Pertama Meletus 1747, Berikut Sejarah Aktivitas Vulkanik Gunung Gede

Kamis 07 April 2022, 18:15 WIB

SUKABUMIUPDATE.com - Baru-baru ini Seorang warganet dengan akun Gio Ijang mengunggah foto di salah satu grup Facebook warga Sukabumi tentang aktivitas Gunung Gede yang disebutnya mengeluarkan asap vulkanik. Ia mengaku foto tersebut diambil di Batu Layang, Cisarua, Rabu (6/4/2022) sekira pukul 07.00 WIB.

Unggahan itupun sempat menghebohkan warganet lainnya. Namun, Berdasarkan Peta Kawasan Rawan Bencana atau KRB di laman resmi MAGMA Indonesia Kementerian ESDM pada Rabu kemarin, Gunung Gede masih dalam Level I (normal). "Tidak ada indikasi peningkatan aktivitas vulkanik baik secara visual maupun kegempaan. Masyarakat bisa melakukan aktivitas secara normal kecuali melakukan aktivitas mendekati kawah gunung api," tulis laman tersebut.

Gunung Gede memang pernah mengalami letusan besar di masa lalu. Menurut laman gedepangrango.org, letusan Gunung Gede pertama kali terjadi pada tahun 1747-1748.

Baca Juga :

Heboh Kawah Gunung Gede Ngebul Vulkanik, Cek Status Terkininya

Letusan tersebut menjadi letusan besar Gunung Gede hingga menyebabkan dua aliran lava bergerak dari Kawah Lanang.

Kemungkinan aliran lava yang terjadi sepanjang dua kilometer, yang diyakini menjadi penyebab terbentuknya sumber air panas yang ada saat ini.

Selain letusan besar tersebut, Gunung Gede juga tercatat beberapa kali mengalami letusan kecil yatu pada tahun 1761, 1780  dan 1832.

photoGunung Gede - (via getlost.id)</span

Letusan besar berikutnya terjadi pada 12 November 1840 dimana letusan tersebut sangat besar serta tiba-tiba menyemburkan api setinggi 50 meter di atas kawah.

Kemudian pada 14 November atau dua hari setelah awal letusan, batu-batu besar disemburkan ke udara.

Dari banyaknya batu yang terlempar itu, ada sebuah batu berukuran sangat besar terlempar dan mendarat di daerah Cibeureum hingga menyebabkan terbentuknya kawah sedalam empat meter.

Lalu pada 1 Desember 1840, letusan Gunung Gede kembali terjadi yang disertai hujan abu vulkanik. Kawah menyemburkan abu hingga mencapai ketinggian 200 meter diatas puncak Gede.

Namun, letusan sangat besar terjadi pada tanggal 11 Desember 1840 dengan letusan sangat intens terjadi yang disertai dengan hujan abu hingga menutupi cahaya matahari. Aktivitas letusan tersebut akhirnya berhenti pada bulan Maret 1841.

Saat itu seorang bernama Hasskarl seorang peneliti sempat mengamati dan melihat dari dekat dampak kerusakan yang terjadi tahun 1840 itu.

Ia melihat pohon-pohon di hutan terutama tumbuhan di bagian puncak hancur serta sebagian lainnya terbakar.

Pohon-pohon itu umumnya hancur akibat guncangan vulkanik yang sangat hebat efek dari letusan yang terjadi.

Sejak saat itu, letusan-letusan kecil sebanyak 24 kali terjadi dalam kurun waktu 150 tahun dan umumnya terjadi secara tidak teratur.

photoFoto asap vulkanik di Gunung Gede pada Rabu (6/4/2022) sekira pukul 07.00 WIB. - (Facebook/Gio Ijang)</span

Contohnya seperti letusan yang terjadi tahun 1852 dan berakibat menghancurkan penginapan di Kandang Badak akibat terjangan batu besar yang meluncur dari atas.

Lalu tahun 1886 terjadi letusan yang disertai oleh hujan abu, abu vulkanik menyembur hingga sejauh 500 meter dari kawah dan menghancurkan hampir seluruh vegetasi di dekat puncak Gunung Gede.

Kemudian tahun antara 1940-1950 beberapa kali terjadi letusan kecil, dan tahun 1957 tercatat merupakan letusan Gunung Gede yang terakhir.

Namun, ini bukan merupakan hal yang melegakan, pasalnya semakin lama sebuah gunung api tidak aktif (tertidur), maka bila terjadi letusan lagi dipercaya akan menjadi letusan yang sangat besar.

Sebagai informasi, menurut laman Info Gepang, Gunung Gede merupakan salah satu gunung api aktif di Jawa Barat, gunung api ini bertipe stratovolcano dengan tinggi sekitar 2958 mdpl.

Gunung Gede termasuk dalam kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP).

Taman nasional ini merupakan salah satu dari lima taman nasional yang pertama kali diumumkan di Indonesia pada tahun 1980.

Gunung ini berada di wilayah tiga Kabupaten yaitu Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Cianjur.

Gunung Gede diselimuti oleh hutan pegunungan yang termasuk zona hutan sub montana, montana, hingga subalpin di area sekitar puncak.

Hutan di Gunung Gede juga merupakan salah satu hutan pegunungan yang memiliki  jenis flora paling banyak.

Itulah sejarah letusan Gunung Gede di jaman dulu yang pernah terjadi.

Follow Berita Sukabumi Update di Google News
Editor :
Berita Terkini
Sehat26 April 2024, 07:00 WIB

9 Manfaat Minum Air Putih Hangat di Pagi Hari, Bisa Mengurangi Perut Kembung

Rutinitas pagi yang tenang dan santai, seperti minum air hangat, dapat membantu mengurangi tingkat stres dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan.
Ilustrasi. Minum Air Hangat. Manfaat Minum Air Putih Hangat di Pagi Hari (Sumber : pexels.com/AndreaPiacquadio)
Food & Travel26 April 2024, 06:00 WIB

Cara Membuat Air Rebusan Kencur untuk Meredakan Nyeri Sendi, Ini 8 Langkahnya!

Meskipun kencur memiliki banyak manfaat kesehatan, selalu disarankan untuk berkonsultasi dengan ahli kesehatan sebelum menggunakannya secara teratur, terutama jika Anda memiliki kondisi kesehatan tertentu atau sedang mengonsumsi obat-obatan lain.
Ilustrasi. Air Rebusan Kencur. (Sumber : Instagram/@meygaahuang)
Bola26 April 2024, 05:12 WIB

Timnas Indonesia Lolos Semifinal Piala Asia U-23 2024 usai Menang Dramatis atas Korsel

Fenomenal! Timnas Indonesia berhasil lolos semifinal Piala Asia U-23 2024 usai taklukan Korsel lewat drama adu pinalti.
Rafael Struick (kanan) cetak dua gol untuk Timnas Indonesia U-23 di laga versus Korsel. (Sumber : IG AFC Asian Cup)
Science26 April 2024, 05:00 WIB

Prakiraan Cuaca Jawa Barat 26 April 2024, Waspada Hujan Petir di Siang Hari

Cuaca Jawa Barat dan sekitarnya termasuk Sukabumi pada 26 April 2024, yang berpotensi hujan deras disertai petir pada siang hari.
Ilustrasi - Cuaca Jawa Barat dan sekitarnya termasuk Sukabumi pada 26 April 2024, yang berpotensi hujan deras disertai petir pada siang hari. | Foto: Freepik.com/wirestock
Life26 April 2024, 00:02 WIB

5 Manfaat Penerapan Pola Asuh Paralel Pada Anak, Salah Satunya Kurangi Masalah Emosional

Keberhasilan mengasuh anak secara paralel tergantung pada menjaga interaksi dengan mantan Anda seminimal mungkin. Karena pola asuh ini memiliki manfaat baik untuk anak.
Ilustrasi manfaat penerapan pola asuh paralel / Sumber Foto: Freepik/@tirachardz
Sukabumi25 April 2024, 23:51 WIB

Tersambar Petir, Rumah di Nagrak Sukabumi Hangus Terbakar

Berikut kronologi kebakaran rumah di Nagrak Sukabumi. Peristiwa terjadi setelah petir menyambar rumah tersebut.
Kondisi kebakaran rumah di Nagrak Sukabumi akibat tersambar petir. (Sumber : Istimewa)
Sukabumi25 April 2024, 23:23 WIB

Hujan Deras, Banjir Rendam Jalan Raya dan Belasan Rumah di Cidahu Sukabumi

Dipicu hujan deras, jalan raya dan belasan rumah terendam banjir di Pasirdoton Cidahu Sukabumi.
Kondisi jalan raya Cidahu Sukabumi dan rumah warga yang terendam banjir. (Sumber : Istimewa)
Sukabumi Memilih25 April 2024, 22:18 WIB

PKB Gagas Poros Ketiga, Siapkan Figur untuk Lawan Asjap dan Iyos di Pilkada Sukabumi

ewan Pimpinan Cabang Partai Kebangkitan Bangsa (DPC PKB) Kabupaten Sukabumi saat ini tengah membuka penjaringan bakal calon bupati / wakil bupati Sukabumi yang akan diusung dalam Pilkada 2024.
Logo Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) | Foto : Ist
Bola25 April 2024, 21:54 WIB

Kalahkan Borneo FC 2-1, Persib Segel Runner-up Regular Series Liga 1 2023/2024

Dua gol Persib Bandung atas Borneo FC disumbangkan David da Silva menit 20 dan Ciro Alves (70).
Para pemain Persib merayakan gol ke gawang Borneo FC pada pertandingan pekan ke-33 Liga 1 2023/2024 di Stadion Si Jalak Harupat, (Sumber : PERSIB.co.id)
Sukabumi Memilih25 April 2024, 21:39 WIB

Tiga Partai Bahas Draft Koalisi, Sepakat Usung Asep Japar di Pilkada Sukabumi?

Menjelang perhelatan Pilkada Sukabumi 2024, sejumlah elit partai tengah sibuk melakukan komunikasi dengan sesama partai untuk membangun koalisi.
Pertemuan Golkar PPP dan Gerindra membahas draf koalisi | Foto : Ist