada 1 Oktober 1945. Peristiwa ini begitu heroik sehingga ketika Bung Karno berkunjung ke Sukabumi dalam lawatannya (1951) untuk meminta dukungan soal Irian Barat, meresmikan nama Lapang Merdeka tersebut melalui Undang-Undang Darurat RI Nomor 12 Tahun 1951 (berdasarkan data Arsip Nasional Republik Indonesia atau ANRI).

"Ketika itu ribuan masyarakat mulai tukang becak, pedagang, hingga pejabat, menghentikan semua kegiatannya dan mendengarkan Pidato Bung Karno di Lapang Merdeka. Bung Karno sangat menghargai perjuangan masyarakat Sukabumi saat pengambilalihan kekuasaan dan perang Bojongkokosan, bahkan sempat terenyuh dengan surat dukungan dari ibu-ibu Sukabumi yang meminta untuk kembali ke NKRI saat adanya pemerintahan Republik Indonesia Serikat."

Lapang Merdeka mengalami beberapa perkembangan sesuai kebutuhan. Awalnya banyak gugunungan (tanah menonjol) dengan kontur yang dominan, kemudian dikeruk dan tahun 1965 hasil kerukannya diratakan ke beberapa sisi. Area dekat Jalan Veteran juga dikeruk agar lapang menjadi rata dan semakin luas. Lapang Merdeka kemudian sering menjadi tempat kegiatan masyarakat, misalnya pada 25 Agustus 1968, menjadi tempat lomba perkutut se-Indonesia yang semarak.

Selanjutnya, banyak kegiatan-kegiatan seni budaya dan olahraga dilakukan di sini, bahkan kegiatan organisasi kemasyarakatan. Yang unik, kata Irman, sempat pula menjadi lokasi prostitusi yang terkait waria, sehingga ada istilah "Bencong Lapdek" (pada 1990-an).

"Karena banyak yang nongkrong malam-malam dan remang-remang. Biasanya bencong cari mangsa ke situ yang suka bencong juga, terbiasa nyarinya di situ. Ibarat tempat nyari dan transaksi, kalau makanya entah di bawa ke mana," kata Irman.

Kemudian setiap Ahad, Lapang Merdeka sempat menjadi pasar kaget, di mana masyarakat bisa berolahraga dan belanja murah meriah.

Follow Berita Sukabumi Update di Google News
Berita Terkait
Berita Terkini
Sukabumi29 April 2024, 14:43 WIB

Dinas PU Perbaiki Kerusakan Jalan Kompa-Cipanggulaan di Parungkuda Sukabumi

Perbaikan jalan sepanjang 200 meter ini untuk meningkatkan kualitas dan keamanan.
Proses perbaikan kerusakan Jalan Kompa-Cipanggulaan, tepatnya di Desa Kompa, Kecamatan Parungkuda, Kabupaten Sukabumi, Minggu, 28 April 2024. | Foto: Istimewa
DPRD Kab. Sukabumi29 April 2024, 14:26 WIB

Semifinal Piala Asia U-23 Indonesia vs Uzbekistan, Budi Azhar Prediksi Timnas Menang 2-1

Wakil Ketua DPRD Kabupaten Sukabumi Budi Azhar Mutawali optimis Timnas Indonesia U-23 bisa menang atas Uzbekistan.
Wakil Ketua DPRD Kabupaten Sukabumi Budi Azhar Mutawali. (Sumber : Dok.SU)
Sukabumi29 April 2024, 14:14 WIB

Dua Remaja Citamiang Sukabumi Ditangkap, Bergilir Cabuli Anak di Bawah Umur

Kedua pelaku ditangkap setelah polisi menerima laporan soal dugaan pencabulan ini.
Lokasi dugaan pencabulan yang dilakukan RJ dan RE di rumah RE di Jalan Pemuda Kampung Baru, Kelurahan/Kecamatan Citamiang, Kota Sukabumi. | Foto: Polres Sukabumi Kota
Bola29 April 2024, 14:00 WIB

Optimis! Shin Tae-yong Ingin Bawa Timnas Indonesia ke Olimpiade Paris 2024

Shin Tae-yong berambisi bawa Timnas Indonesia terbang ke Olimpiade Paris 2024.
Shin Tae-yong berambisi bawa Timnas Indonesia terbang ke Olimpiade Paris 2024. (Sumber : pssi.org).
Life29 April 2024, 13:41 WIB

Jangan Diabaikan! Ketahui 7 Penyebab Balita Sering Memukul

Apakah balita Anda memukul anak lain saat pertama kali merasa frustasi? Jika ya, berikut cara menangani perilaku ini.
Ilustrasi balita memukul. | Foto: Freepik/@freepik
Life29 April 2024, 13:30 WIB

Jangan Dibentak! Ini 5 Cara Agar Anak Selalu Mau Dinasihati Orang Tua

Orang tua harus memiliki pendekatan yang bagus dan baik selama mengasuh anak agar mereka mau dinasihati dan tidak memberontak.
Ilustrasi. Cara agar anak mau dinasihati orang tua. Sumber foto : Pexels/Elina Fairytale
Life29 April 2024, 13:11 WIB

Tetap Bersikap Konsisten, 5 Tips Penerapan Sistem Penghargaan untuk Anak Usia Sekolah

Dengan menerapkan sistem penghargaan untuk anak usia sekolah, disinyalir sangat berguna untuk memotivasi mereka.
Ilustrasi penghargaan untuk anak. | Foto: Freepik/@stocking
Sehat29 April 2024, 13:00 WIB

Hidup Bersama Diabetes Tak Perlu Panik, 12 Langkah Sehat untuk Mengelola Gula Darah

Dengan pengelolaan gula darah yang baik, orang yang hidup dengan diabetes dapat menjalani hidup yang sehat, bahagia, dan penuh makna.
Ilustrasi - Dengan pengelolaan gula darah yang baik, orang yang hidup dengan diabetes dapat menjalani hidup yang sehat, bahagia, dan penuh makna. (Sumber : Freepik.com).
Life29 April 2024, 12:45 WIB

6 Cara Menjadi Orang Pemaaf Agar Hidup Jauh dari Permusuhan, Ini Langkahnya!

Menjadi pribadi pemaaf sebenarnya bisa diupayakan dalam hidup. Tentunya dengan beberapa langkah yang mesti dilakukan secara konsisten.
Ilustrasi. Cara menjadi orang yang pemaaf. Sumber foto : Pexels/Andrea Piacquadio
Life29 April 2024, 12:30 WIB

7 Penyesalan Orang Tua kepada Anak Akibat Kesalahan Mengasuh di Masa Lalu

Para orang tua biasanya akan mengalami rasa penyesalan manakala berurusan dengan kesalahan pada pola asuhnya di masa lalu kepada anak-anaknya.
Ilustrasi. Pola asuh. Contoh Penyesalan orang tua kepada anaknya. Sumber foto : Pexels/Anastasiya Gepp