SUKABUMIUPDATE.com - Tren artis papan atas dunia seperti Rihanna, Dua Lipa, dan Cardi B tampil di atas panggung dengan mengenakan bikini atau busana minim terus memicu perdebatan hangat di kalangan penggemar musik dan pengamat budaya.
Di satu sisi, penampilan mereka dipuji sebagai bentuk ekspresi seni, keberanian, dan empowerment atas tubuh sendiri. Namun, di sisi lain, sejumlah kalangan mempertanyakan apakah hal tersebut merupakan bentuk seksualisasi yang didorong oleh industri musik.
Bikini sebagai "Armor" Kekuatan
Para pendukung argumen ini menyatakan bahwa bagi para diva tersebut, bikini telah berubah fungsi menjadi lebih dari sekadar pakaian renang.
"Itu adalah armor modern," ujar Dr. Evelyn Shaw, seorang sosiolog budaya dari UCLA, kepada media. "Dengan mengenakannya, artis-artis seperti Rihanna atau Doja Cat justru mengambil alih kendali penuh atas narasi tubuh mereka. Mereka yang memegang kendali, bukan didikte oleh standar industri."
Penggemar juga melihatnya sebagai bagian tak terpisahkan dari pertunjukan. "Ini konser, bukan pertemuan PBB. Dua Lipa membawakan lagu bertema musim panas, jadi sangat pas kostumnya seperti itu. Itu semua adalah seni," kata Maria Garcia, seorang penggemar yang hadir di salah satu konser.
Baca Juga: Susah Tidur? Coba Dengar Someone Like You Adele dan Lagu Ini
Tekanan Industri dan Objektifikasi
Namun, tidak semua pihak melihatnya sebagai sebuah pilihan yang bebas tekanan. "Kita harus bertanya: apakah ini benar-benar pilihan mereka, ataukah mereka merasa 'harus' melakukannya untuk tetap relevan, mendapatkan lebih banyak klik, dan memenuhi ekspektasi industri yang semakin menggila?" kata Lisa Johnson, seorang kritikus musik.
Johnson menambahkan, tekanan untuk tampil "seksi" dan visually striking di media sosial seperti TikTok dan Instagram juga turut memicu fenomena ini.
Adele dan Suara Alternatif "Musik untuk Telinga, Bukan untuk Mata"
Di tengah hiruk-pikuk perdebatan ini, penyanyi sekaliber Adele justru mengambil jalan yang berbeda. Ia secara terbuka dan konsisten menolak tekanan untuk melakukan seksualisasi diri.
Dalam sebuah wawancara terkenal, vokalis penyandang banyak Grammy Award tersebut dengan tegas menyatakan, "Saya tidak akan pernah tampil dengan bikini. Saya membuat musik untuk telinga, bukan untuk mata."
Pernyataan Adele ini dianggap banyak pihak sebagai kritik halus sekaligus pembuka wacana penting tentang otonomi artis. Ia membuktikan bahwa kesuksesan mutlak dapat diraih hanya mengandalkan bakat vokal dan kualitas musik, tanpa harus mengorbankan prinsip diri.
Baca Juga: Adele Mengumumkan Rehat dari Dunia Musik dalam Waktu Cukup Lama
Body Positivity Di Mana Batasnya?
Perdebatan ini juga menyentuh ranah gerakan body positivity. Jika artis dengan tubuh yang sesuai standar kecantikan konvensional tampil dengan bikini, apakah itu bentuk penerimaan tubuh atau justru memenuhi standar kecantikan lama yang sudah seharusnya ditantang?
Sementara itu, artis dengan berbagai bentuk tubuh yang lebih beragam justru masih jarang mendapat panggung yang sama untuk ekspresi yang setara.
Pada akhirnya, fenomena ini menunjukkan bahwa panggung musik dunia cukup luas untuk menampung berbagai bentuk ekspresi. Pilihan Rihanna untuk tampil percaya diri dengan bikini berkilauannya sama validnya dengan pilihan Adele untuk berpusat pada vokal dan membiarkan musiknya yang berbicara.
Yang terpenting, menurut para pengamat, adalah bahwa pilihan itu datang dari sang artis sendiri, bukan dari paksaan label atau tekanan industri. Perdebatan ini diperkirakan akan terus berlanjut, seiring dengan evolusi industri musik dan budaya pop itu sendiri.
Sumber: video reels @heardlite/Instagram