SUKABUMIUPDATE.com – Kebiasaan bermain game yang dilakukan oleh anak-anak kini tidak hanya mendapat komentar negatif, tetapi juga tanggapan positif. Terlebih di era digitalisasi yang semakin maju, permainan game online telah dimodifikasi menjadi lebih edukatif guna mendukung kemajuan pendidikan melalui metode belajar yang menyenangkan.
Surabaya menjadi satu-satunya kota yang dengan berani mengangkat Mobile Legends ke dalam ranah pendidikan. Tujuannya adalah agar dunia pendidikan mampu mengikuti perkembangan digital yang pesat sekaligus menjadikan proses belajar lebih menarik melalui permainan yang disukai siswa.
Dinas Pendidikan Kota Surabaya secara resmi menjadikan Mobile Legends sebagai ekstrakurikuler mulai tahun ajaran 2025/2026. "Menyesuaikan arah pendidikan dengan mengikuti minat dan kegiatan digital anak-anak sekarang," kata Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Surabaya, Yusuf Masruh.
Dengan begitu, inisiatif ini bukan hanya soal mengakomodasi popularitas game, tetapi juga sarana menanamkan nilai-nilai edukatif melalui dunia esports yang kini semakin digemari remaja.
Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak, juga menanggapi kabar ini dengan positif. “Jangan sampai kegiatan ini hanya menjadi ajang 'Mabar' (main bareng) tanpa arah. Harus ada kurikulum ekstrakurikuler yang jelas, didukung pelatih profesional, dan supervisi yang baik. Tujuannya adalah membina bakat, bukan sekadar hiburan,” ujar Emil dalam program “Beritahu Sore” yang ditayangkan di YouTube BeritaSatu, Minggu (25/5/2025).
Menurut Emil, keputusan mengangkat Mobile Legends sebagai kegiatan ekstrakurikuler adalah langkah yang tepat, mengingat game ini telah diakui sebagai salah satu cabang olahraga oleh KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia). “Ekstrakurikuler adalah wadah untuk menyalurkan minat dan bakat siswa di luar kurikulum inti. Esports, khususnya Mobile Legends, telah diakui dan dibina oleh Pengurus Besar Esports Indonesia (PBESI). Maka sangat rasional jika diakomodasi dalam kegiatan ekstrakurikuler,” tambahnya.
Baca Juga: Eudora Salah Satunya, 7 Hero Counter Valentina Tersakit di Mobile Legends
Selain dari Emil, dukungan juga datang dari Kepala Bidang Guru dan Tenaga Kependidikan Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Tri Endang Kristianingsih. Ia menyebut bahwa kurikulum baru akan mencakup pembelajaran teknologi seperti AI dan coding.
Pada pertengahan tahun 2025, sebanyak 300 guru dari 400 sekolah (100 SD, 200 SMP, 100 SMA/sederajat) di Surabaya mengikuti pelatihan ini. Materi pelatihan meliputi metode mabar sehat, penggunaan MLBB dalam konteks edukatif, serta modul pembelajaran yang bisa langsung diterapkan di sekolah.
Guru juga difasilitasi untuk menyusun agenda belajar dan kegiatan ekstrakurikuler secara mandiri. Mereka akan menjadi duta game edukatif di sekolah masing-masing sekaligus pelopor pendekatan pembelajaran berbasis esports.
Permainan Mobile Legends ini dinilai mampu menjadi wadah pengembangan soft skill seperti kerja sama tim, komunikasi, strategi, dan pengambilan keputusan. Selain itu, game ini juga melatih kemampuan berpikir logis dan beradaptasi dengan teknologi secara lebih cepat untuk menyiapkan masa depan yang lebih baik.
“Kalau dibina secara benar, anak-anak bisa belajar banyak hal—mulai dari sportivitas, manajemen waktu, bahkan kepemimpinan dalam tim. Namun tetap perlu keterlibatan orang tua. Harus ada komunikasi terbuka antara sekolah dan keluarga agar perkembangan anak bisa dipantau dengan baik, termasuk dampaknya terhadap prestasi,” ujar Emil selaku Wakil Gubernur Jawa Timur.
“Kalau hasil evaluasinya menunjukkan manfaat yang signifikan, bukan tidak mungkin program ini diperluas ke tingkat provinsi. Kami juga terus menjalin koordinasi dengan kementerian terkait untuk mendapatkan dukungan dan masukan yang konstruktif,” tambahnya.
Langkah ini menunjukkan bahwa Kota Surabaya mampu menciptakan metode pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan zaman di era digital. Semua itu tetap dilakukan dengan menekankan proses belajar yang lebih interaktif dan menarik bagi siswa dan guru demi meningkatkan kualitas pendidikan ke depan.
Sumber: Berbagai Sumber
Penulis: Gina melani, Mahasiswa Magang Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Sukabumi.