Cara agar Pasien Kanker Indonesia Tak Berobat ke Luar Negeri Lagi

Jumat 20 Desember 2019, 12:00 WIB

SUKABUMIUPDATE.com - Pada Oktober 2017, Deni Gunawan mengecek kesehatannya pada dua dokter yang berbeda di Jakarta. Hasilnya, kedua tenaga kesehatan itu menyebutkan dia mengidap batu amandel. Karena penasaran, pria berusia 53 tahun ini pun kembali memeriksakan dirinya di sebuah rumah sakit swasta di Singapura. Ternyata, dokter yang menanganinya bisa langsung memahami bahwa ia menderita kanker limfoma.

“Pas tahu saya ada putih di amandel, semua dokter di Jakarta bilang itu batu amandel. Tapi di Singapura, dokter suruh saya biopsi dan langsung ketahuan kanker limfoma,” katanya.

Deni juga merasa diperlakukan sangat baik oleh pihak rumah sakit dan seluruh tenaga kesehatan. Selama kurang lebih tujuh bulan dirawat dan menyelesaikan pengobatan pada April 2018, ia mengatakan seluruhnya bekerja dengan sangat sigap dan tentunya didukung oleh teknologi yang terintegrasi.

“Semuanya siap menolong saya. Kalau ada alarm, dokter dan suster langsung lari dan cepat mengambil tindakan. Alat-alatnya juga komplit dan sangat mendukung untuk mempercepat kesembuhan,” katanya.

Layaknya Deni, pada Oktober 2012, Juliana Magdalena Mamahit juga melakukan pengecekan kesehatan di Jakarta. Dengan berat hati, wanita berusia 63 tahun ini menerima hasil laboratorium yang menunjukan bahwa dirinya terdiagnosa kanker payudara stadium 3A. Dokter yang menanganinya di Ibukota itu pun mengatakan bahwa dirinya tidak mungkin disembuhkan dan hanya bisa bertahan hidup sampai 3-6 bulan ke depan.

Namun, ketika dilarikan ke Penang, Malaysia, dokter berani mencoba untuk menangani dan memberikan harapan baru baginya. Keberhasilan pengobatan pun didapat Juliana.

“Dokter di Malaysia bisa memberikan harapan baru untuk saya agar tetap hidup. Setelah melakukan kemoterapi sampai Maret 2013 (enam bulan), saya bisa hidup sampai saat ini. Sudah tahun keenam saya survive,” katanya.

Deni dan Juliana adalah dua dari sekian banyak orang yang menjalani pengobatan di luar negeri. Menurut sebuah riset yang dilakukan oleh Josef Woodman dalam karya “Patients Beyond Borders” pada 2015, ditemukan jumlah pasien Indonesia yang berobat ke luar negeri ada sebanyak 600 ribu. Angka ini pun telah naik lebih dari 100 persen dibandingkan 2006, yakni 350 ribu.

Sepertiga dari total pasien tersebut juga diketahui mengidap kanker dan mencari pengobatan di dua negara tujuan terfavorit, Malaysia dan Singapura. Dengan tingginya minat dari pasien Indonesia untuk berobat ke negara-negara di Asia Tenggara itu bisa mendatangkan keuntungan. Woodman menjabarkan bahwa sekitar USD 3,5 miliar didapat oleh Singapura dan sekitar USD 158 juta didapat oleh Malaysia per tahunnya dari pasien luar negeri.

Meski banyak poin positif yang menjadi alasan pasien berobat ke luar negeri, seperti ketepatan diagnosa, keberanian mencoba, hingga teknologi canggih layaknya apa yang dirasakan Deni dan Juliana, namun di sisi lain, Indonesia pun mengalami kerugian. Menurut Woodman, selain kehilangan pasien, pemasukan negara pun menurun hingga USD 45 miliar per tahun. Dengan demikian, upaya perbaikan harus dilakukan oleh pemerintah Indonesia dan sektor kesehatan seperti rumah sakit dalam menekan pasien kanker berobat ke luar negeri.

Ketua Perhimpunan Hematologi Onkologi Medik Penyakit Dalam (Perhompedin) DKI Jakarta, Ronald A. Hukom, pun menyarankan agar audit dijalankan. Audit tersebut harus diterapkan, khususnya pada hasil diagnosis radiologi dan patologi kanker, audit hasil operasi setiap dokter bedah, hingga audit indikasi pemberian obat kanker di tiap rumah sakit.

“Audit lazim di luar negeri untuk menjaga kualitas pelayanan dari para tenaga medis. Sayangnya, di Indonesia, Kementerian Kesehatan dan BPJS Kesehatan belum berani melakukan audit. Ini yang harus dilakukan,” katanya.

Menambahkan pernyataan tersebut, Kepala Departemen Bedah di Rumah Sakit Murni Teguh Medan, Bayu Dewanto, mengatakan bahwa kecanggihan teknologi yang didukung dengan pendanaan dari pemerintah juga harus dimiliki sebab dalam beberapa kasus kanker, peralatan yang ada belum memadai. Misalnya saja tindakan operasi dengan menggunakan radiasi sinar gamma.

“Di Indonesia baru ada di Jakarta. Sedangkan di luar negeri sudah punya semua,” katanya.

Dengan adanya ragam terapi kanker terbaru, seperti imunoterapi, juga disambut baik oleh para tenaga medis sebab walaupun terapi kanker di seluruh dunia memiliki protokol atau panduan yang sama, dengan penambahan satu jenis pengobatan ini di Indonesia saja bisa membantu menekan pasien mencari kecanggihan alat di luar negeri.

“Imunoterapi adalah jenis pengobatan terbaru yang mendorong kerja sistem imun agar lebih efektif melawan sel kanker. Kita sudah memakai beberapa obat imunoterapi. Ada beberapa teknik imunoterapi dengan bantuan fasilitas laboratorium yang lebih canggih dan sedang dipelajari juga,” kata Ronald.

Agar tak tertinggal dari berbagai inovasi di luar negeri sehingga membuat pasien kanker lebih tertarik untuk mencari pengobatan di sana, Bayu juga mengimbau agar para peneliti dan hasil penelitian terkait kanker diperbanyak. Hasilnya pun wajib dikembangkan dengan bantuan dari segi pembiayaan oleh pemerintah.

“Karena sampai saat ini, walaupun banyak penelitian tapi tidak bisa diaplikasikan di pasar karena terhalang biaya dan tidak ada yang mengembangkan. Ini membuat ide-ide bagus dari anak bangsa dikembangkan oleh negara di luar dan akibatnya di sana canggih, kita ketinggalan dan pasien memilih berobat ke sana. Saatnya sekarang Indonesia mengembangkan penelitian,” katanya.

Terakhir, Bayu mengatakan bahwa pemerintah bisa lebih terbuka dalam hal promosi rumah sakit yang ada di Indonesia sebab, seperti negara Malaysia dan Singapura, mereka bisa dengan mudah mendapatkan target pasar pasien Indonesia lantaran iklan yang banyak dilakukan.

“Bahkan di majalah pesawat saja ada iklan yang mempromosikan pengobatan di sana. Indonesia perlu mencontoh ini agar banyak yang tertarik berobat disini karena sampai sekarang promosi kesehatan masih sangat dibatasi,” jelasnya.

Sumber : tempo.co

Follow Berita Sukabumi Update di Google News
Berita Terkini
Sehat29 April 2024, 07:00 WIB

7 Kategori Makanan Tinggi Serat yang Baik untuk Penderita Gula Darah

Mengonsumsi makanan tinggi serat secara teratur dapat membantu mengatur kadar gula darah, mencegah lonjakan gula darah yang tajam setelah makan, dan memberikan rasa kenyang lebih lama.
Ilustrasi. Mencuci Buah. Contoh Makanan Tinggi Serat yang Baik untuk Penderita Gula Darah (Sumber : Freepik)
Food & Travel29 April 2024, 06:00 WIB

Cara Membuat Jus Jambu Biji untuk Menurunkan Gula Darah, Hanya 5 Langkah!

Jus jambu biji segar ini dapat menjadi tambahan yang menyegarkan dan sehat dalam diet untuk menurunkan gula darah.
Ilustrasi. Cara Membuat Jus Jambu Biji untuk Menurunkan Gula Darah (Sumber : pexels/quangnguyenvinh)
Science29 April 2024, 05:00 WIB

Prakiraan Cuaca Jawa Barat 29 April 2024, Cek Dulu Yuk Langit di Awal Pekan!

Prakiraan cuaca hari ini wilayah Jawa Barat termasuk Sukabumi dan sekitarnya Senin 29 September 2024.
Prakiraan cuaca hari ini wilayah Jawa Barat termasuk Sukabumi dan sekitarnya Senin 29 September 2024. (Sumber : Freepik/@wirestock)
Life28 April 2024, 23:24 WIB

7 Trik Jitu Move On dari Mantan Pacar, Ini yang Bisa Kamu Lakukan!

Putus cinta adalah salah satu momen paling sulit dalam kehidupan, terutama ketika harus melepaskan mantan pacar yang pernah kita cintai dengan sepenuh hati.
Ilustrasi putus cinta. | Sumber Foto: pixabay/oppy77
Life28 April 2024, 23:17 WIB

6 Cara Memiliki Mental Kuat agar Tahan Banting dan Tidak Direndahkan Orang Lain

Memiliki mental kuat sangat dibutuhkan dalam hidup supaya tahan banting dan tidak mudah direndahkan oleh orang lain.
Ilustrasi. Cara memiliki mental kuat. | Sumber foto : Pexels/Andrea Piacquadio
DPRD Kab. Sukabumi28 April 2024, 23:12 WIB

Soroti Isu Pungli di PT GSI Sukabumi, DPRD Kritik Program Disnakertrans Tak Efektif

Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Sukabumi, Hera Iskandar angkat bicara terkait isu pungli di GSI Cikembar.
Warga sempat blokade jalan cikembar, sebagai bentuk protes praktik pungli tenaga kerja di PT GSI (Sumber : SU/Ibnu)
Life28 April 2024, 22:12 WIB

Ini 5 Sikap Sabar yang Membuat Anda Hidup Damai Setiap Hari

Sikap sabar akan membantu setiap orang lebih merasakan kedamaian dan ketenangan dalam hidupnya.
Ilustrasi. Sikap sabar yang membuat damai. | Sumber Foto : Pexels/Andrea Piacquadio
Sukabumi28 April 2024, 22:07 WIB

Dihuni Nenek dan Cucu, Rutilahu di Surade Sukabumi Nyaris Roboh Akibat Gempa Garut

Rutilahu yang dihuni nenek dan cucu di Surade Sukabumi nyaris roboh akibat gempa Garut M6,2.
Kondisi rutilahu yang nyaris roboh akibat diguncang gempa laut Garut. (Sumber : Istimewa)
Life28 April 2024, 21:30 WIB

Sembunyi Saat Bertemu Orang Baru, Kenali 7 Perilaku Umum Anak Usia 2 Tahun

Anak usia dua tahun menunjukkan emosinya dengan cara yang cukup aneh. Pelajari cara memecahkan kode tujuh perilaku umum balita.
Ilustrasi. Perilaku umum anak 2 tahun. Sumber : Freepik/@freepik
Bola28 April 2024, 21:22 WIB

Kapolres Sukabumi Ajak Nobar Semifinal Piala Asia U-23 Indonesia Vs Uzbekistan, Ini Lokasinya

Dukung Timnas masuk Final, Polres Sukabumi gelar nobar semifinal Piala Asia U-23 Indonesia vs Uzbekistan.
Timnas Indonesia U-23 lolos ke Semifinal Piala Asia U-23 2024 usai kalahkan Korea Selatan. (Sumber : Dok. AFC)