Mendengar keributan ini, anggota Yonif 310/KK yang saat itu akan mengikuti apel malam dengan pakaian dinas lapangan lengkap, secara spontan berdatangan ke lokasi kejadian menggunakan mobil truk komando. Menurut Yudhi, anggotanya tersebut banyak warga Sukabumi dan mendengar isu liar bahwa dirinya alias Danyonif 310/KK dikeroyok.
"Makanya saya masih standby di situ (lokasi kejadian). Saat itu juga permasalahan langsung beres dan anggota kita suruh balik ke Yonif," kata Yudhi.
Dandim 0607 Kota Sukabumi Letkol Inf Dedy Ariyanto menambahkan, permasalahan yang terjadi antara anggota Yonif 310/KK dengan sopir angkot sudah selesai dan kedua pihak menyatakan hanya kesalahpahaman. Dedy menyebut masalah intinya adalah soal kepadatan lalu lintas yang menuntut kesadaran pengguna jalan supaya tidak ada yang dirugikan.
"Sebenarnya, pengeroyokan bukan. Itu semua terjadi spontanitas. Namanya di lapangan, terjadi kesalahpahaman, cekcok, tapi saat itu oleh komandan batalyon sudah langsung dikendalikan dan minta ke anak buahnya untuk kembali. Cekcok diselesaikan oleh komandan dan tidak terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan," kata Dedy.
Pembina sopir angkot 09 trayek Cibadak-Cicurug, Adang Edi Ridwan, mengatakan saat itu belum mengikuti perkembangan kondisi sopir angkot yang terlibat keributan. Sebab kata Adang, ada 12 paguyuban sopir angkot di sepanjang jalur 09 trayek Cibadak-Cicurug. "Mungkin ada di ketua kelompoknya (paguyuban) masing-masing," kata dia.
Menurut Adang, SPBU Ongkrak memang sering digunakan para sopir angkot sebagai tempat memutar kendaraan atau mencari penumpang. Ini menyusul belum bisa digunakannya terminal Cicurug. Adang belum memikirkan rencana pembatasan skema hilir mudik angkot di sekitar SPBU Ongkrak lantaran akan berdampak terhadap penghasilan sopir.
"Kalau sudah berbicara isi perut sulit. Yang penting kalau saya, kalian jalan, harus aman dan nyaman. Dan yang paling penting selamat," ujarnya.
Kemacetan di Jalan Nasional Sukabumi-Bogor yang tak bisa dihindari, kata Adang, sering kali mengganggu psikologi para sopir angkot yang setiap hari bolak-balik mengemudikan kendaraannya di jalur tersebut. Adang menilai perlu ada rapat bersama semua pihak untuk membahas persoalan ini, termasuk dari unsur pemerintah daerah.
"Jalan kita ini sudah overload, sehingga kemacetan susah dihindari. Ketika macet, psikologi pengendara itu, jangankan sopir angkot yang setiap hari bolak-balik, yang baru lewat pun kadang-kadang terganggu psikologinya, mudah tersulut dan lain sebagainya," kata dia. Diketahui, ada 400-an angkot yang beroperasi di sepanjang trayek 09 Cibadak-Cicurug.