Rupiah Diperkirakan Bakal Menguat Hari Ini, Apa Saja Pemicunya?

Sukabumiupdate.com
Sabtu 24 Feb 2018, 16:47 WIB
Rupiah Diperkirakan Bakal Menguat Hari Ini, Apa Saja Pemicunya?

SUKABUMIUPDATE.com - Pergerakan nilai tukar rupiah hari ini diperkirakan bakal mendatar dengan kecenderungan menguat. "Di tengah perkiraan pelaku pasar terhadap kemungkinan tertundanya pembahasan reformasi perpajakan Amerika Serikat," kata Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, Senin, 13 November 2017.

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin pagi tadi bergerak menguat tipis satu poin menjadi Rp 13.542 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp 13.543 per dolar AS. Reza mengemukakan bahwa anggota Senat Amerika Serikat dari Partai Republik mengumumkan proposal pajak yang berbeda dengan RUU yang diajukan mitranya di parlemen dalam beberapa aspek.

Perbedaan tersebut, kata Reza, termasuk mengenai perlakuan tarif pajak perusahaan, pemotongan pajak untuk pajak negara bagian dan regional, serta pajak pertanahan. Para Senat AS mengajukan proposal pemangkasan tarif pajak perusahaan menjadi 20 persen dari 35 persen. "Akan tetapi, mereka menginginkan realisasi rencana tersebut dimulai tahun 2019," katanya.

Lebih jauh Reza berharap sentimen dari dalam negeri yang masih cukup kondusif menyusul Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan III 2017 yang mengalami surplus dapat menjaga kinerja mata uang domestik. "NPI itu ditopang oleh penurunan defisit transaksi berjalan dan peningkatan surplus transaksi modal dan finansial," katanya.

Bank Indonesia menyampaikan surplus NPI triwulan III 2017 tercatat US$ 5,4 miliar, meningkat signifikan dibandingkan dengan surplus triwulan II 2017 sebesar US$ 0,7 miliar. Surplus NPI itu mendorong peningkatan posisi cadangan devisa dari US$ 123,1 miliar pada akhir triwulan II 2017 menjadi US$ 129,4 miliar pada akhir triwulan III 2017.

Sementara itu, defisit transaksi berjalan tercatat sebesar US$ 4,3 miliar (1,65 persen PDB), membaik dari defisit pada triwulan sebelumnya yang sebesar US$ 4,8 miliar (1,91 persen PDB), seiring dengan kenaikan surplus neraca perdagangan barang dan penurunan defisit neraca pendapatan primer.

Sumber: Tempo

Berita Terkini