Sejarah Mengapa Bulan Februari Hanya 28 Hari?

Kamis 03 Februari 2022, 07:00 WIB

SUKABUMIUPDATE.com - Pernahkah Anda bertanya-tanya kenapa bulan Februari hanya 28 hari saja? Padahal bulan lain, seperti Januari, Juli bulan lainnya memiliki jumlah hari antara 30 atau 31 hari. 

Dikutip dari suara.com, penanggalan kalender saat ini ternyata tak lepas dari sejarah panjang sejak kekuasaan bangsa Romawi. 

Untuk menjawab rasa penasaran mengenai kenapa Februari hanya 28 hari, simak ulasan berikut.

Baca Juga :

Berawal dari Masa Pemerintahan Romulus

photo(Ilustrasi) Zaman Romulus. - (via Britannica)</span

Tentu Anda tahu siapa itu Romulus bukan? Seorang raja terkenal bangsa Romawi yang menetapkan berbagai hal untuk pertama kalinya. 

Pada masa pemerintahannya, bulan dalam satu tahun hanya ada 10, yakni Martius, Aprilis, Maius, Junius, Quintilis, Sextilis,September, Oktober, November, dan Desember.

Bagaimana dengan Januari dan Februari? Awalnya dua bulan ini tidak ada, karena masyarakat menganggap waktu antara Desember dan Martius tidak penting karena tak ada kaitannya dengan masa panen.

Berubah di Masa Pompilius

photo(Ilustrasi) Zaman Pompilius. - (via Britannica)</span

Setelah digantikan oleh raja Pompilius, kalender yang dibuat didasarkan pada siklus lunar. 

Kalender ini memiliki jumlah sebanyak 355 hari, dengan menambahkan dua bulan baru antara Desember dan Martius. Jadilah Januari dan Februari di tambahkan di model penanggalan baru ini.

Untuk mencapai 355 hari ini, digunakan sistem penanggalan 29 hari dan 31 hari. Kemudian Februari dipilih jadi bulan dengan jumlah 28 hari, agar jumlahnya tetap 355 hari dalam setahun. 

Ada juga masa ketika orang Romawi menggunakan 27 hari pada satu bulan, untuk menyesuaikan musim yang terjadi.

Berubah Lagi di Masa Julius Caesar

photo(Ilustrasi) Julius Caesar - (via Britannica)</span

Baru pada tahun 45 Masehi, saat kekuasaan Julius Caesar, penanggalan menggunakan acuan Matahari seperti yang dilakukan bangsa Mesir. 

Kalender ini menambahkan 10 hari pada satu tahun, sehingga menjadikan satu bulan berisi 30 dan 31 hari, kecuali di Februari.

Karena perhitungan Matahari yang dilakukan ada 365,25 hari dalam setahun, maka setiap 4 tahun sekali bulan Februari akan memiliki hari berjumlah 29, yang dikenal dengan tahun kabisat. 

Ini sebabnya, penanggalan baru mulai tertata rapi sejak semua orang mengacu pada sistem yang dibuat Julius Caesar.

Itu tadi sedikit informasi kenapa Februari hanya 28 hari atau 29 hari pada tahun kabisat. Semoga informasi di atas bisa menjadi informasi yang bermanfaat, dan selamat beraktivitas.

Sumber: suara.com

Follow Berita Sukabumi Update di Google News
Tags :
Berita Terkini
Sukabumi04 Mei 2024, 23:13 WIB

Mau Diperbaiki? Jembatan Reyot Penghubung Waluran-Surade Sukabumi Ditinjau Staf Kemenlu

Jembatan gantung yang berada di aliran Sungai Cikarang, Kampung Cukangbayur, Desa Caringinnunggal, Kecamatan Waluran, Kabupaten Sukabumi, kondisinya sudah lapuk.
Pemdes Caringinnunggal Kecamatan Waluran. Staf Kemenlu, Relawan dan Pemdes saat meninjau Jembatan Gantung Sungai Cikarang | Foto : Ragil Gilang
Sukabumi04 Mei 2024, 22:54 WIB

58 Persen Masyarakat Kabupaten Sukabumi Kurang Puas Atas Kinerja Marwan-Iyos

Lembaga Kajian dan Penelitian Skala Institute, merilis hasil survei terkait tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Pemerintah Kabupaten Sukabumi dibawah kepemimpinan Bupati Marwan Hamami dan Wakil Bupati Iyos Somantri.
Gedung Pendopo Kabupaten Sukabumi | Foto : Ist
Sukabumi04 Mei 2024, 21:49 WIB

Niat Cari Kerja: Pelaku Tolak Sodomi hingga Duel Sebelum Bunuh Pria di Citepus Sukabumi

Kasat Reskrim Polres Sukabumi, AKP Ali Jupri, mengatakan bahwa pelaku berinisial A (20 tahun) awalnya mendatangi Ceceu ini dengan niat mencari kerja, sebelum akhirnya membunuh korban
Pelaku pembunuhan setelah ditangkap di Mapolsek Parungkuda Sukabumi | Foto : Ilyas Supendi
Sukabumi04 Mei 2024, 21:09 WIB

Pemkab Sukabumi Akan Relokasi Rumah yang Terdampak Longsor di Cibadak

Pemerintah Kabupaten Sukabumi berencana merelokasi warga terdampak longsor di Kampung Cibatu Hilir RT 01/RW 11, Desa Sekarwangi, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, yang berdampak pada belasan rumah.
Foto udara lokasi longsor di Kampung Cibatu Hilir RT 01/11, Desa Sekarwangi, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi. | Foto: Instagram/@kiekiesukabumi
Sehat04 Mei 2024, 21:00 WIB

8 Cara Sehat Menyembuhkan Asam Urat Agar Tidak Kambuh di Malam Hari

Berikut Sederet Cara Sehat Menyembuhkan Asam Urat Agar Tidak Kambuh di Malam Hari yang Bisa Dilakukan.
Ilustrasi - Pijat Ringan untuk Meringankan Penyakit Asam Urat (Sumber : Freepik/freepik)
Sukabumi Memilih04 Mei 2024, 20:46 WIB

Survei Terbaru Elektabilitas 17 Calon Bupati Sukabumi: Tidak Ada Sosok yang Kuat

asil survei dirilis oleh Lembaga Kajian dan Penelitian Skala Institute bekerjasama dengan Litbang Sukabumiupdate.com.
Ilustrasi pasangan calon bupati/wakil bupati Sukabumi dari jalur perseorangan atau independen | Foto : Sukabumi Update
Life04 Mei 2024, 20:00 WIB

6 Dampak Buruk Terlalu Memanjakan Anak yang Wajib Diketahui Orang Tua

Terlalu memanjakan anak rupanya memiliki dampak buruk bagi perkembangan anak jika sudah tumbuh dewasa. Ini yang perlu diperhatikan para orang tua.
Ilustrasi. Dampak buruk terlalu memanjakan anak. Sumber foto : Pexels/ Pavel Danilyuk
Sukabumi04 Mei 2024, 19:40 WIB

Sukabumi Dinilai Stagnan, Koalisi 5 Partai Cenderung Usung Figur Alternatif di Pilkada

ima partai politik yaitu, PKB, PKS, Demokrat, PAN dan PDIP secara resmi berkoalisi di Pikada Kabupaten Sukabumi 2024. Deklarasi koalisi digelar di salah satu kafe di Jalan Cemerlang, Kota Sukabumi, Sabtu, (4/5/2024).
Deklarasi koalisi 5 partai, PKB, Demokrat, PKS, PAN, PDIP | Foto : Asep Awaludin
Sehat04 Mei 2024, 19:00 WIB

5 Jenis Ikan Laut Tinggi Purin yang Tidak Aman Dikonsumsi Penderita Asam Urat

Penderita Asam Urat Sebaiknya Mengetahui Apa Saja Jenis Ikan Laut Tinggi Purin yang Tidak Aman Dikonsumsi Guna Mencegah Serangannya Kambuh.
Ilustrasi. Jenis Ikan Laut Tinggi Purin yang Tidak Aman Dikonsumsi Penderita Asam Urat (Sumber : Pexels/OzielGomez)
Sukabumi04 Mei 2024, 18:57 WIB

Di Kubur Berdampingan, Pasutri Tewas Tertabrak Kereta di Kebonpedes Sukabumi Dikenal Ramah

Dalam prosesi pemakaman, berlangsung haru serta diiringi isak tangis keluarga. Mengingat semasa hidup korban yang baik dan suka bersosialisasi dengan tetangga.
Suasana saat pemakaman jenazah suami istri korban tertabrak kereta di Kampung Gunung Kebonpedes Kabupaten Sukabumi | Foto : Asep Awaludin