Claude Debussy dan Sari Oneng Sukabumi dalam Impresionis Musik Barat

Senin 29 Maret 2021, 11:22 WIB

SUKABUMIUPDATE.com - Claude Debussy merupakan komponis Prancis yang dikenal sebagai pembawa aliran impresionis dalam musik Barat. Dunia musik yang dikenal Debussy lebih dekat dengan fenomena akulturasi budaya. Hal itu semakin menguat saat dirinya dipertemukan dengan gamelan Sari Oneng dari Sukabumi.

Akulturasi budaya yang dikenal Debussy ini kemudian diterjemahkannya ke dalam sejumlah karya komposisi yang memadukan musik Barat dengan musik etnik. Salah satunya adalah mengeksplorasi harmoni, nuansa, dan ritme gamelan Jawa.

Dikutip dari Tirto, kisah ini bermula pada 1872. Debussy, yang saat itu baru berumur sepuluh tahun masuk ke Conservatoire de Paris. Sekolah tersebut merupakan salah satu tempat terbaik untuk mendalami ilmu musik di Eropa.

Bakat dan minatnya yang tinggi membuat Debussy bertahan hingga 11 tahun di Conservatoire de Paris. Ia belajar piano di bawah asuhan Antoine Francois Marmontel. Debussy juga mengikuti kelas Albert Lavignac. Minatnya pada bidang komposisi musik akhirnya mendapat wadah terbaik di kelas komposisi Ernest Guiraud. 

Sebagai tambahan, Debussy juga belajar harmonisasi kepada Emile Durand dan belajar organ dengan Cesar Franck. Ia juga mendalami sejarah dan teori musik. 

Di awal studinya, Debussy menunjukkan perkembangan yang pesat. Marmontel, gurunya, sempat dibuat kagum. Edward Lockspeiser dalam Debussy: His Life and Mind (1978:26) menulis kesan Marmontel: "(Debussy) seorang anak yang menawan, temperamen yang benar-benar artistik; banyak yang bisa diharapkan darinya." 

Meski begitu, kekaguman Marmontel tidak dirasakan guru yang lain. Emile Durand, justru melihat Debussy sebagai murid yang angkuh. Setelah mengenalnya lebih dalam, Durand bahkan memandang Debussy sebagai musisi muda yang ceroboh. 

Kesan Durand tersebut mungkin benar. Sebab, setelah beberapa kali lulus dari ujian piano di Conservatoire de Paris, pada tahun 1878 dan 1879 Debussy gagal. Secara administratif, kegagalan tersebut membuatnya tidak memenuhi syarat untuk melanjutkan kelas piano.

Kendati demikian, kegagalan yang dialaminya tidak membuat Debussy berhenti berlatih piano. Pada liburan musim panas 1879, Marmontel membantunya mendapatkan pekerjaan sebagai pianis tetap di Chateau de Chenonceau: tempat tinggal anggota keluarga kerajaan Prancis.

Kemewahan tersebut menginspirasi Debussy untuk menulis komposisi pertamanya yang merupakan interpretasi puisi karya Alfred de Musset, yakni "Ballade a la lune" dan "Madrid, princesse des Espagnes". 

Setahun berikutnya, seorang pebisnis Rusia bernama Nadezhda von Meck datang mengunjungi Conservatoire de Paris dan menemui Marmontel. Ia menyampaikan keinginannya untuk menyewa seorang pianis. Nadezhda von Meck juga merupakan patron bagi komponis terkenal Pyotr Ilyich Tchaikovsky.

Atas rekomendasi Marmontel, Debussy akhirnya berangkat ke rumah orang Rusia tersebut. Setelah bersepakat, Debussy menjadi pianis untuk von Meck dan selama musim panas 1880 hingga 1882 ia bepergian bersama keluarga von Meck ke sejumlah negara seperti Swiss, Italia, dan Rusia.

Kesan yang didapatkan von Meck dari Debussy sangat positif. Bahkan, Debussy dianggap sangat istimewa. Ia lalu menulis surat kepada Tchaikovsky yang isinya menceritakan Debussy.

"Seorang pianis yang memenangkan penghargaan tertinggi dalam kelas piano Marmontel telah mendatangi kami dari Paris. Pemuda ini bermain dengan sangat baik, tekniknya brilian, meski sentuhan personalnya agak kurang," tulis Nadezhda von Meck seperti yang dikutip Francois Lesure dalam Claude Debussy: A Critical Biography (2019:30).

Debussy mendapat kesempatan menyusun komposisi untuk tiga piano dalam G Mayor untuk kelompok ensemble milik keluarga von Meck. Di tengah kesibukannya, ia pun masih sempat membuat transkripsi karya monumental Tchaikovsky, yaitu tiga tarian Swan Lake untuk duet piano. 

Perjumpaan Debussy dengan Sari Oneng

photoClaude Debussy dipertemukan dengan gamelan Sari Oneng Sukabumi dalam rangkaian acara peresmian menara Eiffel di Paris, Prancis yang bertajuk Exposition Universelle. - (KIT Colonial Library of Leiden University)

Para musikolog menganggap titik tolak Debussy dalam bermusik terjadi pada tahun 1889. Saat itu, perayaan 100 tahun Revolusi Prancis dilakukan di seluruh penjuru negeri. Tak jauh dari kompleks menara Eiffel, perayaan besar-besaran digelar sekaligus peresmian menara yang kemudian menjadi ikon kota Paris. 

Dalam rangkaian acara yang bertajuk Exposition Universelle tersebut berkumpul bermacam tradisi budaya dari sejumlah wilayah koloni Eropa, termasuk Jawa. Debussy hadir di pelataran koloni milik kerajaan Belanda yang diberi nama Le Village Javanais. Ia penasaran dengan penampilan para musisi memainkan seperangkat alat musik yang sama sekali belum pernah ia bayangkan.

Kala itu, rombongan kelompok musik Sari Oneng dari Sukabumi tampil membawakan komposisi asli Sunda. Setelah menghampiri dari dekat, Debussy menemukan bahwa alat musik tersebut terdiri dari gending dan alat-alat perkusi untuk menabuh dengan lembut dan menghasilkan bunyi-bunyian yang sangat asing dalam kultur musik Barat.

Berbeda dengan sistematika interval alat musik Barat pada umumnya, alat musik ini dimainkan berdasarkan nada pada dua irama yang disebut laras. Laras slendro terdiri dari lima interval dalam satu oktaf, sementara laras pelog terdiri dari tujuh interval yang tidak sama. Masing-masing laras ini menghasilkan bunyi yang berlainan namun harmonis. Itulah awal pertemuan Debussy dengan gamelan Jawa.

Tidak hanya terpesona, Debussy seperti dicatat Bernard Dorleans dalam Orang Indonesia & Orang Prancis: Dari Abad XVI sampai dengan Abad XX (2006:521) juga berkomentar, "Jika Anda mendengar alunan gending Jawa dengan telinga Eropa yang normal, Anda harus mengakui bahwa musik kita tak lebih dari sekadar bunyi-bunyi dasar sirkus keliling."

Lebih jauh, Debussy menemukan bahwa dalam tradisi musik Jawa, bakat artistik individu dan teknik bermusik menjadi elemen sekunder. Inti dari gamelan adalah keseluruhan nuansa dan harmonisasi musik, bukan keahlian individu para musisinya. Hal itu terlihat dari fakta bahwa para musisi kelompok musik gamelan Sari Oneng yang dilihat Debussy di Paris sebetulnya adalah para pekerja di perkebunan teh Parakansalak dan Sinagar di Sukabumi.

Kesadaran ini kemudian memengaruhi proses kreatif Debussy di masa-masa setelahnya. Beberapa karyanya, seperti komposisi untuk solo piano "La fille aux cheveux de lin" dan solo piano "d’Estampes", serta komposisi "La Mer" yang merupakan karya monumentalnya, dibuat dengan karakteristik alunan pentatonik yang kental, persis musik gamelan Jawa.

Pengaruh gamelan juga terasa dalam karya Debussy yang kerap mengeksplorasi suara-suara hasil resonansi yang muncul dari teknik tabuhan perkusinya. Harmonisasi suara yang menghasilkan nuansa tertentu dalam sebuah komposisi adalah nilai penting dalam hampir setiap karyanya.

Sementara itu, pengamat sejarah Sukabumi Irman Firmansyah mengatakan, tampilnya gamelan Sari Oneng di pentas dunia dimulai pada 1883. Saat itu, Gustaf CFW Mundt dipilih untuk menggantikan Adriaan Walfaare Holle sebagai administratur perkebunan teh Parakansalak dan membawa rombongan gamelan tersebut ke sebuah pameran di Amsterdam, Belanda.

Saat itu panitia pameran meminta Mundt untuk meminjamkan gamelan yang diatur sedemikian rupa sehingga bisa memainkan lagu-lagu langgam diatonik berdasarkan tujuh nada.

Dalam teori musik, skala diatonik merupakan komponen dasar teori musik dunia Barat. Skala diatonik memiliki tujuh not yang berbeda dalam satu oktaf. Not-not ini adalah not-not putih pada piano. Dalam notasi solmisasi, not-not tersebut adalah "Do-Re-Mi-Fa-Sol-La-Si".

Atas permintaan itu, Mundt lalu mengkonstruksikan gamelan Sunda yang berlaras pelog (tangga nada pokok yang dipakai dalam musik gamelan asli dari masyarakat di Pulau Bali dan Jawa) dengan ukiran yang lebih bergaya Eropa ketimbang bergaya Sunda.

Ketenaran gamelan Sari Oneng memuncak ketika rangkaian acara peresmian menara Eiffel di Paris dan peringatan 100 tahun Revolusi Perancis yang digelar pada 31 Maret 1889. Dalam acara peresmian ini Belanda memang berniat memperlihatkan kejayaannya melalui tanah koloni yang mereka kuasai. Belanda pun akhirnya membuka stan yang turut menampilkan gamelan Sari Oneng Sukabumi.

Artikel lengkap soal sejarah gamelan Sari Oneng dari Sukabumi dapat dibaca di sini.

Follow Berita Sukabumi Update di Google News
Simak breaking news Sukabumi dan sekitarnya langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita SukabumiUpdate.com WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaXv5ii0LKZ6hTzB9V2W. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Berita Terkini
Life15 November 2024, 10:00 WIB

Ada yang Berjalan dengan Kepalanya! 3 Golongan Manusia di Padang Mahsyar

Pada hari kiamat, seluruh manusia akan dikumpulkan di Padang Mahsyar untuk mempertanggungjawabkan segala amal perbuatannya selama hidup di dunia.
Ilustrasi - Dalam berbagai hadis, disebutkan bahwa manusia akan dibagi menjadi beberapa golongan berdasarkan amal perbuat (Sumber : Freepik.com).
Inspirasi15 November 2024, 09:30 WIB

Lowongan Kerja Lulusan S1, Syarat: Usia Maksimal 27 Tahun

Berikut Informasi lengkap Lowongan Kerja Lulusan S1, Salah Satu Syaratnya Usia Pelamar Maksimal 27 Tahun.
Info Lowongan Kerja di Bogor (Sumber : Istimewa)
Sehat15 November 2024, 09:00 WIB

Air Rebusan Daun Pepaya dan 10 Manfaat Kesehatan yang Jarang Diketahui

Daun Pepaya menyimpan segudang manfaat kesehatan untuk tubuh manusia.
Ilustrasi. Daun Pepaya yang Kaya Manfaat Kesehatan untuk tubuh.(Sumber : Pixabay/HartonoSubagio)
Sukabumi15 November 2024, 08:39 WIB

Penjelasan Pemdes Sindangresmi Sukabumi Terkait Demo Lahan Garapan

Pemdes Sindangresmi Jampangtengah Sukabumi angkat bicara terkait adanya unjuk rasa dari serikat petani.
Aksi unjuk rasa petani di Desa Sindangresmi, Kecamatan Jampangtengah, Kabupaten Sukabumi, Kamis (14/11/2024). | Foto: Istimewa
Nasional15 November 2024, 08:03 WIB

Soal 2 Kasus yang Seret Budi Arie dan Tom Lembong, Ini Kata Istana dan Politisi Golkar

Dua kasus hukum yang melibatkan tokoh politik terkemuka, Budi Arie Setiadi dan Thomas Trikasih Lembong (Tom Lembong), terus menjadi perhatian publik.
Budi Arie Setiadi (kiri) dan Tom Trikasih Lembong (kanan) | Foto : Istimewa
Food & Travel15 November 2024, 08:00 WIB

Resep Kue Bugis Ketan Hitam, Makanan Tradisional Manis yang Dibungkus Daun Pisang

Selain nikmat, kue Bugis Ketan Hitam juga kaya akan cita rasa dan memiliki kandungan gizi yang baik berkat ketan hitam yang kaya akan serat.
Resep Kue Bugis Ketan Hitam, Makanan Tradisional Manis yang Dibungkus Daun Pisang. Foto: IG/@resepkueumik
Nasional15 November 2024, 06:56 WIB

Mengenang 78 Tahun Penandatanganan Naskah Perjanjian Linggarjati

Perundingan Linggarjati atau Perundingan Kuningan, adalah perundingan antara Indonesia dan Belanda yang berlangsung pada tanggal 11-13 November 1946 di Desa Linggarjati, Kuningan, Jawa Barat.
Perjanjian Linggarjati di Kuningan Jawa Barat. Foto: Instagram/historicalpedia
Life15 November 2024, 06:30 WIB

9 Tips Memperkuat Imun Tubuh Saat Musim Hujan Agar Terhindar Dari Penyakit

Musim hujan tentu akan membuat udara menjadi lebih dingin,dan hal itu sering dikaitkan dengan risiko tertular flu demam hingga demam berdarah. Sehingga sangat penting untuk menjaga imun tubuh agar tetap sehat.
Ilustrasi tips memperkuat imun tubuh saat musim hujan (Sumber : Freepik/@gratispik)
Science15 November 2024, 05:00 WIB

Prakiraan Cuaca Jawa Barat 15 November 2024, Siang Hari Potensi Hujan Ringan

Sebagian besar wilayah Jawa Barat termasuk Sukabumi dan sekitarnya diperkirakan mengalami cuaca hujan ringan dan berawan pada 15 November 2024.
Ilustrasi. Sebagian besar wilayah Jawa Barat termasuk Sukabumi dan sekitarnya diperkirakan mengalami cuaca hujan ringan dan berawan pada 15 November 2024. | Foto: Pixabay/adege
Sukabumi14 November 2024, 23:53 WIB

Tepat Malam Jumat, Ini Penyebab Pohon Trembesi Tumbang di Palabuhanratu Sukabumi

Sebuah pohon Trembesi setinggi 10 meter tumbang di Jalan Raya Ahmad Yani, tepatnya di depan RSUD Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Kamis (14/11/2024) malam atau malam Jumat sekitar pukul 22.00 WIB.
Petugas Gabungan melakukan evakuasi pohon Trembesi yang tumbang di depan RSUD Palabuhanratu Sukabmi  | Foto : Ilyas Supendi